Chapter 14 : 🍂🍂🍂

57 15 1
                                    




Kringg...kringg..kring.. suara telpon mengagetkanku,membuatku terbangun dari ranjangku. Huh siapa sih jam segini nelpon. Kulihat jam yang tergantung manis di dinding kamarku, menunjukkan pukul 9 malam. Kuangkat telpon itu dan aku menjawabnya dengan nada malas. Terdengar disitu suara laki-laki dengan nada yang tinggi, aku hapal betul dengan suara ini, suara yang biasanya cuma bisa menasehatiku,moodku langsung hilang ketika mendengar suaranya.dia memintaku untuk pulang ke Australi, enak saja, sebentar lagi aku akan naik ke kelas 12, mana mungkin aku pindah. Dan sekarang aku harus konsentrasi untuk menghadapi ujian semester yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Mungkin aku akan ke Australi setelah lulus SMA, yah itu memang janjiku kepada papa, awalnya dia memintaku untuk selamanya di Australi, tapi aku menolaknya mentah-mentah. Papaku berikeras akan hal itu, akupun demikian, siapa yang akan menjaga bunda? tanteku juga pasti akan memiliki keluarganya sendiri, pada saat itu bunda pasti merasa kesepian.aku tidak ingin menjadi anak durhaka seperti kakak-kakakku. Akhirnya papaku melunak dan mengijinkanku untuk tinggal diindonesia sampai aku menyelesaikan UN,hanya sampai itu. Tak lama kemudian aku menutup telepon dengan sepihak,malas mendengar ceramahannya yang seolah menyudutkan bunda,bilang bunda gak becus lah, wanita malam lah,simpenan om-omlah ,ahh...sudah bosan aku mendengar kalimat itu. Papaku memang sotoy! Ia menilai bunda hanya dari kacamatanya saja, mama pulang malam itupun dikarenakan kerjaan dikantornya yang banyak, dan hanya omongan tetangga saja yang ia dengar, tanpa mendengar penjelasan bunda. Daripada mikirin dia mendingan baca buku. Setidaknya bisa mengembalikan moodku. Akhirnya kuraih sebuah buku novel fiksi yang tergeletak diatas meja belajarku. Kubuka lembaran terakhir aku membacanya. Kepalaku kurebahkan ke bantal dan kuangkat buku itu tepat diatas wajahku. Mungkin bakalan ngantuk terus tidur pikirku. Tiba-tiba slurrt.. sebuah benda kecil terjatuh dari buku dan pas mengenai wajahku.benda kecil berwarna biru tua itu seperti gelang,ya benar itu gelang, gelang milik Sharon,mungkin ini tertinggal sore tadi ketika dia mengerjakan PR dirumahku,sepertinya itu terlepas sebelum ia pergi ke kamar mandi.ya aku yakin itu. Kutatap lagi gelang imut yang sekarang melingkar ditangan kiriku ini, terlihat pas ditanganku.

🍂🍂🍂

Suasana sekolah Sharon sedang ramai belakangan ini yang tidak lain karena kegiatan classmeting pasca ujian tengah semester yang diisi dengan berbagai macam lomba seperti tarik tambang, debat,futsal, gerobak sodor dan lain-lain membuat siswa cukup antusias untuk mengikutinya. Sudah dua minggu ini Sharon disibukkan dengan belajar oleh karena itu kegiatan classmeting seperti membawa angin segar untuk Sharon yang sudah hampir botak kepalanya karena harus terus menerus belajar.

Olin sedang sibuk memilih makanan apa yang ingin disantapnya,matanya berkeliaran menyapu sudut-sudut kantin,dipandanginya satu persatu papan menu yang terpaku diatas pintu masing-masing warung-warung kecil dikantin. "lo mau makan apa Shaer?"

"gatau, suka-suka lo dah,gue ngikut aja" jawab Sharon malas

"yaudah gue pesen bakso dua ya, tunggu bentar, ok?" seru Olin sembari mengerlingkan kedua matanya seperti orang kelilipan

Sharon masih duduk terpaku di hadapan meja kantin sembari memperhatikan Olin yang tengah sibuk memesan makanan di bagian pojok kantin, tampaknya akan memakan waktu yang agak lama karena gerobak bakso yang tengah nangkring dipojok kantin itu ramai diserbu supporter-supporter classmeeting yang kelaparan, berteriak-teriak dengan anarkis. Sengah melihatnya Sharon pun memalingkan pandangannya sejenak namun kedua matanya menangkap sekilas bayangan yang ia kenal, Alga.matanya penasaran ingin mengikuti kemana arah Alga pergi, tampaknya sedang terburu-buru. Terlihat dari langkah kakinya yang tak teratur. tangannya menggenggam sebuah buku. Rasa penasaran menyelimuti hati Sharon, seperti ada yang menariknya untuk mengikuti Alga. Secara tidak sadar badannya terbangun dari kursi yang ia duduki dan berjalan membuntuti Alga dari belakang, sebelum itu Sharon berpamitan ingin ke kamar mandi kepada Olin. Langkah kakinya berhenti sepuluh meter dibelakang Alga yang saat itu juga tampak berhenti di depan perpustakaan.dilihatnya Alga tengah mengangkat telpon dari seseorang dengan menggunakan bahasa inggris, sayup-sayup terdengar dari balik papan mading tempat Sharon bersembunyi. Australi? dia mau balik lagi ke australi? Tebaknya spontan, Sekilas Sharon mendengar kalimat tersebut yang secara lansung mencekat tenggorokan Sharon, ada rasa tak rela dibalik itu,seperti rasa kehilangan, namun Sharon tak tau pasti itu apa.

Di meja kantin...

"itu bakso kenapa gak di makan sih? kasian tuh baksonya mumet lo aduk-aduk terus dari tadi" sergap Olin
Kali ini Sharon hanya menanggapinya dengan anggukan kecil,tak nyambung dengan yang ditanyakan Olin, gayanya mirip seperti orang habis kecopetan dompet, memancarkan aura keputus-asaan dari wajahnya. Kembali Sharon menghela napas panjang

Olin yang melihat itu mulai was-was dengan sahabatnya yang satu ini, padahal ujian sudah berakhir tapi kenapa wajah Sharon seperti orang yang putus asa karena nilai rapot, Olin sempat mengecek kepala Sharon dengan polosnya, Olin berpikir bahwa Sharon terlalu stress sampai-sampai kepalanya botak, syukur saja rambut Sharon masih utuh terurai ke bawah dengan rapi "lo kenapa sih?" Tanya Olin lagi kepada Sharon, kali ini wajah Olin serius, berharap Sharon juga menanggapinya dengan serius

Sharon berpikir sejenak, berpikir apakah dia akan menceritakan kegelisahannya tentang Alga kepada Olin. "menurut lo, Alga tu ganteng gak?" kali ini Sharon angkat bicara. Membuat Olin terkejut dengan pertanyaan Sharon, yang jelas-jelas Sharon tahu jawabannya

"jadi dari tadi lo merenungi ketampanan Alga? Ya elah Shaer, sesekolah juga tau kali kalo Alga itu cakep, lo tau sendiri kan banyak cewe-cewe dari kelas sebelah sampai si ratu ular udah berusaha ngedeketin dia tapi ditolak, entah dia itu spesies Maho atau sejenisnya atau apa ya, masa iya cewe-cewe cakep kek mereka dia tolak, mencurigakan kan? atau dia emang maho" kini gantian Olin yang berbicara atau nyerocos lebih tepatnya dan sekarang bakso Olin yang di anggurin karena sibuk berdongeng kepada Sharon yang mulai menyantap segumpal bola dari mangkuknya.

"ada apa sih? lo kok Tanya gitu? Lo naksir Alga ya? gapapa normal kok, secara dia kan ganteng, Ruby aja naksir banget sama Alga" tambah Olin sambil mengaduk-aduk baksonya yang kini tinggal setengah itu.

Sharon terbelalak mendengar hal itu "si Ruby naksir Alga?"

"yoi" sahut Olin mantap "terus nih ya, si Alga kayaknya juga naksir deh ke Ruby,soalnya nih ya yang gue lihat Alga itu suka senyum gitu terus sikapnya juga ramah kalo ke Ruby, coba kalo ke yang lain. Triplek deh."

"Berarti yang kata Juned sama anak-anak bener dong? pantes dia suka nanyain si Alga ke gue" bisik Sharon dengan nada datar, akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk curhat kepada Olin tentang perasaannya ke Alga, cerita Olin tentang Ruby sudah membuatnya enggan untuk membahas Alga, lambat laun Sharon mengakui perasaannya tentang Alga. Entah tersemai sejak kapan hingga bibitnya kini mulai tumbuh subur di hati Sharon. Namun logikanya masih menampik hal itu, akal sehatnya tidak setuju dengan hati nuraninya. Untuk yang kesekian kalinya mereka berperang

•Maaf kalo masih banyak koma gak pake spasi, soalnya ini cerita saya tulis waktu saya masih di jaman 4L4y dan gak tau titik koma•
•Keep this story on your reading list and your library guys•

RemindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang