#HeadHazer
•
"Aku akan membuat P' menjadi istriku. Orang bilang, apa yang menjadi milik pacarmu, itu milikmu juga! Jadi aku akan membuat P' menjadi milikku dan 'gear' itu akan menjadi milikku"
Kongpob yang mengatakan kalimat itu pada Arthit, si hazer paling galak dan bengis di hadapan semua mahasiswa baru. Kejadian itu menjadi viral dan sukses membuat Kongpob bukan saja masuk black list Arthit, tapi juga para panitia Ospek lainnya.
Kongpob pun langsung jadi orang yang paling dicari-cari, karena mahasiswa lain penasaran seperti apa sosok pemberani itu
Bagaimana tidak?
Selain mempermalukannya sebagai ketua tim Ospek, Arthit merasa semua sikap galak dan bengisnya sejak Ospek berlangsung-- berhasil dijatuhkam oleh Kongpob!
Ia merasa tak ada harga diri lagi. Sial! Menjadi 'istrinya' maba pembangkang itu? Anak itu pikir dengan siapa dia berhadapan? Salah kalau Kongpob kira sudah menang, karena pembalasan Arthit akan menjadi kesengsaran yang harus dihadapi pemuda itu.
°°°
Kongpob sendiri heran kenapa dia bisa tertarik pada pemuda itu.
Awalnya dia memang hanya sebatas tertarik, jadi dia tekun memperhatikan dan mengawasi seperti apa sosok menakutkan Arthit, tidak lebih.Tapi itulah letak kesalahan yang ia perbuat. Seharusnya sejak awal dia mengabaikan Arthit. Membuang jauh-jauh pikiran bodohnya kalau seniornya ini sebenarnya punya alasan baik dibalik perlakuan kerasnya pada maba.
Kongpob sadar kalau Arthit tidak sekasar yang dia tunjukan. Yang dia tampakkan pada maba hanya pencitraan belaka——setidaknya, demikian bagi Kongpob.
Topeng yang Arthit gunakan hanya kamuflase bodoh, yang tanpa dia sadari malah menunjukkan sikap manis dan baik hatinya. Meskipun semuanya terbungkus dengan kata kejam, tapi tak dapat di pungkiri kalau Kongpob sadar Arthit itu senior yang berhati hangat.
Kongpob jadi ingat Cheer, seorang gadis bertubuh tambun berkulit hitam yang berbeda kelas dengannya, datang menceritakan sesuatu tentang Arthit. Waktu itu Kongpob sedang mencari buku di perpustakaan.
Waktu itu Cheer memang sengaja mencari Kongpob, katanya dia ingin Kongpob tahu apa yang Kongpob pikirkan tentang Arthit.
"Aku tahu mungkin kau membenci P' Arthit. Dia senior yang baik, Kong" Cheer mengatakan hal itu sambil senyum manis.
"Maksudmu?" alis mata Kongpob terangkat, tak paham maksud gadis ini.
Kenapa juga Cheer mengajakku bicara tentang P'Arthit? Dari begitu banyak orang di kampus, di jurusan yang sama, kenapa malah membahas Arthit?
"Jadi saat kegiatan ospek minggu lalu. Sehari setelah kau bertengkar P' Arthit dan bilang mau menjadikan dia istri" Cheer memulai ceritanya, tapi Kongpob mendengus keras mendengarnya.
"Keesokan harinya dia masih marah, lalu menyuruh kita berlari, kau ingat?? Padahal itukan sudah lewat sehari dari kejadian itu"
Di depannya Kongpob menunduk, ia teringat kejadian itu, kini merasa bersalah pada teman-temannya. Tidak seharusnya mereka menerima hukuman karena perbuatannya. Waktu itu Kongpob sempat minta ijin untuk melakukannya sendiri, tapi bukannya mengiyakan, Arthit malah menambah jumlah hukuman.
"Kalian pasti tidak tahu, tapi P' Arthit sadar aku tidak kuat lari. " Cheer tak kehilangan senyumnya sama sekali, membuat Kongpob heran.
"Dia membentakku, dia marah dan mengusirku keluar dari barisan. Dia mau aku tidur di ruang kesehatan. Beberapa saat ketika aku istirahat, dia datang mengecek keadaanku, tapi aku pura-pura tidur karena takut kena marah" lanjut gadis itu, Kongpob pun tetap mendengarkan dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Republish] Another Story of: SOTUS the series
FanfictionNormalnya orang-orang akan jatuh cinta pada seseorang yang baik hati, tidak kasar, punya sikap ramah dan pengertian. Namun manusia mana yang bisa memilih kepada siapa dia jatuh cinta? Itu yang Kongpob alami. Semakin Kongpob jatuh hati pada Arthit...