Second Home

1.8K 204 2
                                    

Disclaimer
Boboiboy selalu punyanya Monsta

Warning
OC (Fujisawa Iori & Fujisawa Yuto - 23 years old)
Super OOC Halilintar
Boboiboy sibling 15 years old
-------

"Aku ingin berhenti disini. Aku tak sanggup lagi jika harus terus menjalani kehidupan yang menyesakkan ini. Sangat menyesakkan sampai rasanya aku sama sekali tak dapat bernafas. Hei, jika kau membaca surat ini, apakah kau masih merasakan hal yang sama?"
-------

Halilintar menatap jalan di hadapannya dengan pandangan bingung. Ia tidak tau apakah ia memang harus datang ketika matahari baru saja menampakkan dirinya. Ia merasa tidak enak jika harus mengganggu orang itu pagi-pagi seperti ini, meski ia yakin orang itu takkan menyalahkannya sama sekali.

Memutuskan untuk mendahulukan egonya, Halilintar mulai menyusuri jalan yang sepi sambil mengeratkan jaket yang ia pakai. Sebenarnya udara pagi itu tidak terlalu dingin, hanya saja, entah kenapa Halilintar menemukan dirinya menggigil ketika menginjakkan kaki di luar rumah.

Dua puluh menit dihabiskannya dengan berjalan kaki menuju tempat tujuannya. Dan 5 menit ia habiskan dengan berdiri di depan pintu sebuah rumah sederhana berwarna biru muda. Ia terjebak dalam keraguan antara harus memencet bel atau tidak. Rasa segan kembali menjadi penghalang, namun mengingat bagaimana ia menyiapkab sarapan berupa roti untuk adik-adiknya membuat Halilintar kembali meneguhkan tekad untuk menekan bel rumah itu.

Tak sampai sepuluh detik. Suara sahutan terdengar dari dalam diikuti dengan suara langkah menuju pintu.

"Ya? Ada yang__"

Dan hal berikutnya yang Halilintar sadari adalah dirinya yang berada dalam pelukan seorang pria jangkung yang tadi membukakan pintu.

"Hali-chan!!! Aku merindukanmu..."

Halilintar tak dapat memungkiri bahwa ia merasa nyaman dengan pelukan itu. Begitu hangat dan menenangkan. Jika bisa ia ingin berada di sana selamanya, namun ia tau keinginan egois seperti itu takkan pernah bisa terwujud. Sebab sekarang ia punya tanggung jawab. Ia harus menjaga dan melindungi keluarganya. Memastikan mereka hidup tanpa kekurangan apapun.

"Iori, siapa yang datang?"

Suara lain terdengar di balik punggung pria bernama Iori itu. Dan meski tak dapat melihatnya dengan jelas namun dari suaranta saja Halilintar sudah bisa menebak siapa pemilik suara itu.

"Oh, ada Halilintar." suara orang itu terdengar lebih riang begitu melihat sosok remaja dalam pelukan Iori.

"Oi Iori! Kau membuat adikku sesak nafas." ucap pria iru seraya melepaskan pelukan Iori yang membuat Halilintar akhirnya mampu bernafas lega.

"Mou, Yuto. Aku kan masih kangen dengan Hali-chan. Dan apa katamu? Adikmu? Hali-chan itu adalah adikku yang paling manis sedunia. Jangan seenaknya mengklaim begitu!!", Iori berseru seraya mengambil ancang-ancang untuk memeluk Halilintar lagi. Namun beruntung sebelum hal itu terjadi, ia telah terlebih dahulu diselamatkan oleh pria bernama Yuto tadi.

"Lihat! Kau membuat Halilintar takut."

Dan hal berikutnya yang terjadi adalah Halilintar yang merasakan tubuhnya yang terangkat tinggi. Kaget dengan tindakan tak tertuga itu, Halilintar refleks memeluk leher Yuto yang ada di depannya.

"Hei! Tak adil. Kenapa kau yang menggendong Hali-chan."

Saat itu akhirnya sulung dari 5 bersaudara itu menyadari bahwa ia tengah digendong oleh Yuto. Dan hal itu membuatnya mau tak mau merona malu. Salahkan tubuhnya yang kecil dibandingkan anak-anak seusianya dan salahkan Yuto dengan tubuh kekar dan tingginya, Halilintar jadi sering diperlakukan seperti anak berusia 5 tahun yang suka digendong kemana-mana.

Halilintar memukul pundak Yuto sebagai bentuk protes dan isyarat untuk menurunkannya. Namun hal itu justru disambut tawa oleh sang tersangka dan tanpa diduga-duga Yuto justru menggendongnya memasuki rumah diikuti oleh Iori yang terus nengoceh mengenai betapa imutnya ia dan mengumpat tentang bagaimana Yuto memonopolinya.

'Demi tuhan, aku bukan anak kecil lagi. Umurku sudah 15 tahun'
Halilintar mengerang dalam hati. Namun sayang, ia tak bisa menyampaikan hal itu langsung pada kedua tersangka yang selalu memperlakukannya layaknya anak kecil.

Yuto ternyata membawanya ke ruang makan, kemudian mendudukkannya di salah satu kursi. Pria kelahiran Jepang itu lalu berjalan ke dapur dan kembali beberapa menit kemudian bersama Iori dan berbagai macam makanan yang ia tebak merupakan sarapan mereka.

'Apa semua makanan itu tak terlalu banyak untuk mereka berdua?'

"Aku punya firasat kalau kau akan datang, makanya aku membuat sarapan lebih.", kata Iori seraya dudul di salah satu dari 4 kurai yang tersedia. Satunya telah diduduki oleh Halilintar sendiri sementara yang satu lagi telah diambil alih oleh Yuto. Menyisakan satu kursi kosong di hadapannya.

"Nah, kau pasti lapar kan? Ayo sarapan dulu, nanti kita akan membicarakan mengenai alasanmu datang kesini pagi-pagi."

"Yuto benar. Ayo makan."

Untum sesaat Halilintar menatap makanan di hadapannya dengan ragu. Ia sangat senang dengan kebaikan hati yang ditunjukkab kedua saudara ini padanya. Bahkan ia sangat bersyukur dan berharap bisa melakukan sesuatu untuk membalasa kebaikan mereka. Namun mengingat bahwa ia bisa makan enak disini sementara adik-adiknya hanya sarapan dengan roti bakar sederhana membuat Halilintar merasa bersalah.

"Kenapa tidak dimakan? Ingin kubuatkan makanan lain", tanya Iori dengan nada khawatir begitu menyadari Halilintar tak menyentuh makanannya sedikitpun.

Halilintar mengangkat wajahnya lalu menggeleng kuat. Ia tidak mau merepotkan lagi. Ia hanya...

"Apa ini tentang adik-adikmu?"

Kali ini Halilintar mengalihkan pandanfannya pada Yuto yang baru saja melontarkab pertanyaan. Ia menunduk, tidak memberikan jawaban. Namun baik Yuto maupun Iori langsung tau bahwa jawabannya adalah 'ya'.

"Apalagi yang mereka lakukan padamu?"

Halilintar menggeleng lagi. Kali ini lebih kuat.
Menyadari bahwa pembicaraan ini takkan mengalami kemajuan mengingat kekeraskepalaab remaja yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu, Yuto menghela nafas lalu memutuskan untuk menunda pembicaraan ini.

"Kita akan bicarakan ini nanti. Sekarang makanlah dulu. Kau tak ingin melihat Iori menangis kan?" gurau Yuto yang langsung diprotes oleh Iori.

"Hei!! Aku tidak akan menangis!!"

"Benarkah? Tapu setauku kau bahkan lebih cengeng daripada anak umur lima tahun. "

"Apa?!"

"Aku bilang.. "
Namun Yuto menggantungkan ucapannya begitu mendengar kekehan ringan di sebelahnya. Melihat Halilintar yang sudah tak lagi murung, mau tak mau membuat Yuto dan Iori turut menyunggingkan senyum. Iori bahkan mengulurkan tangannya dan mengelus kepala yang tertutup topi berwarna hitam dengan corak merah itu.

"Nah begitu dong. Hali-chan kan lebih manis kalo senyum."
Dan perkataan itu sukses membuat semburat merah muncul di pipi si sulung Boboiboy.

"Kyaaa.. Hali-chan kawaiii~~"

-------

To be Continued.....

TegamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang