Different

1.5K 181 9
                                    

Disclaimer dan warning masih sama... :)

Happy reading

-------

  "Kau seharusnya tak berada disini.", pertanyaan itu meluncur begitu saja dari belahan bibirnya tanpa dapat ia cegah. Timbul sedikit penyesalan dalam dirinya, terlebih ketika sosok itu berbalik dan menatapnya dengan senyuman yang begitu ganjil. Itu bukan dirinya. Seorang Halilintar yang ia tau takkan pernah tersenyum seperti itu. Apa yang....
"Aku pun tak berharap ada disini. "
Kemudian senyumnya luntur dan tatapan mata yang tajam di balik lensa kacamata itu mendadak kosong. Saat itu pulalah Gempa merasa ia kehilangan nafasnya.
'Apa yang telah kami perbuat padanya? Kenapa semua harus jadi seperti ini?'
"Aku akan baik-baik saja. Karna itu," Halilintar menggantungkan ucapannya dan menatap ke arah Gempa sekali lagi. Sebuah perasaan tak enak langsung menyergap si pemilik iris emas. Seperti ada yang mengatakan padanya bahwa tak seharusnya ia berada disini mendengarkan sang kakak. Karna yang harus dilakukannya adalah....
"Berjanjilah kau akan baik-baik saja dan menjaga mereka untukku."
Dan setelah mengatakan itu, Halilintar menghilang dari hadapan sang adik yang hanya bisa berdiri terpaku di tempat. Iris emasnya membola dan tangannya terulur untuk menggapai sang kakak. Namun kegelapan lebih dahulu merenggutnya. Dan pemandangan akan senyuman terakhir sang kakak selalu terbayang di benaknya bagai minpi buruk yang mengikutinya setiap malam.
"Kak Hali!!! "

-------  

Angin musim semi yang hangat berhembus memasuki sebuah ruangan yang jendelanya terbuka. Membawa kelopak-kelopak merah muda masuk bersama dengan tarian udara lembut yang menyegarkan. Berusaha menyampaikan pada mereka yang berada di ruangan akan kedatangan sebuah musim baru yang siap mengantarkan pada hari yang baru pula. Hari dimana mimpi takkan lagi sebatas mimpi ketika usaha mulai dikerahkan mengikuti alur waktu yang takkan mau berbaik hati untuk menunggu.

Namun sayang, bagi Gempa waktunya telah berhenti semenjak hari itu. Hari dimana ia menyadari kebodohannya dan membuat ia kehilangan apa yang seharusnya mampu ia pertahakankan. Meski nyatanya ia tak benar-benar mengalami kehilangan, namun apa yang penting itu seakan tidak mau kembali kepadanya dan saudara-saudaranya bahkan ketika ia mampu untuk kembali. Apakah mereka tidak pantas memperbaiki semuanya? Mengembalikan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Memperbaiki kesalahan yang tanpa sadar mereka lakukan hanya berlandaskan atas dendam yang tak beralasan?

Gempa menatap sosok yang terlelap di hadapannya dengan mata yang berkaca-kaca. Sosok itu tampak tertidur begitu lelap seolah-olah enggan untuk membuka mata lagi. Apakah dunia mimpi itu jauh lebih menyenangkan dari dunia nyata? Gempa bertanya-tanya. Pertanyaan yang bodoh sebenarnya karena seharusnya ialah yang paling tau. Tentu saja, karena ialah yang membuat dunia nyata itu terlalu menyakitkan untuk ditinggali. Dan seharusnya ia tidak punya alasan untuk protes disini.

"Gempa...."

Suara pintu yang dibuka, masuk ke pendengarannya. Begitu pula dengan suara rendah yang memanggil namanya. Namun begitu, Gempa tidak menoleh ataupun berpaling. Mata emasnya masih terpaku pada sosok di hadapannya. Bahkan lembaran kertas yang telah remuk di tangannya tak lagi diperhatikan. 

Taufan menghela nafas. Sudah hampir seminggu adiknya seperti ini. Ia tau, Gempa menyesal atas apa yang telah terjadi. Ia tau, karena ia, Blaze dan Ice juga merasakannya. Tapi ia tidak tau apa yang membuat Gempa terlihat seolah kehilangan dirinya. Adiknya itu menolak untuk beranjak dari sisi tempat tidur semenjak hari itu. Seminggu yang lalu, hari ketika takdir memutar balikkan kehidupan yang selama ini mereka percayai.

"Hei, pulanglah dan istirahat. Aku akan menjaganya disini.", ucap Taufan dengan nada lembut. Dan ia merasa kalau ini benar-benar bukan dirinya. Hanya saja ia masih cukup tau diri untuk tidak bersikap berisik seperti biasa di saat adik-adiknya bahkan tidak bisa tersenyum. Taufan sudah terbiasa berbohong, namun entah kenapa kali ini ia merasa kebohongan takkan pernah bisa memperbaiki semua ini.

TegamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang