7 years Promise

1.1K 122 13
                                    

Disclaimer : Boboiboy masih milik monsta

Warning: parallel world, two dimension, OOC Character, twist plot and others warning that you'll found later..

And then , thanks for your support. And happy reading...

-------

Seandainya aku memilih jalan yang berbeda saat itu, apakah kau akan tetap disini bersama kami?

Gempa melangkah keluar dari supermarket dengan perasaan jengkel. Ia tidak pernah tau kalau berbelanja kebutuhan sehari-hari untuk enam orang akan semelelahkan ini. Dan ia semkain sebal begitu mengingat tidak ada satupun dari saudaranya yang mau berbaik hati membantunya. Ia tau mereka punya kesibukan masing-masing, ia juga. Bahkan harusnya saat ini ia masih istirahat di rumah untuk memulihkan diri. Tapi saudara-saudaranya malah tega dan membiarkan ia membawa 2 kantung belanjaan besar sendirian di cuaca yang panas. Belum lagi ia harus berjalan menuju rumah mereka yang jaraknya tidak bisa di bilang dekat. Sungguh, jika mereka bukan saudaranya maka Gempa akan dengan senang hati menelantarkan mereka.

Gempa terlalu asik dengan gerutuan-gerutuannya sendiri hingga ia tidak sadar kalau ada seseorang yang tengah berjalan ke arahnya. Keduanya tampak sama-sama tidak memperhatikan jalan hingga akhirnya tebrakan pun idak dapat dihindarkan. Mungkin karena efek tubuhnya yang sedikit lebih kecil ditambah beban belanjaan yang berat, tabrakan itu membuat Gempa jatuh dengan tidak menyenangkan.

"Aww...."

"Astaga! Maaf, aku tidak sengaja... Kau tidak apa-apa?"

Gempa mengangkat kepalanya dan ia langsung dihadapkan pada sebuah tangan yang terulur kepadanya. Meski agak ragu, namun akhirnya ia membalas uluran tangan yang kemudian menariknya untuk berdiri.

"Aku ebnar-benar minta maaf.."

Orang itu meminta maaf lagi dan hal itu sukses membuat Gempa merasa tidak enak. Lagipula bukan hanya orang itu yang bersalah, ia juga salah karena tidak melihat jalan tadi.

"Tidak.. Tidak... Aku juga minta maaf... Aku tidak memperhatikan jalan tadi..."

"Tidak apa-apa..."

Pria itu tersenyum. Senyum yang tampak familiar bagi Gempa, namun ia tidak bisa mengingat dengan jelas apakah ia pernah bertemu dengan orang ini atau tidak.

"Perkenalkan aku Thorn. Kau Gempa kan?"

"Eh?"

"Ahh maaf... Kita belum pernah bertemu tentu saja. Maaf kalau aku lancang."

"Lalu?", tanya Gempa tanpa sadar. Ia ingin tau, kalau mereka belum pernah bertemu lalu dari mana orang ini bisa mengetahui namanya?

"Ahh sebenarnya aku kenal dengan salah satu saudaramu."

"Blaze?", tebak Gempa langsung. Pria yang tampak lebih tua beberapa tahun dibandingkan dirinya itu tampak terkesiap di tempat. Dan jelas sekali kalau raut wajah pria itu seolah menanyakan bagaimana ia bisa mengetahuinya yang berarti tebakannya benar.

"Hanya Blaze yang punya banyak kenalan di antara kami. Bukan berarti Kak Taufan tidak sih, tapi sepertinya jaringan pertemanan Blaze jauh lebih luas.". Pria yang bernama Thorn itu tersenyum kecil. "Kau mengenal saudaramu dengan baik."

"Oh ya, kau habis belanja?", Gempa mengangguk kemudian kembali memungut kedua kantong belanjaannya yang sempat terlupakan. Untuk isinya tidak berserakan ketika ia jatuh tadi, kalau tidak pasti akan sangat merepotkan.

"Sendirian?"

"Ya, saudara-saudaraku dengan sangat baik hati membiarkanku melakukan ini sendirian.", ujar Gempa yang lebih terdengar sebagai sindiran dibanding pujian. Dan hal itu sukses membuat Thorn tertawa karenanya.

TegamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang