Disclaimer:
Boboiboy selalu kepunyaannya monsta
Kalau Iori, Yuto dan Rei punyanya saya... XD
Warning
Full of brothership.. Brocon!Elemental Brocon!YutoxIori
Super OOC Halilintar Weak!Halilintar Mute!Halilintar
Cruel!ElementalSiblings
You have been warning...
But happy reading... :D
-------
"Maafkan aku, atas semua luka yang telah kutorehkan pada masalalumu..."
-------
Tok..tok..tok..
"Masuk.."
Gempa menghela nafas sejenak sebelum kemudian mengulurkan tangan untuk membuka pintu ruangan sang kepala sekolah. Meski ia sudah sering datang ke ruangan ini, tapi entah kenapa ia tidak pernah terbiasa. Terutama dengan suasana ruangan yang entah kenapa sering kali membuatnya merinding. Sama seperti dengan sang pemilik ruangan yang tak jarang membuat Gempa turut merasakan hal yang sama.
"Selamat siang, Pak. Maaf saya mengganggu...", Gempa menunduk sejenak sebagai bentuk rasa hormat.
"Tak apa. Apa yang bisa kubantu Gempa?", pria tua itu tersenyum ramah. Dan Gempa akan benar-benar menganggapnya ramah jika saja aura yang dikeluarkannya tidak bertentangan dengan apa yang ia tunjukkan di wajahnya. Dan sang ketua OSIS hanya bisa mempertanyakan dalam hati mengenai kenapa kepala sekolahnya itu memiliki aura semacam itu.
"Saya ingin menyerahkan proposal terkait dengan pentas seni yang akan diadakan sekolah kita, Pak.", jelasnya seraya menyerahkan proposal yang dimaksud. Sang kepala sekolah menatap proposal itu sebentar, lalu meletakkannya dengan tak berminat di atas meja. Hal tersebut kontan saja membuat Gempa mengeriyitkan dahi. Apa itu artinya proposalnya ditolak atau diterima? Ia tidak mengerti.
"Aku akan membacanya nanti.", ucap kepala sekolahnya seolah paham apa yang ada dalam kepala remaja di hadapannya itu.
"Oh... Baiklah..."
"Daripada itu, aku ingin menanyakan sesuatu padamu."
"Apa itu Pak?"
"Apakah kau menyadari ada sesuatu yang hilang dari hidupmu?", tanya Pak Tio serius. Ia menatap langsung pada mata Gempa, seolah tidak memberikan celah untuk menghindar. Dan Gempa tau, hal seperti ini tidak pernah berakhir bagus, terumata jika ia berurusan dengan kepala sekolahnya yang eksentrik.
"Maksud bapak?"
"Seperti yang kau dengar. Apa kau pernah merasa kehilangan sesuatu dalam hidupmu?"
Gempa terdiam dan berpikir. Kehilangan? Sesuatu yang penting? Apakah yang dimaksud kepala sekolahnya itu orang tuanya yang baru meninggal? Tapi, kenapa ia mempertanyakan itu? Bukankah ia sudah tau?
"Maksud bapak orang tua saya?"
Pak Tio hanya menatapnya dan tidak mengatakan apa-apa selama beberapa saat. Membuat Gempa makin bertanya-tanya dalam hati. Apa sebenarnya yang diinginkan kepala sekolahnya ini?
"Kau tau kalau bukan itu yang kumaksud."
Entah kenapa, untuk sejenak Gempa merasa aura di sekeliling kepala sekolahnya terasa begitu berat. Ia ingin tau alasannya. Dan keterkaitannya dengan pertanyaan yang sama sekali tidak ia mengerti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tegami
Fanfiction"Andai aku bisa. Aku akan berhenti sekejap hanya untuk melihatmu tersenyum. Andai aku bisa, namun sayangnya aku tidak bisa." Kalimat itu tertulis di selembar kertas tua yang sudah kusam. Tulisannya pun sudah hampir memudar. Namun Gempa tau pasti...