Chiisana Koi no Uta

1.4K 149 16
                                    

Disclaimer: Boboiboy masihlah milik monsta, tapi saya berharap Halilintar bisa menjadi adik saya... 

Warning  : Slowbuild story, Parralel world, OOC Elementals and other warning...

Thank you so much for your support.. :)

Happy reading and hope you like it.

-------

Hubungan manusia adalah hal yang rentan. Ia dapat dengan mudah terbentuk, namun di saat yang sama hubungan itu bisa putus walau hanya karna goncangan kecil. Bahkan untuk hubungan paling dekat seperti kerluarga sekalipun. Meski darah menjadi pengikat, namun ego terkadang menjadi gunting paling tajam untuk memutus pengikat itu. Tidak ada yang sadar, atau ada yang sadar tapi berpura-pura tidak peduli. Karena sekali lagi, anggapan bahwa manusia hidup untuk dirinya sendiri kembali menjadi pupuk yang menyuburkan ego dalam diri manusia. Hingga akhirnya hubungan itu putus, hingga akhirnya penyesalan melayukan harapan, hingga ego akhirnya memaksa untuk menyerah. 

Fujisawa Iori tidak pernah mengkategorikan hubungannya dan Yuto -kakak kembarnya- dalam kategori baik. Mereka saudara, tapi mereka tetap merupakan entitas yang berbeda. Sifat mereka berbeda, hobi mereka tak pernah sama dan cara pandang mereka akan hidup seakan bersilangan. Terlepas dari semua itu, Iori tetap percaya kalau Yuto adalah orang yang paling mengerti dirinya. Mereka hampir tidak pernah bertengkar dulu ketika orang tua mereka masih hidup. Namun ketika mereka berusia 15 tahun dan orang tua mereka meninggal, akhirnya pertengkaran pertama antar saudara itu pecah. Tapi kalau diingat-ingat lagi, Iori tidak yakin kalau mereka benar-benar bertengkar saat itu. Seiingatnya, Yuto hanya memintanya untuk berhenti menangis, dan justru membentak sang kakak yang membuat Yuto turut membentaknya balik. Benar-benar bodoh. Padahal ia tau, kalau Yuto juga merasakan rasa sakit yang sama dengannya, namun lagi-lagi ia menutup mata dan membiarkan dirinya sendiri tenggelam dan dunianya yang runtuh ketika orang-orang tersayangnya pergi meninggalkannya. Ia bahkan tidak melihat sosok sang kakak yang berusaha tegar untuk menjadi penopang baginya. Kakak yang berusaha terlihat kuat meski matanya memerah menahan tangis. Kakak yang selalu memperhatikannya meski ia hampir tidak pernah memperhatikan sang kakak. Harusnya ia sadar. Ya, harus. Namun kenyataannya saat itu ia membuka mata. Hingga dunianya yang gelap kembali berwarna ketika pelukan hangat sang kakak yang hampir tidak pernah dirasakannya melingkupi tubuhnya yang gemetar. 

Tidak ada kata-kata yang terlontar saat itu. Hanya isak tangis yang samar serta deru angin malam di bagian belakang kediaman mereka yang tengah berkabung. Meski begitu, Iori dapat memahami apa yang dirasakan sang kakak. Dan ia yakin, tanpa perlu berkata Yuto juga dapat memahami apa yang ada di hatinya. Seperti yang selama ini mereka lakukan. Lalu, semenjak hari itu hubungan mereka yang sempat memudar meski tidak pernah hilang kembali menguat dan Iori berjanji ia tidak akan membiarkan hubungan itu putus begitu saja.

Setidaknya itulah yang ia pikirkan, sebelum anak itu datang dan mereka terjebak dalam dilema.

"Sudah kubilang, tidak ada alasan untuk membiarkannya kembali pada keluarga yang telah membuangnya!!"

"Mereka tidak membuangnya! Halilintar diculik dan bukannya dibuang!! Mereka berhak atas anak mereka!!"

"Tapi kenapa baru sekarang?! Ini sudah 8 tahun Yuto. Kenapa mereka baru mencarinya sekarang??!!"

"Mereka pasti punya alasan untuk itu. Percayalah. Tidak ada orang tua yang bsia mengabaikan anaknya begitu saja."

Malam itu mereka bertengkar untuk yang kedua kalinya. Malam setelah sepasang suami istri datang dan mengakui Halilintar -adik kecil mereka- sebagai anak mereka. Mereka ingin membawanya kembali ke rumah. Ke keluarnya. Kembali pada saudara-saudaranya. Tapi Iori tidak bisa menerima itu begitu saja. Sedangkan Yuto lebih memilih untuk melepas anak itu kembali ke pelukan kedua orang tuanya.

TegamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang