My Little Brother

1.5K 180 16
                                    

Maafkan atas kesalahan dan typo yang bertebaran... 

Maafkan juga atas jalan cerita yang kelihatannya gak maju-maju...

Sejujurnya, beberapa chapter belakangan adalah pelarian author dari UAS dan tugas kuliah... ;(

Jadi maaf kalau membingungkan... hehe..

Terima kasih karna masih mau mengikuti cerita ini... Setiap komentar dan vote kalian sangat aithor hargai dan menjadi pendorong bagi author buat terus menulis.

I owe you big help. So thank you... :D


Seperti biasa... 

Disclaimer masih belum berubah. Warning juga masih sama...

Selamat menikmati...

-------

Kehilangan adalah hal yang wajar dialami oleh setiap manusia. Ketika kau mendapatkan sesuatu itu artinya akan ada masa dimana kau harus melepaskan sesuatu itu. Namun terkadang, apa yang telah dimiliki terlalu berharga untuk dilepas dan yang dilepas baru menjadi berharga ketika ia pergi. 

Bagi Gempa kehilangan adalah salah satu akibat dari perubahan. Ketika ada sesuatu yang berubah dalam hidupnya, itu artinya ia telah kehilangan sesuatu. Sama seperti ketika orang tua mereka berubah dan ia kehilangan mereka. Sama seperti atmosfer rumah yang berubah dan ia kehilangan jati dirinya. Dan kini ketika ada satu elemen yang hilang dari kehidupannya, Gempa akhirnya menyadari bahwa kehilangan juga membawa perubahan. Perubahan yang dalam hal ini tidak bisa ia artikan apakah perubahan yang baik atau buruk.

"Kau belum mengenalku bukan? Perkenalkan, namaku Fujisawa Yuto. Aku adalah kakaknya Halilintar." 

Dan sebuah tangan yang kini terulur di depannya membuat Gempa mengerti ada banyak hal yang berubah tanpa ia sadari. Apa itu artinya ia juga sudah kehilangan banyak hal tanpa ia sadari.

"Aku Taufan...", Taufan membalas uluran itu. Nada suaranya juga telah melunak. Tampaknya ia juga memikirkan apa yang ia, Blaze dan Ice pikirkan saat itu.

"Urusan apa yang membawa anda kemari?", tanya Taufan berusaha bersikap baik meski sebenarnya Gempa dapat menangkap nada tidak suka dalam suaranya. Tentu saja, karena bagaimana pun bagi mereka segala hal yang berhubungan dengan Halilintar selalu membawa perasaan yang tidak mengenakkan.

Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa ada rasa penasaran dalam diri mereka yang membuat mereka tak serta merta dapat mengusir pria yang jauh lebih tua dari mereka ini.

"Boleh kami masuk? Ada hal yang ingin kami bicarakan...", pria yang mengaku bernama Yuto itu berkata dengan tenang, walau Gempa yakin ia tidak mendengar sedikitpun keramahan dalam suaranya. 

"Yuto, apa yang kau lakukan? Kenapa kau malah ingin berbicara dengan mereka? Bukannya kau hanya ingin mengambil barang-barang Halilintar. Sebaiknya kau lakukan dengan cepat jadi aku tidak perlu berurusan lama-lama dengan bocah-bocah ini.", sela pria disebelahnya. Gempa menatap pria itu dengan pandangan bertanya. Ya, hanya ia yang belum memperkenalkan dirinya. Walau Taufan tampak mengenal pria itu dan mungkin dia juga adalah alasan kenapa Taufan tampak sangat kesal dari tadi, tapi tetap saja Gempa merasa ia telah melewatkan banyak hal disini. Sebenarnya apa yang telah terjadi semenjak ia pingsan di sekolah?

"Kau boleh pergi kalau kau tak suka berurusan dengan kami. Tak ada yang memintamu untuk datang ke sini bukan?", balas Taufan sambil meninggikan suaranya.

"Kak, mereka siapa?", Ice menarik lengan baju Gempa. Tampaknya adik bungsunya juga sama bingungnya dengan dirinya. "Entahlah Ice..", bisik Gempa. Kemudian ia menatap ke depan lagi sambil menepuk pundak Taufan. 

TegamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang