Ice

1K 112 6
                                    

Hello!! Someone miss me??? >_<

It's been a long time since the last time I update this story..

I hope you still remember this story eventhough you didn't remember me... XD

So this is it!


Disclaimer

Boboiboy is always Monsta's

Warning:

OOC Elementals, paralel world, so many OC.. 

And others warning that you'll discover in the story


Soo.. Happy Reading!!

-------

Terkadang manusia tidak pernah mengetahui batasan dirinya sendiri. Mereka merasa selalu bisa melakukan segala hal tanpa tau ada banyak hal yang sama sekali tidak bisa mereka lakukan. Banyak hal yang terlihat mudah hanya dengan melihatnya. Namun, siapa yang tau bahwa setiap hal punya kerumitannya masing-masing untuk setiap orang. Dan baru-baru ini Gempa menyadari bahwa ada banyak hal yang sama sekali tidak bisa ia lakukan dengan baik. Salah satunya memasak. Ia berpikir, memasak bukanlah hal yang sulit selama ia mengikuti resep yang ada di buku atau mengikuti cara memasak chef yang ada di TV. Ia pikir tidak akan sesulit itu, namun ketika ia justru menghidangkan benda yang ia sebut masakan namun sama sekali bukan demikian, barulah Gempa menyadari bahwa memasak bukanlah hal sesederhana mencampurkan bahan dan bumbu semata. Ada hal lain selain itu, hal yang sama sekali tidak ia pahami meski ia sudah membaca buku resep berulang-ulang.

Gempa baru akan berpikir untuk menyerah ketika tiba-tiba saja suara batuk terdengar dan adiknya yang paling bungsu muncul dengan mata mengantuk.

"Kak Gempa sedang melakukan apa?", ia kemudian melirik masakan tak berbentuk di atas meja. "Sedang membuat racun?", tanyanya datar namun sarat akan sindiran. Mendengar hal itu, Gempa tertawa kikuk lalu menggaruk pipinya yang tak gatal. "Niatnya sih bukan begitu. Tapi entah kenapa malah jadi begitu.", balasnya tidak jelas.

Gempa kemudian melihat adiknya yang paling suka tidur itu menarik salah satu kursi di meja makan, lalu kembali mengamati hasil kerja kerasnya yang tersaji di atas piring. "Sebernarnya kakak mencoba membuat apa?", tanya Ice lagi. Kali ini sama sekali tidak berniat menyinggung. Gempa mengikuti tindakan sang adik lalu duduk tepat di depannya.

"Inginnya membuat nasi goreng. Sepertinya tidak sulit."

"Kenyataan memang terkadang mengkhianati harapan.", komentar Ice bijak. "Menurutku memasak juga tidak sesulit itu. Maksudku, aku sering melihat Kak Hali.."

Gempa sontak menegang begitu nama itu disebutkan dan ia yakin Ice menyadari hal itu. Namun entah kenapa sang adik terus melanjutkan ucapannya seolah tidak pernah terjadi apapun.

"Aku sering melihat Kak Hali masak dari sini.", katanya mengulang. Kemudian ia merebahkan kepalanya di atas meja lalu menatap lurus kea rah dapur. "Dia seperti menari."

"Ice..."

"Aku tau tak seharusnya aku menyebut namanya lagi setelah apa yang terjadi.", kata Ice menyela, membuat Gempa mau tak mau menutup mulutnya lagi dan diam mendengarkan. Seolah ia tau bahwa apa yang akan dikatakan oleh Ice adalah apa yang selama ini ingin ia dengar.

"Tapi kurasa Kak Gempa juga penasaran dengan perkataan orang yang bernama Fujisawa Yuto itu. Tentang Kak Hali yang sebenarnya adalah saudara kandung kita.", Gempa membulatkan matanya begitu kelimat itu mengudara. Ya, ia mengakui kalau selama ini ia berusaha menghindari kenyataan itu. Hari dimana Yuto datang pada mereka dengan maksud membawa Halilintar dari hidup mereka, serta hari dimana pertanyaan-pertanyaan yang selama ini bergentanyaan di benaknya dijawab dengan kata 'saudara kandung' adalah hari dimana ia merasa kehilangan banyak hal dalam hidupnya. Ia tidak mau merasakan hal itu, ia tidak mau memikirkannya jadi ia berpura-pura tidak mendengarnya. Dan ia benar-benar akan melupakannya begitu saja dan menjalani kehidupan baru yang lebih baik bersama saudaranya sampai Ice kembali membawa topik itu kepermukaan. Seketika Gempa merasa sesuatu dalam hatinya tersentil dengan keras.

TegamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang