First Door

961 110 2
                                    

Disclaimer n Warning masih sama

Happy reading....

-------

"Dasar menyebalkan! Mereka berkata kalau mereka akan menungguku tapi apa yang kudapatkan? Mereka meninggalkanku dan menyuruhku untuk menyusul mereka? Mereka pikir mereka siapa? Oh ya, mereka temanku. Heran aku bisa melupakannya....", Taufan tidak henti-hentinya mengomel sepanjang perjalanannya ke rumah sakit. Tadi ia sempat berjanji dengan teman-teman klub skateboard nya kalau mereka akan menjenguk Stanley bersama-sama, tapi ternyata mereka malah berangkat terlebih dahulu dan meninggalkannya hanya karena ia terlambat 5 menit? Oh ayolah, kenapa mereka yang biasanya selalu terlambat itu tiba-tiba sangat tepat waktu? Taufan benar-benar tidak habis pikir.

"Ya, aku akan segera kesana. Kau jangan kemana-mana. Ada yang ingin kubicarakan.", Taufan sontak menolehkan kepalanya ke belakang begitu ia mendengar suara yang tak asing di telinganya. Dan bertepatan dengan itu sosok seorang Fujisawa Yuto melangkah mendahuluinya tanpa sama sekali menyadari keberadaannya. Ah, mungkin karena pria itu sedang sibuk berbicara di telpon? Tapi, sungguh Taufan sebenarnya tidak peduli. Lagipula sejak pertemuan pertamanya dengan orang yang mengaku sebagai kakaknya Halilintar itu, Taufan sudah menetapkan kalau ia sama sekali tidak menyukainya. Jadi, ketika pria itu lewat dan menghiraukannya Taufan merasa sangat bersyukur. Setidaknya ia tidak perlu datang lebih telat lagi ke rumah sakit hanya karena terjebak pembicaraan menyebalkan dengan orang itu.

"Dan jangan kau pikir aku tidak tau Rei.", pria itu bersuara lagi. Kali ini Taufan berusaha keras menjaga langkahnya agar keberadaannya tidak disadari oleh Yuto, meski dalam hati ia mengumpat karena pria itu jalan sangat lambat dan sudah dipastikan Taufan tidak akan bisa mendahuluinya.

"Tentang Halilintar.". Tanpa sadar Taufan terkesiap begitu nama itu terdengar. "Dan waktu yang dihabiskannya sebagai kelinci percobaan.", lanjut Yuto dengan nada keras. Membuat Taufan sontak berhenti melangkah dan membolakan mata. Bukan karena nada suara Yuto yang mengancam tapi tentang kenyataan yang baru saja ia dengar.

-------

Yuto bekerja sebagai seorang editor di salah satu kantor penerbitan yang cukup terkenal. Sudah bertahun-tahun ia mendalami pekerjaannya disana dan tak dapat dipungkiri kalau ia menyukai pekerjaannya itu. Meski ada waktu-waktu yang sangat menyebalkan dan membuatnya menjadi zombie seperti pada saat mendekati waktu deadline dan saat penulis yang ditanganinya tidak mau bekerjasama dengan menyerahkan naskahnya tepat waktu, tapi tetap saja bagi Yuto yang menyukai sastra namun tidak mempunyai bakat menulis, menjadi editor adalah salah satu pekerjaan yang sangat sesuai dengannya. Selain itu pendapatannya juga lumayan dan ia bisa mengajukan cuti dengan mudah selama ia bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Dan itulah yang sedang dilakukannya sekarang. Datang ke kantor dan meminta cuti selama seminggu untuk merawat adiknya yang sedang sakit. Beruntung bosnya adalah pria yang baik dan mau mengerti keadaannya sehingga begitu Yuto menjelaskan kondisi yang ia dan adiknya alami, bos nya itu segera menyetujui pengajuan cutinya, tapi tentu dengan syarat Yuto harus bisa menyelesaikan pekerjaannya sebelum deadline. Yuto langsung menyetujui syarat tersebut dan segera berlalu meninggalkan kantornya. Ia harus kembali ke rumah sakit dan memaksa Iori untuk istirahat sementara ia menggantikannya untuk menjaga Halilintar.

"Yuto! Tunggu!", seruan yang terdengar di belakangnya membuat Yuto yang hendak keluar dari area kantor langsung menghentikan langkah dan berbalik. Disana ia menemukan rekan kerjanya berlari ke arahnya dengan terburu-buru membuat ia menanti dengan heran.

"Ada surat untukmu. Baru datang tadi pagi...", temannya itu berusaha menjelaskan sambil mengatur nafas. "Kupikir kau tidak masuk lagi hari ini. Jadi aku berniat mengantarkannya ke rumah sakit setelah pulang kerja. Tapi, syukurlah kau mampir ke kantor."

TegamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang