06- Emosi

45 16 0
                                    

mulmed: bailee madison as oriell scienticova

***

Bagian Enam

Oriell berjalan menuju kelasnya. Di koridor kelas 11, banyak pasang mata menatapnya dengan tatapan kagum. Karena menurut teman-temannya Oriell adalah primadona SMA Mentari karena kecantikannya yang alami dan juga sifatnya yang sangat baik terhadap semua orang. Hanya cowok bodoh dan katarak yang tidak mau sama Oriell. Contohnya Loui.

Seperti biasa, saat Oriell masuk ke kelasnya ia langsung disambut oleh kedua sahabatnya, Nelvi dan Dina.

"ORIELL!!" Mendengar suara Dina yang khas itu ia tak mengihraukannya. Oriell malah melirik ke bangku Loui. Terlihatlah Loui yang sedang bermain ponselnya.

"Pagi, Loui."

Loui bertanya-tanya dalam hatinya. Mengapa belakangan ini Oriell makin tambah aneh pada dirinya? Oriell gak kesambet 'kan?

Loui tak menjawab sapaan cewek itu. Ia masih sibuk bermain ponselnya. Melihat itu, Oriell jadi kesal sendiri. Ia pun merebut ponsel Loui. Cowok dingin itu yang tadinya sedang duduk, langsung bangkit saat ponselnya di ambil alih oleh cewek aneh itu. Kalo aneh, sama dong seperti dirinya(?)

"Balikin." Loui menatap tajam cewek yang merampas ponselnya itu sambil berucap dingin.

"Jawab dulu sapaan gue. Baru gue balikin."

"Pagi." Dengan terpaksa, Loui harus mengucapkan itu. Ia tidak mau barang pribadinya di ambil oleh orang yang ia tak kenal sama sekali bagamaina sifatnya. Tapi, semenjak Oriell mengganggu dirinya, ia jadi tahu bagaimana sifat Oriell. Walaupun hanya sekilas, tapi ia tahu bahwa Oriell itu cewek pecicilan. Lebih bahaya lagi jika Oriell mengambil ponselnya.

Ia tidak mau ada yang mengetahui isi ponselnya. Bukan. Bukan karena ada video atau gambar yang begituan. Tapi, banyak momen-momen tertentu saat ia bersama Luha, gadis yang ia sayangi. Dan Loui tidak mau Oriell mencampuri urusannya.

Oriell tersenyum mendengar perkataan cowok dihadapannya ini. "Et, tapi ada satu lagi. Lo harus jadi temen gue. Baru gue balikin,"

Lama-lama mikir, akhirnya juga jawabannya jatuh ke 'iya'. Dan Loui hanya mengangguk tanpa mengucapkan apapun. Dengan semangat 45, Oriell tersenyum manis. Bahkan sangat manis. Mungkin mampu membuat para manusia diabetes jika melihatnya.

"Oke, Loui, sekarang kita temenan. Ya, temenan."

dER SCHNITTER

Sedari tadi Oriell hanya berselfie ria di ponsel Loui. Ia tidak berfikir bahwa sekarang ada PR Matematika yang di berikan oleh Bu Juju, guru yang sangat legendaris seantero SMA Mentari karena ke-killerannya sudah diambang batas. Sekali tidak mengerjakan, maka siswa itu tidak diperbolehkan mengikuti ulangan harian yang selalu dilakukan Bu Juju setiap satu bulan sekali. Dan otomatis siswa yang tidak mengerjakan PR tidak mendapat nilai ulangan harian.

"Astaga!! Gue belom PR Matematika nih aduh mampus!" Oriell panik bukan main, satu-satunya harapan adalah meminjam buku milik Loui.

"Loui, gue pinjem buku lo dong. Gue belom ngerjain PR dari Bu Juju. Lo 'kan tau sendiri lah kalo gak ngerjain PR Matematika gimana nasib gue, please?" Puppy eyes milik Oriell kini terlihat. Membuat Loui ingin memberikannya tapi egonya menolak. Karena menurutnya mencontek jawaban orang lain adalah hal yang paling ia benci. Karena, orang itu sudah bersusah payah mengerjakan soal tapi malah dicontek seenaknya. Tidak enak bukan?

"Ogah." Kini egonya yang berbicara. Tidak rela memberikan PR Matematikanya dicontek Oriell.

"Aduh gimana dong ya nasib hp lo ini?" Kini Oriell mulai mengancam, seakan ia tidak pernah kehabisan ide untuk membujuk Loui.

Loui membalikan badannya untuk mengambil buku Matematika miliknya yang masih berada di dalam tas. Sangat terpaksa Loui memberikan bukunya kepada Oriell.

Oriell tersenyum gembira saat Loui menyondorkan bukunya."Makasih, teman." Ia langsung menyambar buku itu dan membawa ke mejanya. Tak lupa ia juga mengembalikan ponsel milik Loui dan setelah itu ia menyalin tugas Loui ke buku Matematika miliknya. Tulisan Loui sangatlah rapi malah jika orang melihat mungkin mereka akan mengira bahwa ini adalah tulisan perempuan.

Loui sangat terkejut mendapati wallpaper ponselnya berubah menjadi foto Oriell yang sedang tersenyum manis. Ia langsung menggantinya lagi dengan foto Loui dan Luha yang sedang berangkulan. Ia tersenyum ketika melihat wajah Luha yang sangat polos dan mencerminkan bahwa Luha adalah orang yang sangat periang. Loui merindukan Luha. Sekarang, esok, dan selamanya.

dER SCHNITTER

"Mau pulang bareng?"

Suara itu membuat Oriell ingin pergi secepat-cepatnya. Regard dengan mobil sportnya berhenti tepat di depan Oriell.

"Mau pulang bareng gak?"

Tanpa menengok ke arahnya, Oriell menjawab. "Gak. Makasi."

"Riell lo masih marah sama gue? Maafin gue Riell, maafin. Itu 'kan cuman masa lalu. Gak usah di inget lagi. Lo liat masa depan aja sekarang. Jangan nengok ke masa lalu. Karena itu semakin ngebuat lo benci sama gue." Ujar Regard keluar dari mobilnya lalu berdiri tepat di depan Oriell. Melihat mata Oriell dalam-dalam membuat perempuan yang di tatapnya itu ingin muntah.

"Lo tau? Lo itu kayak bocah. Lagian, gue udah maafin lo dari kapan."

"Terus kenapa lo masih kayak marah gitu sih? Gue udah berjuang supaya lo balik lagi ke gue kayak dulu."

"Lo pikir aja sendiri. Gue maafin lo bukan berarti gue udah gak marah sama lo. Dan inget satu lagi. Lo itu cuman masa lalu gue. Gak bisa balik lagi kayak sampah yang gak bisa di daur ulang."

Mendengar dirinya di samakan seperti sampah, membuat emosi Regard tersulut. Baru saja ingin melayangkan tamparan untuk Oriell, tangannya di tahan di udara.

"Cuman cowok pengecut yang berani nampar cewek."

Satu kalimat itu mampu membuat emosi seorang Regard ingin meledak. Regard melepaskan tangannya kasar dari tangan Loui. Setelah itu, Loui membawa Oriell pergi tanpa pamit.

"Bangsat. Gue gak akan diem."

***
a/n:

vomment jangan lupa yak.
jangan jadi sider plis😞
makaseh banget yg udah setia baca cerita ini sama yg selalu vote.

ai lop u❤

dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang