02- Menyesal

93 17 2
                                    

Bagian Dua

Melihat SMS yang dikirim oleh orang itu, Loui pun kembali mengingat kenangannya bersama Luha. Orang yang sangat ia sayangi. Karena satu kesalahan sepelenya, ia telah membuat keadaan semuanya menjadi kacau, sekacau hidupnya. Loui tinggal berasama ibunya di rumah yang cukup mewah, ayahnya yang selalu di luar kota karena alasan bisnis yang selalu ia katakan. Sekarang hanya ada ibunya yang sangat menyayangi Loui, Loui pun sangat menyayangi ibunya melebihi apapun.

Rafa Mayla Adhyasta, atau sering dipanggil Mami oleh sang anak, sedang memasak di dapur, memasak makanan favorit anaknya. "Loui sayang, ini makan malamnya sudah jadi, ayo kita makan bersama dia bawah, nak,"

Loui yang sedang melamun langsung tersadar karena panggilan sang ibu. Mereka pun makan bersama, sambil sesekali terkekeh kecil akibat candaan sang ibu. Keadaan menjadi hening ketika Loui bertanya tentang satu hal. "Mi, Papi kapan pulang sih? Kayak bang toyib gak pulang-pulang."

"Hush! Loui, Papi pasti bakal pulang. Gak mungkin gak pulang. Kita bisa makan enak seperti ini juga karna Papi. Kalau gak ada Papi, kita udah jadi gelandangan. Jadi bersyukur selagi kamu masih hidup. Papi disana kerja buat kehidupan kita. Mami yakin, Papi bentar lagi pulang."

Memang sudah lama, Papinya itu, tidak pernah pulang ke rumah. Dengan alasan, bisnisnya sedang naik daun. "Tapi, Mi, dia udah dewasa. Bahkan udah tua. Jadi harus bisa bagi-bagi waktu mana untuk kerja dan mana untuk keluarga."

Mayla menghela nafasnya berat. Memang sebenarnya dirinya juga merindukan Redy. Tapi, dengan ini ia bisa menguatkan anak tunggalnya. Mendengar pernyataan anaknya itu, ia hanya bungkam.

Sedangkan Loui berpikir, sudah pasti ada yang disembunyikan oleh Maminya itu. Setiap Loui bertanya soal itu, pasti jawaban Maminya itu selalu sama. Dan dengan sepenuh hati, Loui yakin, pasti ada hal tersembunyi.

dER SHNITTER


Hampir saja Oriell terlambat masuk kelas. Mood ia pagi ini benar-benar buruk karena tadi sewaktu berangkat sekolah, mobilnya tiba-tiba mogok tidak mau jalan. Alhasil, ia memanggil tukang gojek ke tempatnya saat itu. Dan karena itu, uang jajan Oriell jadi berkurang.

Langkah kecil Oriell berhenti dan langsung duduk di tempatnya. Kedua sahabat Oriell yang melihat wajah murung Oriell seketika menyerngit heran. Pikir mereka pasti ini ada sangkut pautnya dengan kejadian kemarin. Tadinya Nelvi dan Dina mau menghampiri sahabatnya itu, tapi guru mata pelajaran pertama sudah masuk kelas tanpa aba-aba. Tapi untung, kalau mereka berdua menghampiri Oriell, sama saja mereka menghampiri kandang singa. Oriell bisa menerkam mereka kapan saja. 'Kan seram.

dER SCHNITTER

Di kelas 11 IPA 6, keadaan sedang ricuh bak pasar tradisional. Adam, sang trouble maker di kelas sengaja mengganggu Loui. Dan Loui, tidak suka diganggu. Loui antara acuh tak acuh menanggapi Adam. Oriell yang melihat itu, entah kenapa merasa seakan tidak terima melihat Loui tiba-tiba diganggu oleh Adam. "Berhenti! Salah Loui apa sampe lo ganggu-ganggu?! Gak tau malu banget lo!" Bentak Oriell dengan tegas membuat Adam berhenti melakukan kegiatannya.

Mendengar itu, Adam tertawa meremehkan. Melihat tawa itu, Oriell ingin muntah di mukanya saat itu juga. "Lo ngapain bela dia? Jangan-jangan kalian udah taken ya gara-gara kejadian kemarin? Yang di----" Ucapan Adam yang seenaknya itu membuat Oriell memotongnya.

Namun, saat ia ingin membalas ucapan Adam, Loui mencegahnya. Satu detik kemudian Loui menarik lengan Oriell keluar kelas. Dengan kesal, Oriell berusaha melepaskannya. Dan ya! Dia berhasil. Dan ia langsung melemparkan tatapan tajamnya pada Loui.

"Lo tuh hobi banget sih narik tangan gue!"

Loui menatapnya datar. Baru beberapa detik kemudian dia berbicara. "Jangan sok jadi pahlawan."

"Heh! Bukannya terimakasih udah gue belain, eh ini apaan? Malah bilang gue sok pahlawan!" Geram Oriell sangat kesal. Ia tidak akan diam jika Loui terus memojokkannya seperti ini. Tidak!

Loui tidak mengindahkan ucapan si cewek itu. Sebelum meninggalkan Oriell, dia berkata.

"Cari perhatian."

Mendengar itu, spontan Oriell melotot pada Loui. Tapi, Loui tetap berjalan tenang, seolah dia tidak bersalah. Punggung Oriell di usap dari belakang membuat dirinya menengok. Ternyata Dina berusaha menenangkan Oriell.

"Sabar Riell. Dari orok emang gitu, kali."

Nelvi ikut menyutujui perkataan Dina. Sebelum mereka masuk ke kelas, Oriell berdecak.

dER SHNITTER

"Oriell!!" Panggil seorang laki-laki tampan itu. Oriell yang merasa dipanggil pun menoleh ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya ia saat melihat laki-laki itu muncul lagi di hadapannya. Tanpa memperdulikan panggilan cowok itu Oriell berjalan seperti tidak mendengar panggilan cowok itu.

Melihat itu, langkah cowok itu sedikit ia percepat untuk menyejajarkan langkahnya dengan Oriell. Setelah sejajar, ia buru-buru mencekal tangan Oriell sebelum kabur darinya.

Dengan terpaksa, Oriell menoleh ke arah cowok itu dengan tatapan ogah-ogahan.

"Gue mau ngomong sama lo. Sebentar aja," Cegah sang cowok. Oriell menatapnya penuh kebencian " Gue sibuk, gak ada waktu. Ini udah jam pulang. Gue harus balik."

Baru saja cowok itu ingin menjawab, seketika terhenti saat Oriell mulai berbicara lagi. "Satu lagi. Jangan pernah tunjukkin muka lo di depan muka gue, Regard."

Ucap Oriell dengan sepenuh hatinya. Ia sudah benar-benar benci pada orang di hadapnnya ini. Dengan langkah cepat, Oriell berjalan kembali menuju luar gedung sekolah. Tak peduli panggilan-panggilan yang keluar dari mulut Regard. Ia sudah tidak ingin lagi berhubungan dengan orang itu. Cukup waktu itu saja saat ia sedang khilaf.

dER SCHNITTER

dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang