36- Menyebar

21 8 0
                                    

Bagian Tigapuluh Enam

Tak seperti biasanya, hari ini Oriell selalu di perhatikan orang-orang di sekolah. Ada juga yang sambil berbisik-bisik. Tentunya Oriell risih akan hal itu.

Kelas semakin dekat, dan Oriell menjadi lega karena orang-orang di luar sana sudah tidak bisa lagi memperhatikannya. Di lihatnya Nelvi sudah duduk manis di tempatnya. Oriell pun menarik bangku yang berada di sampingnya lalu duduk.

"Riell, beneran?" Nelvi menatap Oriell tak percaya.

"Beneran apanya hah?" Tanya balik Oriell bingung. "Lo beneran pacaran sama Javier?" Tanya Nelvi membuat Oriell langsung menoleh ke arah Nelvi.

"Jadi itu yang buat gue di sepanjang jalan menuju kelas di liatin mulu?" Gumam Oriell yang terdengar di telinga Nelvi. Ia tidak menyangka, perihal ia jadian dengan Javier langsung menyebar luas di sekolah. Mungkin itu tadi yang memperhatikan dan membisik-bisikkan Oriell adalah sebagian penggemar Javier di sekolah.

"Kok nyebar sih?" Bingung Oriell lagi.

Nelvi membulatkan matanya, "Berarti bener dong?!"

"Iya."

"HA?!" Nelvi sontak terkejut. Untung kelas masih agak sepi. Belum terlalu banyak yang datang. Hanya ada si kutu buku-- Reyna, yang sedang membaca, dia pun lantas menoleh ke arah meja Nelvi dan Oriell karena teriakan sahabat Oriell yang super duper membahana itu.

"Lo gak jadiin Javier pelampiasan 'kan Riell?" Tanya Nelvi ragu. "Lo kok mikirnya gitu? Gue gak sejahat itu Nel. Gue akan coba untuk bales perasaan dia. Gue udah move on dari Loui. Lo gak usah bahas-bahas dia lagi di depan gue. Gue udah muak sama dia."

"Ya, sori. Gue salah ngomong. Jadi.. lo belum cinta sama Javier?"

"Belum Nel. Tapi gue bakal coba untuk itu. Udah ah gak usah ngomongin cowok mulu. Bosen."

"Iya-iya. Tapi 'kan cowok lu juga yang di omongin, nyet."

dER SCHNITTER

Mencuci muka, itulah kegiatan yang Oriell lakukan saat ini. Tadi di kelas ia merasa kurang fokus mengikuti pelajaran, alhasil ia izin ke toilet untuk mencuci mukanya. Setelah terasa segar, ia keluar dari tempat itu.

"Deketnya sih sama Loui, tapi jadiannya sama Javier." Ucapan itu membuat mata Oriell menoleh ke samping kanannya. Di situ terlihat ada Regard yang sedang bersandar di dinding koridor.

Oriell lebih memilih untuk diam. Dia tidak mau ambil pusing untuk seseorang seperti Regard ini. Namun Regard sepertinya tak kenal puas, ia terus mengikuti Oriell sambil mengeluarkan kalimat-kalimat tak enak di dengar.

"Ntar jangan-jangan Javier di selingkuhin lagi. Dua gak cukup jadi tambah satu." Pancing Regard. "Dasar kurbel." Dua kata terakhir itu mampu membuat emosi Oriell menjadi naik ke ubun-ubun. Ia menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badannya tepat ke arah Regard yang kini sedang tersenyum miring.

"Banci lo! Mulut kayak cewek, tukang gosip. Lo gak tau apa-apa soal gue. Gak usah sok-sokan urusin hidup gue. Jangan 'kan hidup gue, hidup lo aja belum bener. Bejat!" Oriell menunjuk Regard dengan jari telunjuknya.

"Oh bejat? Tapi dulu lo pernah cinta 'kan sama gue? Berarti lo sama-sama bejatnya!" Ujar Regard tak mau kalah.

Oriell mendelik, "Lo tau? Itu dulu. Waktu itu gue di butain sama cinta. Gue nyesel banget sekarang karna pernah cinta sama cowok yang lebih dari kata brengsek. Mungkin bajingan. Lo gak usah dateng lagi ke hidup gue. Hidup lo masih runyem. Mending lo urus tuh hidup sendiri!" Perempuan berambut sepunggung itu mengakhiri ucapannya dengan seruan yang telak membuat Regard mengepalkan tangannya.

dER SCHNITTER

"Riell, tungguin gue dulu ya. Gue ada latihan wajib nih." Selama Oriell dan Javier berpacaran mereka selalu pergi dan pulang bersama. Dan kini sekarang Javier ada latihan wajib eksulnya, basket.

Oriell mengangguk lalu tersenyum. "Gue tunggu di pinggir lapangan ya." Oriell lalu berjalan ke pinggir lapangan. Selama Oriell menunggu, ia hanya sibuk bermain hpnya.

Sudah terlalu bosan dengan hpnya ia kemudian memperhatikan pacarnya yang sedang bermain basket itu. Javier sedang sibuk memainkan bolanya mengoper sana-sini, keringat mulai mengalir melalu pipinya, baju basket tanpa lengannya sekarang sudah mulai basah akibat keringat. Sesekali Javier melirik Oriell lalu ia juga tersenyum pada Oriell. Berniat untuk membeli minum untuk Javier, Oriell bangkit lalu ia pergi ke kantin.

Setelah membeli minuman yang Oriell kira disukai oleh Javier, ia ke toilet dulu karena kantung kemihnya sudah tidak kuat untuk menampung air seni.

"Eh, lo tau gak sih? Si Oriell cewek cantik kelas 11 IPA-6. Cantik sih tapi, kegatelan banget tuh cewek, masa iya deketnya sama Loui tapi pacarannya sama sepupu si Loui. Aneh banget kan?"

"Iya tuh gosip sekarang lagi panas banget se-SMA Mentari. Lagian kurbel banget tuh si Oriell, abis ini siapa lagi yang jadi korbannya."

Tak kuat mendengar percakapaan antara kedua cewek yang sedang berkaca itu, ia akhirnya keluar dari toilet, Oriell kemudian menatap kedua cewek itu dengan sinis. Oriell tidak habis fikir, apa gunanya mengurusi urusan orang lain? Apalagi orang yang tidak dikenal, sangat tidak ada gunanya. Oriell hanya ingin berusaha untuk membalas perasaan Javier tapi, ia merasa tidak dibargai oleh orang-orang yang membicarakannya. Tak sadar air mata Oriell mengalir, Oriell benar-benar sakit hati disebut 'cewek ganjen' atau 'kurbel' dan lain-lain.

Sudah dekat dengan lapangan, Oriell menyeka air matanya. Ia lalu menghembuskan nafasnya. Tak lama setelah Oriell sampai di lapangan, pluit berbunyi tanda waktu istirahat bagi pemain. Oriell tersenyum lebar pada Javier lalu memberikan handul kecil dan air yang ia beli tadi di kantin.

"Kebetulan banget nih, gue gak bawa minum. Ini nih enaknya bawa pacar kalo lagi main basket." Javier mengacak-acak rambut Oriell.

"Lo enak, gue nunggu disini ampe lumutan." Oriell terkekeh, ia berusaha tersenyum walaupun ia menutupi kesedihannya.

"Riell?"

Oriell menoleh ke arah Javier. "Heemm,"

Javier mendekat pada Oriell, ia membenarkan rambut yang menghalangi wajah Oriell lalu menyampirkannya pada telinga Oriell. "Abis nangis ya?"

"Em eng-- nggak kok, itu tadi debu masuk mata gue." Hanya itu yang ada di otak Oriell.

"Ooh yaudah. Tapi, kalo ada masalah cerita sama gue ya? Jangan dipendem sendirian, gak enak lho." Javier menggenggam tangan Oriell, lalu ia gunakan tangan Oriell untuk menyeka keringatnya.

"Heh! Ngapain lo?! Jijik ih! Itu kan ada anduk, ngapain pake tangan gue, bego!" Oriell menarik tangannya secara paksa.

Javier tertawa, "Rasain tuh keringet! Lagian keringet gue wangi kok! Gak kayak lo, asem." Javier meneloyor kepala Oriell kemudian ia berlari.

Tak mau kalah Oriell mengejar Javier. "HEH! SINI GAK LU!"

Kemudian terjadilah kerjar-kejaran antara Oriell dan Javier yang saling tidak mau mengalah. Teman-teman Javier hanya menatapnya aneh dan sebagian dari mereka menggeleng, akibat kelakuan konyol 2 orang itu.


***

a/n:

hai semuanya! ada yg nungguin ini update enggaaak? hm, maaf ya, kyknya kita bakal jarang update. soalnya sibuk persiapan mau ukk. ntar udh ukk kita bakal update lg kok. so, jgn lupa utk vomment trs ya! btw, marhaban ya ramdhan yaa bntr lagi kan mau puasa. maafin ya kalo aku sama jasmine ada salah ngomong apa gimana. selamat menunaikan ibadah puasa bagi yg jalanin!

lost of love,
Aulia

dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang