23- Kesalahan

23 12 0
                                    

Bagian Duapuluh Tiga

Oriell sedang berada di tepi danau sekarang. Menikmati semilir angin dalam kedamaian. Udara yang sejuk di danau ini mampu membuat hati Oriell tenang---yang tadinya gundah. Sudah lama Oriell tidak kesini, biasanya ia kesini bersama Seril untuk membuat flower crown. Atau hanya untuk menikmati kedamaian danau ini saja.

Di Bandung tidak banyak yang tahu tentang keberadaan danau ini, jadi tempat ini sangatlah sepi. Mungkin jika anak perempuan lain pergi ke tempat seperti ini mereka akan merasa bosan atau bahkan mereka takut diculik dan sebagainya. Tapi, tidak bagi Oriell, inilah tempat ternyaman untuk ia menyendiri dan menenangkan pikirannya. Mungkin setelah berdiam diri di tepi danau ini Oriell akan merasa bebannya sedikit berkurang.

Oriell menoleh karena merasa ada yang menepuk bahunya. Ia sedikit terkejut. "Lo?" Kening Oriell berkerut.

Tanpa menjawab apapun, orang itu langsung duduk di samping Oriell. Refleks Oriell langsung merasakan jantungnya yang berdebar cepat. Oriell takut jika cowok yang berada di sampingnya itu mendengar detakan jantungnya yang kini tak bisa di atur itu.

Alhasil, Oriell hanya mengangguk dan kembali melihat lurus kedepan dengan pikiran yang kosong. Rambutnya yang biasanya diikat rapi sekarang dibiarkan terurai hingga diterpa angin membuat anak-anak rambutnya berterbangan.

Cowok itu berdeham, "Lo ngapain?" Tanyanya sambil menoleh sedikit ke arah Oriell.

Oriell menoleh, ingin memberikan jawaban yang pas. "Gue cuman pengen nenangin pikiran gue doang untuk sesaat. Gue.." Suara Oriell sudah mulai lirih. Dia bingung harus bercerita pada siapa. Mungkin dia akan bercerita soal dirinya dengan Dina ke Loui, ia butuh pendengar yang baik. Itu yang Oriell inginkan saat ini.

Sudah Loui duga jika cewek yang sekarang berada di sampingnya ini sedang ada masalah---kelihatan dari wajahnya seperti orang banyak pikiran kebanyakan. Entah kenapa tiba-tiba Loui ingin pergi ke tempat ini, ingin bernostalgia pada kenangannya bersama Luha. Mengingat dulu Loui bersama Luha selalu ke danau ini setiap sore, karena mataharinya menyejukkan dan itu mampu membuat orang yang datang ke danau itu betah berlama-lama tidak ingin pulang. Kebetulan ada Oriell disini, jadi tidak ada salahnya ia menghampirinya 'kan?

"Wi, menurut lo gue salah gak sih marah ke Dina?" Tanya Oriell sekarang ini ia sangat membutuhkan orang yang bisa mendengarkan ceritanya.

"Salah apanya?"

"Gue salah kalo gue marah ke Dina gara-gara dia nyebarin video itu." Oriell menunduk ia kembali mengingat saat bundanya mendengar percakapannya dan Seril.

"Lo gak salah. Itu wajar,"

Oriell mengubah posisi duduknya, ia menekukkan lututnya sampai dagu dan lutunya bersentuhan. "Tapi Wi, gue merasa bersalah. Karena video itu adek gue jadi salah paham. Dan satu lagi, gue juga kehilangan sahabat gue. Jadi sekarang gue harus gimana?" Oriell kembali bersuara. Mengatakan apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini.

"Belajar dari kesalahan, dan lupain masa lalu." Pandangan Loui masih tetap lurus kedepan tanpa sedikitpun menoleh ke arah Oriell. Walaupun kenyataannya Loui tidak bisa melupakan masa lalunya, dan ia juga masih belum bisa belajar dari kesalahannya.

Masa lalunya terlalu indah untuk dilupakan dan kesalahannya sangat fatal untuk dijadikan pelajaran. Jadi, perkataannya pada Oriell hanyalah omong kosong belaka. Tidak mungkin 'kan jika Loui memperlihatkan kelemahannya di depan Oriell?

dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang