13- Flashback

26 16 6
                                    

Bagian Tigabelas

"Heh cowok pemalas, cepet bangun!" Kini wanita yang bernama Luha itu sedang mengguncangkan tubuh milik seseorang yang sering ia sebut cowok pemalas.

"Apaan si gausah ganggu deh. Mending sini tidur aja di kasur aku daripada ganggu. Kemaren malem aku begadang main dota"

"Salah sendiri. Cepet bangun ah, anterin aku ke Gramedia. Aku mau beli buku rumus-rumus fisika sama matematika." Ia terus merengek di depan cowok yang masih enggan untuk membuka matanya.

"Iya, iya. Untung sayang. Kalo enggak udah aku bacok"

"Yaudah bacok ni bacok aja!!" Luha mengerucutkan bibirnya, memukul bahu cowok yang kini sedang menyandarkan kepalanya di bahu Luha.

Cowok itu seketika memeluk tubuh Luha yang mungil. "Ya gak akan lah."

"Udah sana mandi Loui Blake Adhyasta."

dER SCHNITTER

Luha telah selesai membeli semua buku yang ia inginkan. Karena Luha dan Loui suka dengan pelajaran yang berhubungan dengan rumus, jadi mereka sangat sering belajar bersama, bahkan sampai lupa waktu. Mereka bisa saja tertidur di ruang tv akibat terlalu lama menghafal dan mengerjakan soal matematika.

"Tumben gak beli novel action?" Memang biasanya jika Luha sedang membeli buku tentang rumus-rumus, Loui akan pergi ke lorong tempat novel action kesukaannya berada.

Loui hanya menggeleng. Entah kenapa mood bacanya sekarang sedang hilang. Biasanya jika sudah di toko buku, Loui lah yang paling lama memilih buku. Dan Luha juga sudah hafal jika Loui membawa banyak buku ke hadapannya ia pasti akan mengtakan 'Pilihin dong yang mana paling bagus' atau 'Beneran nih gak yang ini?' Dan banyak lagi. Tapi, tetap saja pilihannya pasti berbeda dengan buku yang di rekomendasikan oleh Luha.

"Makan yuk?" Sepertinya Luha sudah lapar karena tadi pagi ia tidak sarapan.

"Tumben. Biasanya daritadi udah minta makan. Lo kan rakus." Loui tertawa sambil merangkul pundak Luha.

Luha menjitak kepala Loui." Sejak kapan gue rakus?! Badan gue body goals gini."

Sepanjang perjalanan menuju restoran mereka bercanda ria sambil sesekali Luha memukul atau menjitak kepala Loui karena ia mengejek Luha. Mereka memang sering sekali bertengkar tapi, jika boleh jujur mereka saling menyayangi. Kasih sayangnya melebihi apapun. Bahkan Loui tidak bisa membayangkan jika ia kehilangan Luha, bagaimana hidupnya. Mungkin akan hancur.

dER SCHNITTER

"Adhy, ice cream kesukaan aku tuh! Beli yuk?" Luha menunjuk salah satu stand penjual ice cream kesukaanya.

Adhy, adalah panggilan bagi Luha untuk Loui, katanya jika ia memanggil dengan nama Loui, ia seperti memanggil nama hamsternya sendiri, karena hamsternya bernama Louis. Adhy, adalah singkatan dari nama Adhyasta, Luha sangat menyukai nama belakang milik Loui, sebutan Adhy juga menurutnya adalah sebutan spesial untuk Loui.

Loui mengangguk dan segera memesan ice cream kesukaan Luha, dan tentunya juga kesukaan Loui. "Mbak rasa vanilla dua. Satu pake cone yang satu enggak" Sepertinya mbak penjual ice cream ini sudah tahu jika Loui kesini ia pasti mengatakan 'Vanilla dua. Satu pake cone yang satu enggak'.

Setelah mengambil dua ice cream pesanannya. Loui lalu menyerahkan ice cream cone kepada Luha. Loui sangat tidak suka ice cream yang memakai cone, karena pertama kali ia membeli ice cream memakai cone ia harus rela baju kesayangannya kotor karena ice cream yang bercucuran dimana-mana. Sampai Luha juga ikut membersihkan noda ice cream di baju Loui.

"Rasanya selalu enak." Luha tersenyum, memakan ice creamnya dengan sangat cepat.

"Iyalah gak pernah berubah, masa mau rubah-rubah. Perasaan aja kalo rubah-rubah gaenak apalagi ice cream." Loui memencet hidung Luha yang sama mancungnya seperti hidung miliknya.

"Gak nyambung banget tau gak!" Luha menjitak kepala Loui. Sehingga Loui meringis kesakitan.

Seorang pemuda yang membawa kamera menghampiri mereka."Halo, saya fotographer yang lagi iseng-iseng cari objek buat saya foto, dan saya liat kalian, kebetulan ini hasilnya lumayan bagus" Pemuda itu melihatkan hasil jepretannya kepada Loui dan Luha.

Luha tersenyum, hasilnya memang bagus, sangat bagus. Disana terlihat Luha yang sadar kamera, ternyata benar tadi Luha melihat kamera itu sekilas dan ia kira ia tidak akan difoto seperti ini. Sementara Loui sedang asik memakan ice creamnya.

"Kak, boleh dong fotonya dikirimin ke email aku. Luhaadhy@gmail.com."Luha benar-benar tertarik dengan hasil jepretan pemuda itu.

"Iya pasti nanti akan saya kirim. Oh, iya. Kalo boleh saya ingin memasukkan foto ini ke blog saya boleh?"

"Dengan senang hati. Boleh banget." Loui tersenyum. Kapan lagi jadi model absurd gini, di masukkin blog lagi.

"Thanks ya, kalo gitu saya duluan" Pemuda itu pamit kepada mereka berdua.

"Kok kamu sadar kamera gitu sih?" Alis Loui berkerut, bisa-bisanya Luha sangat peka terhadap kamera.

"Gatau, aneh. Padahal aku cuman liat kamera itu sekilas doang kok."

"Untung fotographer kalo paparazi gimana? Jangan asal lirik kamera ah!" Loui mengapit pipi Luha dengan kedua telapak tangannya, dan membuat bibir Luha sedikit maju.

"Siap bos!"

dER SCHNITTER

"Adhy" panggil Luha. Sekarang ia sedang tidur di paha Loui.

"Hm?" Loui melirik Luha dan mengelus rambutnya yang sangat lembut itu.

"Kalo aku tiba-tiba pergi gimana?" Luha tidak tahu tiba-tiba saja di benaknya terbesit fikiran seperti ini,

"Kamu sayang 'kan sama aku? Kenapa harus pergi?"

"Takdir kan gak ada yang tau, Adhy" Luha menatap mata Loui lekat-lekat seakan ia sangat serius membicarakan hal ini.

Loui tersenyum." Intinya, aku sayang sama kamu. Dan jangan pernah tinggalin aku" Loui mengecup kening Luha.

dER SCHNITTER

a/n:

Hai!!
Btw, itu cover buatan jasmine loh, gimana-gimana bagus gak? Eh iya, cuma mau ngasih tau kalo ada yang aneh sama Luha dan Loui mereka emang kadang panggil aku-kamu kadang juga gue-lo.

-jasmine💞

dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang