33- Keputusan

22 7 0
                                    

Bagian Tigapuluhtiga

"Gue terima tawaran lo." Oriell menatap Loui yang juga sedang menatapnya.

Loui tersenyum. "Besok gue jemput lo, jam 7 malem."

Oriell menangguk lalu ia kembali ke bangkunya. Dalam hatinya Oriell melompat kegirangan, ia menganggap bahwa ini adalah cara Loui untuk mengubah keputusannya. Tapi, Oriell juga tidak mau dirinya terlalu percaya diri, ia takut jika Loui menjatuhkan harga dirinya untuk kedua kalinya.

Entah kenapa, Oriell tiba-tiba menerima ajakan dari Loui. Oriell tidak tahu kenapa orang tua Loui ingin bertemu dengannya, padahal bertemu orangtua Loui saja belum pernah.

"Heh! Ngelamun mulu!" Nelvi menggebrak mejanya.

Sontak Oriell mengerjap dan langsung duduk denga tegak. "Gue bingung nih, Nel."

"Hah? Bingung kenapa? Cerita-ceita dong." Nelvi kini menghadap ke arah Oriell.

Oriell menarik nafas, lalu ia mulai bercerita tentang apa yang ia dan Loui bicarakan kemarin. Ia menceritakannya secara rinci, dari awal hingga akhir.

Reaksi Nelvi sama terkejutnya seperti  Oriell. "Kok tiba-tiba ngajak lo ketemu orang tuanya sih? Apaan banget tuh Loui."

Oriell menunduk, "Dia tuh sebenernya maunya apa sih, Nel? Gue gak abis fikir sama dia. Kemarin dia jatuhin gue sampai gue bener-bener ngerasa sakit hati, sekarang dia ngasih harapan lagi ke gue, gue harus gimana? Apa gue harus ikutin permainannya terus menerus? Apa kalo gue ikutin permainannya terus menerus dia bakal berubah fikiran tentang perasannya ke gue? Gue takut disaat gue nyimpeh harapan lagi ke Loui tapi, dia jatuhin gue lagi."

Nelvi memeluk Oriell dalam pelukannya ia berbisik. "Semua yang Loui lakuin ke lo, itu semua ada alasannya. Nanti lo bakal tau sendiri."

Oriell melepas pelukannya, ia menatap Nelvi dengan tatapan 'maksud lo?' Apa maksud dari bisikan Nelvi tadi? Alasan? Loui mempunyai alasan saat ia menolak Oriell, Loui juga punya alasan? Tapi, apa alasan itu? Sampai karena alasan itu membuat Oriell dijatuhkan sejatuh-jatuhnya.

Nelvi tidak menjawab tatapan Oriell, ia hanya tersenyum. Ia tahu Loui sekarang sedang dalam dilema berat, ia harus memilih antara dua pilihan. Jika Loui memilih Oriell, Loui harus siap jika nantinya Oriell akan disakiti Regard, tapi jika Loui memilih untuk menjauhi Oriell ia akan membohongi perasaannya sendiri itu juga ia lakukan karena ia tidak mau terjadi sesuatu terhadap Oriell.

dER SCHNITTER

Kini Loui sedang ada di ruang tengah bersama Mami dan Papinya. Loui yakin sebentar lagi pasti Maminya akan bertanya tentang ajakan makan malam bersama Oriell.

"Wi, gimana? Oriell jadi kan besok makan malam sama kita?"

Loui tersenyum, tidak salah lagi ini pasti pertanyaan yang akan Mami tanyakan. "Iya, besok aku jemput dia jam 7, Mi."

"Nah bagus tuh, Mi. Berarti Mami harus masak makanan yang enak." Papinya yang kini angkat suara.

"Kapan Mami masak masakan gak enak, huh?" Alis Mami Loui terangkat, ia bertanya pada suaminya itu.

Suami Mayla tertawa. "Iya deh masakan Mami selalu enak. Iya 'kan, Wi?"

Loui mengangguk, mengiyakan pertanyaan dari Papinya itu. Memang jika sedang seperti ini Mayla dan Redy sangatlah kompak, mereka akan berperilaku seperti pasangan abg jaman sekarang, Loui menyadari akan perilaku Mami dan Papinya itu. Ditambah jika ada Luha disini keadaan akan seperti buruh sedang mengadakan demo, sangat ricuh.

dER SCHNITTER

Oriell kini sedang memilih baju yang ada di lemarinya, tapi entah kenapa bagi Oriell semua bajunya tidak cocok untuk ia kenakan malam ini. Nelvi juga ada di kamar Oriell sekarang ia berniat untuk membantu Oriell.

"Riell, gak usah diacak-acak juga, bego! Sini-sini gue pilihin," Nelvi memilih-milih dress yang Oriell keluarkan dari lemarinya, sesekali Nelvi mencocokan dressnya pada tubuh Oriell. Akhirnya Nelvi menemukan dress yang sangat cocok untuk Oriell. Dress hitam diatas lutut tanpa lengan itu membuat kesan elegant dalam diri Oriell.

Tok.. Tok..

Pintu kamar Oriell terbuka dan terlihatlah Ariell yang berdiri sambil tersenyum. "Eh ada Nelvi ternyata, Oriell kok ini berantakan banget kamar kamu? Kenapa bajunya diacak-acakin?"

Nelvi cekikikan sendiri. "Ini nih tante katanya Oriell bingung mau pake baju yang mana, secara gitu dia kan mau ketemu orang tuanya Loui. Ini Nelvi menyikut lengan Oriell.

Kini Ariell yang tertawa kecil, ternyata anaknya menerima ajakan Loui juga. Kemarin Oriell galau berat ia bingung harus menerima ajakan Loui atau tidak. Kemarin juga Bunda Oriell di telpon oleh Javier. Javier meminta tolong pada Ariell-- Bunda Oriell supaya ia membujuk Oriell agar Oriell menerima ajakan Loui. "Oalah, ternyata kamu beneran nerima tawarannya ya? Bagus dong kalo gitu. Yaudah deh bunda tinggal dulu ya."

Oriell dan Nelvi mengangguk. Mereka kemudian melanjutkan kegiatan mereka lagi, Nelvi sedikit memoles wajah Oriell agar terlihat lebih cantik, ia memakaikan bedak, eyeliner, dan lipstick. Tiga alat make up itu sudah cukup bagi Oriell, karena walaupun tidak memakai make up wajah Oriell sudah cantik.

Kini jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh, Nelvi berpamitan pada Oriell dan Bundanya. Sebelum Nelvi pergi ia mengatakan, "Ntar telfon gue, ya! Ceritain gimana tuh ketemu orang tua gebetan." Nelvi tertawa.

Oriell mendelik sebal. "Apaan sih lo!"

Tak lama setelah Nelvi pulang dari rumahnya Loui datang menjemput Oriell. Satu kata yang muncul dalam hati Oriell saat ia melihat Loui yaitu, tampan. Loui menatap Oriell sekilas, lalu ia meminta izin pada Ariell.

Loui membukakan pintu mobilnya, mempersilahkan Oriell untuk masuk, lalu ia berputar dan duduk di kursi pengemudi. "Lo cantik."

"Makasih."

Selama perjalanan di dalam mobil mereka berdua hanya diam tidak berani berbicara, di dalam hatinya Loui sangat ingin berkata bahwa sebenarnya ia juga mencintai Oriell. Sementara Oriell masih bingung dengan pikirannya, pikiran tentang, kenapa orangtua Loui ingin bertemu dengannya.

Mereka pun sampai di rumah Loui dan Oriell segera masuk ke dalam rumah minimalis itu, Oriell disambut dengan gembira oleh orangtua Loui.

"Oh ini Oriell ya?" Tanya Redy begitu melihat perempuan yang sekarang berada di samping Loui dengan dress hitam tanpa lengan. Pertama kali melihat Papinya Loui bagi Oriell ia bisa melihat bahwa Papinya Loui itu mempunyai kepribadian yang ramah.

"Iya, Om." Oriell tersenyum sambil menganggukan kepalanya. "Cantik sekali." Puji Redy. Oriell tersenyum lagi. Padahal baru saja Oriell bertemu dengan Papi Loui, tapi rasa nyaman sudah ia rasakan.

Mereka pun mengajak tamunya itu ke ruang makan. Mami Loui mempersilahkan Oriell duduk.

"Ayo di makan. Ini Tante yang buat. Kalau mau nambah, nambah aja. Gak usah sungkan-sungkan. Anggep aja rumah sendiri." Ucap Mayla ramah.

"Iya Tante," Mereka pun memulai kegiatannya. Di tengah-tengah makan mereka yang di selipi percakapan-percakapan kecil. Beberapa menit kemudian makanan mereka sudah habis. Mayla menyuruh Oriell untuk menambah porsi lagi, namun Oriell menolaknya dengan halus. Ia sudah kenyang. Masakan Mami Loui sangat lezat, dia tak bisa untuk berbohong.

"Jadi, kenapa kalian gak pacaran aja? Cocok lho.."

dER SCHNITTER

To be continue..

dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang