15- Kerja Kelompok

31 14 0
                                    

Bagian Limabelas

Wanita paruh baya yang di sanggul itu berjalan masuk ke dalam kelas 11 IPA 6. Bu Netta, guru pelajaran Bahasa Indonesia yang selalu saja emosi jika muridnya tidak mengerjakan PR atau sebagainya.

Semua murid di kelas itu yang tadinya sangat ramai seperti di pasar seketika hening. "Selamat pagi anak-anak." Bu Netta menyapa muridnya dengan nada yang cukup tegas.

"Hari ini ibu akan bagi kelompok. Masing-masing kelompok berisi 5 orang. Tugasnya kalian harus membuat naskah drama. Temanya bisa kalian atur sendiri. Mengerti?"

Semua murid mengangguk serempak.

"Baik, ibu akan sebutkan kelompok-kelompoknya."

Murid-murid sudah mulai berdo'a agar mendapatkan rekan yang bisa di ajak kerja sama. Sebenarnya, mereka ingin sekali kelompoknya tidak usah di tentukan seperti ini. Tapi sayangnya, yang namanya Bu Netta Talya, gak bisa di bantah Sekalinya membantah, sudah kalian habis. Tidak boleh ikut jam pelajaran. Jadi semua hanya bisa mengucapkan do'a agar dapat kelompok yang anggotanya rajin-rajin.

"Kelompok satu, Aufadina, Revan, Laiqa, Radith, dan Argi."

Masing-masing kelompok sudah di tentukan anggotanya. Hanya tinggal kelompok terakhir yang belum tersebut.

"Dan kelompok terakhir. Adam, Javier, Loui, Nelvi, dan Oriell."

Selesai di sebutkan semuanya, ada banyak macam ekspresi yang masing-masing tunjukkan. Ada yang cemberut, ada yang senang, ada yang biasa saja bak tidak peduli, dan lain-lain. Sedangkan Oriell senang bisa satu kelompok dengan Loui. Namun sayang, ia tidak satu kelompok dengan satu sahabatnya lagi, Dina. Dan lebih parahanya lagi, Oriell satu kelompok dengan si biang kerok.

"Di dua jam ini kalian bisa pergunakan untuk berdiskusi. Jangan main-main, ibu ada keperluan lain yang harus di selesaikan. Dan ingat, tidak ada yang bisa merubah kelompok ini. Semua sama, tidak ada yang beda. Naskah sudah harus ada di tangan ibu minggu depan. Telat satu menit, maaf, ibu tolak."

Bu Netta pun mengakhiri ucapannya hari ini dengan salam penutup. Sedangkan murid 11 IPA 6 tidak bisa apa-apa selain mengangguk pasrah.

dER SCHNITTER

"Di rumah lo aja, Wi!" Cetus Javier yang kini sudah duduk di pinggir lapangan, mendiskusikan untuk membuat naskah drama.

Oriell tersenyum, "Iya,Wi, di rumah lo gimana? Gak papa 'kan?"

Loui hanya bisa mengangguk mengiyakan. "Mau kapan nih nugasnya?" Nelvi bertanya, angkat bicara setelah daritadi ia hanya diam murung karena satu kelompok dengan si biang kerok, Adam.

"Sekarang aja gimana? Pada bisa 'kan?" Oriell bertanya untuk memastikan. "Dadakan banget." Loui angkat bicara.

"Biarin dong! Biar tugasnya cepet selesai elah. Besok-besok gue kagak bisa, sibuk." Adam mengucapkan itu sambil mengikatkan dasi didahinya.

"Halah lo mah sibuk-sibuk juga maen sama si Regard!" Sahut Nelvi membuat Adam tersenyum jahil. "Tau aja lo! Makin sayang deh,"

"NAJIS,NYET!"

Mereka pun semuanya tertawa kecuali Loui. Dia hanya diam tidak peduli.

dER SCHNITTER

Mereka semua memasuki rumah Loui yang cukup besar. Mami Loui menyambut teman-teman anaknya itu dengan ramah.

"Duduk dulu aja. Ntar tante bawain minum dulu sama cemilan," Ucap Mayla dengan ramahnya lalu pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan cemilan yang tadi sudah di buatnya dan langsung membawanya ke ruang tamu dimana teman-teman Loui berada.

"Makasih,tan. Padahal gak usah repot-repot," Ucap Oriell sambil menyengir polos. Mayla tersenyum ramah, "Gak apa-apa lah. Lagian ini pertama kalinya Loui bawa temen ke rumah,"

Oriell manggut-manggut mengerti sambil tersenyum. Seperti kerja kelompok anak lainnya, ada yang bekerja ada juga yang hanya diam sibuk dengan kegiatannya sendiri, seperti main hp contohnya. Setelah mereka berdiskusi akhirnya mereka menentukan ketua kelompoknya yaitu Oriell.

"Nih drama tentang apa? Bingung gue," Oriell sebagai ketua, bukan berarti hanya dia saja yang bekerja sendirian, tapi tujuan adanya tugas kelompok adalah untuk menguji kerjasama antara siswa.

Nelvi berfikir sejenak,"Gimana kalo Romeo dan Juliet aja? Emang mainstream sih tapi mungkin kita bisa buat yang beda." Mungkin itulah maksud dari ide Nelvi.

Oriell yang memang dasarnya kreatif ia selalu bisa membuat sesuatu yang tadinya biasa menjadi luar biasa. "Boleh tuh cerita Romeo dan Juliet, tapi sih ya menurut gue ceritanya diganti aja jadi versi pedesaan namanya pun diganti jadi Remo dan Julaeha. Gimana?"

Semuanya tampak berfikir. Kecuali satu orang, siapa lagi jika bukan Adam, ia malah sedang asik bermain game sambil sesekali mengeluarkan sunpah serapahnya dengan alasan karena ia kalah pada game itu. Oriell sangat kesal jika sudah sekelompok dengan Adam karena dia sangat menyebalkan dan susah diatur.

Semuanya menjawab setuju, sekarang tinggal ditentukannya tokoh pada cerita Romeo dan Juliet yang mereka ganti dengan judul Remo dan Julaeha.

"Gue masih ngakak aja tau gak sama judul drama yang kita buat," Javier yang sejak mendengar judul baru itu sekarang masih tertawa.

"Hah?! Yang bener aja tuh judul katro amat deh. Siapa sih yang buat?" Adam ikut protes, padahal dirinya sama sekali tidak menyumbang ide.

"Heh, lu tuh mikir aja kagak. Tapi lu sok-sokan protes. Dasar gak tau malu banget lu!" Nelvi meresponnya dengan galak. Adam menatap sinis Nelvi.

"Bisa diem gak sih lo berdua?" Loui kesal mendengar celotehan tidak penting dari pertengkaran Adam dan Nelvi. Sementara kedua orang yang ditegur menjadi diam sekarang.

"Kita tentuin tokohnya ya sekarang, ada yang punya ide?" Oriell memulai pembicaraannya lagi.

"Lo sama Loui aja,Riell," Nelvi kini berpendapat lagi, karena menurut Nelvi tokoh yang cocok adalah Oriell dan Loui.

Javier sedikit kecewa mendengarnya, padahal ia berharap bahwa yang jadi tokoh utama adalah ia dan Oriell. Tapi, apa boleh buat ia tidak bisa sembarang protes.

Dan sekarang Javier mempunyai satu pertanyaan untuk dirinya sendiri.

Mengapa ia kecewa?

***
a/n: hae kembali dengan aul. mau tanya dong, yg udah nonton dear nathan siapa aja ni? ku galau belum liat babang nichol:"


dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang