12- Tawaran lagi

30 18 1
                                    

Bagian Duabelas

Pagi ini mau tak mau Loui pergi ke sekolah bersama Javier, karena katanya mobil Javier mogok kemarin saat pulang sekolah.

"Jangan bete gitu lah jelek." Javier mengejek Loui yang sekarang sedang bete karena ia harus naik motor berboncengan dengan Javier. Seperti homo, pikir Loui.

"Lagian ntar kek orang homo, ogeb,"

Mayla yang baru selesai masak untuk sarapan pun menghampiri mereka berdua. "Udah dong Loui, jangan protes terus, gak ada salahnya kok berangkat sama Javier. Udah sana berangkat ntar kamu terlambat lagi."

Loui menghela nafas. "Yaudah Mi kita pergi dulu ya," Ucap mereka berdua berbarengan.

Javier memang memanggil Mayla dengan sebutan,Mami. Karena memang dulu Javier sering di urus oleh Mayla saat masih kecil. Karena Indah, mama Javier sibuk bekerja. Jadi, memang sudah biasa ia menanggap Mayla sebagai mamanya sendiri. Hanya saja di umur 10 tahun Javier pindah ke Singapore karena papanya ditugaskan di negara yang terkenal oleh merlionnya itu.

dER SCHNITTER

Belum bel masuk, tapi SMA Mentari sudah heboh karena dua cogan datang bersamaan dengan satu motor. Siapa lagi jika bukan Loui dan Javier?

Oriell yang melihat itu seketika melongo karena tak tahu mengapa jika di lihat-lihat lagi Loui itu ternyata sangat tampan. Javier yang melihat tatapan Oriell seperti itu langsung menepuk bahu cewek itu.

"Udah puas nih ngeliatinnya?" Oriell tersentak kaget karena tiba-tiba ada yang menepuk bahunya.

Di lihat lah Javier yang sudah ada dihadapannya. Di temani Loui di sampingnya. "Ih lo ngagetin gue aja!" Decak Oriell kesal sambil mengerucutkan bibirnya membuat Javier jadi gemas melihatnya.

"Ya ampun, Riell, tuh muka udah kek bocah aja. Jadi gemes deh,"

Oriell tersenyum bangga, "Yaiyala, gue 'kan emang ngegemesin,"

"Gak jadi deh. Jadi najis."

"Javier!!" Oriell hendak memukul lengan Javier namun suara Loui menghentikannya.

"Gue ke kelas."

"Eh Loui! Bareng dong. Masa gue di tinggal," Oriell segera menyusul Loui yang sudah berjalan duluan. Sedangkan Javier di abaikan begitu saja.

Javier masih diam di tempat dengan senyum yang terukir di wajah tampannya. Entah mengapa, Javier makin merasa aneh jika berada di dekat Oriell.

Sepertinya rasa jatuh cinta yang lama ia tidak rasakan, kini kembali ada. Karena kehadiran wanita itu. Oriell Scienticova.

dER SCHNITTER

Regard baru saja hendak keluar dari toilet. Namun, saat melihat seorang cowok sedang duduk di pinggir lapangan, niat ia untuk menghampiri cowok itu timbul.

Di hampirinya cowok itu dengan kedua tangannya yang di masukkan ke dalam saku celana abu-abunya.

"Hoi!"

"Wey!" Javier langsung mendongak saat ada suara yang menginterupsinya. Di lihatlah Regard yang sudah duduk di sampingnya.

"Ada apa, bro?" Tanya Javier sambil memasukkan ponsel yang tadi di mainkannya ke dalam saku celana miliknya.

"Gue mau nawarin lo lagi, nih--" Belum selesai berbicara, Javier sudah memotongnya. Dari awal, Javier sudah tahu niat Regard menghampirinya itu untuk apa. Sudah pasti untuk menawarkan masuk gengnya.

Javier tersenyum simpul, "Sori ye, kagak deh."

"Oke. Gue harap lo kagak bakal nyesel di kemudian hari. Karna cuman orang-orang terpilih doang yang bisa masuk geng legend ini."

"Pasti. Pasti gue gak bakal nyesel kok."

Mendengar itu, Regard langsung melengos pergi dengan umpatan-umpatan agar Javier kelak menyesal di kemudian hari.

dER SCHNITTER

Tok! Tok!

"Masuk." Ujar cowok yang sedang duduk di sofa kamarnya sambil menatap sebuah foto.

Yang mengetuk pintu tadi langsung saja masuk dan duduk di pinggir ranjang si empunya.

"Gue juga kangen Luha," Javier berucap tiba-tiba. Begitu masuk, Javier melihat Loui sedang memandang sebuah foto yang berisi Loui dengan Luha.

Dan Javier tahu, jika Loui sedang memandang foto tersebut, pasti Loui sedang merindukan momen-momen bersama Luha. Dan Javier juga, merindukan cewek itu.

"Dia udah ada yang jagain. Jangan sedih terus." Ujar Javier saat melihat satu tetes air mata keluar dari mata Loui.

"Gue kangen dia, Jav. Gue kangen main bareng dia. Gue kangen kalo dia nangis dia selalu meluk gue. Gue kangen kalo dia makan gak abis, gue yang abisin. Gue kangen semua yang dia lakuin bareng gue, Jav." Loui luruh saat itu juga. Javier menghampiri Loui yang duduk di sofa dan menepuk-nepuk bahu Loui, mencoba menenangkan.

"Wi, jangan nangis kek gini lah. Lo sayang 'kan sama Luha? Kalo sayang, jangan kasih Luha tangisan. Kalo lo nangis, dia juga  bakal sedih. Lo harus senyum. Karena kalo lo seneng, gue yakin, dia juga bakal seneng." Javier berusaha menenangkan Loui. Dan untungnya Loui tenang juga. Memang, sepupunya yang satu ini paling bisa membuat Loui kuat kembali dalam keadaan apapun.

Dari dulu, Loui dan Javier selalu bersama. Namun, pekerjaan papa Javier yang membuat mereka berpisah. Dan untungnya sekarang mereka bisa bersama lagi. Walau tanpa Luha. Dan Loui sangat bersyukur mempunyai sepupu yang selalu ada.

"Thanks." Loui tersenyum sekilas. Mungkin jika teman-teman sekolah Loui yang melihat ini akan tak menduganya. Karena sebenarnya diri Loui rapuh. Loui tidak akan kaku jika Luha masih ada di sampingnya. Namun, takdir berkata lain. Luha yang Loui cintai itu sudah pergi. Sudah berbeda dunia dengan Loui. Dan itu mampu membuat Loui jatuh sejatuh jatuhnya.

"Yoi. Inget kata-kata gue. Lo jangan nangis kek tadi. Macem cewek aja lu dikit-dikit mewek," Canda Javier sambil tertawa.

Loui berdecak, "Lo mau ngapa ke kamar gue?"

"Oh iye. Lo pasti tau Regard 'kan? Dia ngajak gue gabung sama gengnya. Tapi gue tolak. Lagian gue kagak mau gabung sama yang begituan ah. Paling gak jauh tuh dari berantem mulu,"

Mendengar nama Regard, emosi Loui menjadi tersulut. Untungnya ia bisa mengontrol dengan baik. Baru saja ia merasa tenang tapi emosinya sudah tersulut lagi.

"Jangan mau."

"Heem, siapa juga yang mau sih abang?" Javier mulai berdramatisir.

"Najis lu."

***

A/n:

Semoga, tf ini bertambah banyak readersnya apalagi vote. AMIN! Sejauh ini aku seneng bgt masi ada yang baca cerita gaje ini:v. Cuma mau bilang THANKS A LOT!

-jasmine💞

dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang