37- Perpustakaan

13 7 1
                                    

Bagian Tigapuluhtujuh

Bel istirahat sudah berbuunyi sejak 15 menit yang lalu. Oriell memilih untuk pergi ke perpustakaan bersama Javier tapi, tadi Javier bilang ia akan pergi ke toilet karena ia ingin buang air besar. Memang tidak tahu malu pacarnya itu, mau berak saja diumbar-umbar.

"Lo inget, Riell?"

Oriell menoleh ke sumber suara, ternyata itu Loui. Ia berdiri tepat di depan Oriell, dengan tangan ia masukan ke dalam saku celananya, tak lupa jambul yang selalu menjadi ciri khas Loui.

"Tempat ini, tempat lo gangguin gue, saat gue asik-asiknya baca buku." Loui tersenyum, lalu ia duduk di samping Oriell.

"Dengan kata-kata lo yang irit, nada bicara lo yang datar, semua gak jadi penghalang untuk gue ingin deket sama lo. Dulu." Oriell membalasnya, isi hatinya memang mengatakan bahwa Oriell harus bicara jujur.

Rasa bersalah Loui kembali muncul, "Maaf." Loui menunduk, ia menyadari bahwa keputusan yang ia ambil salah, walaupun itu untuk melindung Oriell sekalipun.

"Jangan buat gue inget kejadian-kejadian itu lagi. Jadi, berhenti bilang maaf, please?"

"Gue tau ini salah banget, lo sekarang udah jadi milik Javier, sepupu gue sendiri. Tapi, bisakan kita jadi temen? Gue gak mau ada dendam di antara gue dan lo, Riell."  Loui meraih tangan Oriell, lalu menggenggamnya.

Javier melihat kejadian ini, ia bingung melihat sepupunya itu, terlebih lagi ia menggenggam tangan pacarnya. Sesuai janji yang ia berikan pada Loui, jika Loui menyakiti Oriell untuk kedua kalinya, Javier tidak akan tinggal diam, ia tidak akan melepaskan Oriell, lagi.

Risih akan perilaku Loui yang menurut Oriell berlebihan, ia melepaskan genggaman Loui. "Pasti lah, gue mau kok jadi temen lo." Oriell tersenyum.

dER SCHNITTER

"Tolong bawakan buku tugas anak kelas kamu ini ke kelasmu. Sepertinya ibu tidak akan mengajar hari ini. Tiba-tiba ada urusan mendadak. Tapi kerjakan buku paket hal 102-103 di buku tugas. Mungkin itu saja. Terimakasih." Bu Juju memerintahkan Oriell membawa buku tugas kelas 11 IPA 6-- kelas Oriell sendiri. Oriell sangat kesal karena KM di kelasnya itu tidak masuk. Kalau ada apa-apa pasti KM yang selalu di suruh, namun sekarang terpaksa dirinya. Bukannya Oriell malas-- eh tapi memang sebenarnya malas, malas jalan.

Dan sekarang, Oriell di suruh membawa buku tugasnya yang kemarin baru saja di nilai oleh Bu Juju ke ke kelasnya. Sepertinya ini hari sial Oriell. Ia pun menyalami Bu Juju dan pamit kembali ke kelas.

Dengan membawa buku yang jumlahnya tiga puluh lima itu, Oriell jalannya menjadi tidak fokus. Ia lebih terfokus ke buku-buku yang sekarang berada di depan matanya itu. Tiba-tiba tubuhnya langsung ambruk-- buku-bukunya pun berjatuhan. Ada orang yang sengaja menjenggal kakinya, Oriell bisa merasakan itu. Kakinya agak sakit akibat terkilir. Oriell menatap emosi orang yang sedang menertawakan dengan puas ke arah dirinya itu. Memang orang ini harus segera Oriell lenyapkan dari muka bumi.

"Butuh bantuan?" Tanya Regard yang masih tertawa kencang, di sampingnya Adam-- ia melihat Regard agak kesal. Sebenarnya Adam sudah sangat kesal pada sifat temannya yang satu ini. Tadi dari kejauhan, mereka melihat Oriell yang kesusahan membawa buku banyak. Setelah Oriell lumayan dekat dengan mereka, Regard tidak tega-tega menjalarkan kakinya ke depan kaki Oriell, ia menjenggalnya. Dan itu membuat Oriell menjadi jatuh terkilir. Untung tidak ada luka, pikir Adam.

Tangan terulur untuk Oriell, namun anehnya itu muncul dari sebelah kiri. Sedangkan sekarang Regard dan Adam berada di depannya. Oriell menyambut tangan itu lalu berdiri dengan susah. Orang itu memunguti buku-buku yang berjatuhan tadi.

"Makasih," Ucap Oriell tanpa melihat manik mata Loui.

Loui mengangguk. "Ada luka?" Tanya Loui. Perempuan itu menggeleng tanda tidak ada. Perhatian Loui sekarang teralihkan pada objek yang berada di depannya sekarang.

"Wih muncul pahlawan kesiangannya Oriell." Regard tersenyum miring melihat Loui. Belum apa-apa tangan Loui sudah mengepal. Ia ingin segera memberi tinjuan pada si Regard itu. Namun sayang sekarang tempatnya tidak tepat untuk itu.

"Di buang ya sama Oriell? Kasian lo. Jangan mau deh deket-deket sama dia. Dia galak." Oriell menatap Regard emosi. Ia ingin sekali memukul cowok bajingan itu. Namun kakinya sekarang masih sakit. Walaupun Oriell cewek, tapi jangan salah ia bisa kok meninju laki-laki dengan keras.

"Omongan gue masih anget loh yang kemarin. Lo lupa atau pura-pura amnesia sih? Gue bilang jangan pernah lagi-lagi urusin hidup gue! Idup lu udah runyem. Urusin hidup lo sendiri!" Bentak Oriell.

"Aduh gue amnesia," Regard menepuk dahinya, ia memasang wajah pura-pura amnesianya itu membuat Oriell jijik sekali melihatnya.

Karena tidak kuat lagi, tangan Loui terangkat untuk meninju Regard. Namun tiba-tiba saja Javier datang menghentikan aksi sepupunya itu. Regard yang sudah memasang kuda-kuda untuk membalas Loui pun di hentikan oleh Adam.

"Lo jangan ganggu Oriell lagi." Ucap Javier datar namun di dalamnya penuh penekanan. Javier membawa buku-buku tugas dari tangan Loui. Lalu ia membawa Oriell pergi dari tempat itu.

Regard menghampiri Loui yang masih terdiam di tempatnya-- lebih tepatnya, emosinya masih tersulut, namun ia mencoba untuk menahannya. Regard membisikkan sesuatu di telingnya, "Lo masih inget? Kalo lo deket sama cewek, cewek itu-- lo taulah."

dER SCHNITTER

"Ga, lo bisa nggak sih berubah?"

"Berubah apaan?" Tanya Regard balik. Ia bingung dengan pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari temannya itu.

Adam menyahut, "Gue gak suka sifat lo yang kayak gini, Ga. Lo bayangin kalo lo sendiri jadi si Oriell. Apa lo terima di gangguin terus-menerus sama mantannya? Apa lo terima di kata-katain yang gak pantes? Enggak 'kan? Lo rasain dah tuh kayak gimana. Lo jangan egois jadi orang. Lo pengen di hargai tapi lo nggak ngehargain orang balik. Lo dikit-dikit peduli kek sama perasaan orang. Lo jangan mau jadi yang paling enak. Malah dengan lo berbuat kayak gitu, itu bukan buat nambah orang ngehargain lo. Tapi itu malah buat orang-orang makin benci sama lo."

Bukannya mikir, Regard malah menatap Adam dengan nyalang. "Apa maksud lo ngomong kayak gitu hah?"

"Gue ingin lo berubah Ga. Kalo lo selamanya kayak gini, lo gak bakal di hargain sama orang banyak. Lo pikir baik-baik apa yang gue omongin tadi. Jangan masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Ini demi lo. Demi diri lo sendiri."

"Oh, gue baru sadar. Lo suka sama Oriell juga? Gila tuh cewek. Lama-lama banyak yang suka. Dia pake pelet?"

Adam menyilangkan kedua tangannya di depan dada bidangnya, "Ininih sifat lo yang gue gak suka. Sebenernya lo gak kayak gini Ga. Tapi keegoisan lo yang buat kayak gini."

"Gue gak bakal balik ke lo kalo lo gak berubah." Adam melengos pergi meninggalkan temannya itu yang kini sedang
memikirkan omongan Adam tadi.

A/n : woy udh lama gak update ya wkwk. Ukk si jd lama updatenya.

dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang