03- Emosi

68 18 1
                                    


Bagian Tiga

Mencari cara untuk menghindari cowok yang namanya Regard, bagi Oriell, memang sangat sulit. Jika membunuh di legalkan, sudah pasti dari dulu ia akan membunuh cowok itu supaya hilang dari muka bumi ini. Daripada memikirkan Regard, ia mending tidur.

Baru saja ia ingin naik ke kasurnya, tiba-tiba pintunya terketuk. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju pintu kamarnya lalu membukanya. Tanpa aba-aba, Bundanya, langsung memeluk Oriell seraya menangis. Dirinya sudah tahu mengapa Bundanya seperti ini. Tidak sekali dua kali Bundanya suka menangis. Oriell membawa Bundanya duduk di sofa. Setelah duduk, ia mengelus-elus punggung Ariell, Bundanya, dengan lembut penuh perasaan.

"Bunda gak kuat sama kelakuan adik kamu, Riell. Bunda capek!" Ucapan Ariell di tengah isakannya membuat anak sulungnya itu menatap dengan kasihan di tambah tidak tega. Orang paling berharga dihidupnya ini sudah terlalu lelah menghadapi sifat anak bungsunya yang kelewat nakal.

Oriell menenangkan, "Bunda, ada Oriell disini. Biar, kalo Seril itu aku yang urus. Bunda gak usah cape-cape mikirin dia yang nyakitin Bunda terus."

"Tapi, dia tetap anak Bunda. Tanggung jawab Bunda. Bunda jadi merasa gagal menjadi ibu."

Oriell membawa Bundanya ke dalam dekapannya. "Bunda jangan ngomong gitu. Bagi Oriell, Bunda terhebat. Mending sekarang Bunda tidur. Udah malem. Bentar lagi Ayah pulang, kalo liat Bunda nangis kayak gini, ntar Ayah ikutan sedih."

Memang, anak sulungnya ini selalu bisa membuat Ariell tersenyum kembali dimana dia lagi tersedih. Ia bersyukur setidaknya masih ada anaknya yang peduli.

Ariell tersenyum penuh haru, "Yaudah, Bunda ke kamar dulu. Kamu juga tidur. Jangan lupa berdo'a. Bunda selalu sayang kamu." Ucapnya sambil mencium kening anak sulungnya itu.

Oriell tersenyum, "Iya. Oriell akan selalu sayang Bunda juga."

Dan sampai hidup Oriell berakhir, ia takkan pernah sedikit pun membuat air mata keluar dari mata Bundanya.

dER SCHNITTER

from: 0816923xxxxx
message: sehari lagi. gue tunggu di tempat biasa. pulang sekolah.

-penculik Luha

Lagi-lagi SMS dari orang itu masuk. Tidak perlu di ingatkan lagi, Loui juga akan ingat. Dan lagi-lagi, Loui hanya membacanya tanpa niat membalas. Dengan pikiran yang bercabang kemana-mana, ia berusaha untuk tidur. Dan akhirnya, lama-lama matanya terpejam.

dER SCHNITTER

Tadinya, Oriell malas ke kantin. Tapi, gara-gara kedua sahabatnya menyeretnya, ia terpaksa ikut. Sekarang mereka kebingungan mencari meja yang kosong. Dan yang kosong satu-satunya, hanya ada yang di samping meja badboy SMA Mentari. Dengan hati yang sangat terpaksa, tiga orang cewek itu duduk disitu. Dan benar dugaan Oriell, baru saja duduk, Adam, sudah menggodanya. Bukan menggoda, lebih tepatnya, ngajak ribut.

"Eh ada neng Oriell. Pacar barunya si cowok aneh. Udah mup on dari Gaga nih?" Seringai Adam membuat tiga orang cewek yang baru saja duduk itu mendelik jijik. Gaga itu panggilan untuk Regard. Biar tidak ribet.

Oriell hanya diam sambil memakan bakso yang tadi dipesannya. Tanpa ada niat sama sekali untuk membalas ucapan si cowok gila itu alias Adam. Regard yang duduk di sebelah Adam hanya bisa memperhatikan gerak-gerik Oriell yang sedang makan. Dilo, playboy kelas kakap SMA Mentari yang melihat Regard memperhatikan Oriell langsung nyeletuk.

"Liatinnya udah puas, Ga? Samperin dong. Jangan malu-malu."

Suaranya sengaja di keraskan agar Oriell bisa mendengar apa yang di ucapkannya. Dan Oriell mendengar itu. Setelah sadar bahwa Regard masih memperhatikannya, cewek itu langsung berdiri dan menggebrak meja kantin. Dia risih. Untung saja makanannya sudah habis, kalau belum 'kan mubadzir. Kedua sahabatnya yang melihat itu langsung menyusul Oriell yang pergi keluar area kantin. Dan tentu, mereka sekarang menjadi pusat perhatian kantin.

Regard yang melihat itu ingin sekali segera menyusul Oriell. Tapi, Regard tahu, ini bukan waktu yang pas. Karena Oriell sedang emosi. Dan yang ada nanti bisa-bisa Oriell makin benci pada dirinya.

dER Schnitter

Oriell sangat terkejut melihat cowok yang di cintainya sedang bercumbu mesra dengan seorang perempuan. Melihat perempuan itu, rasanya Oriell ingin ini hanya sekedar mimpi. Namun, setelah ia menghampiri keduanya, benar saja. Tuhan, tolong bangunkan aku! Katakanlah ini hanya sekedar mimpi!

Oriell membekap mulutnya sendiri melihat perempuan itu. Rasanya, ingin menangis saja sulit karena saking sakitnya. Hatinya bagai ditikam ribuan baja. Dengan suara yang lirih. Oriell berani bertanya. Dan membuat kedua orang itu menoleh ke arah Oriell.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Kakak?" Perempuan yang berbicara wajahnya kaget sekaligus tidak menyangka bagaimana bisa melihat adegan memalukan seperti ini.

"Apa, kakak? Adik mana yang berani berpacaran dengan pacar kakaknya?! Adik mana yang berani bercumbu mesra dengan pacar kakaknya?! ADIK MANA HAH?!" Tangisnya tidak bisa tertahan lagi, seperti hujan besar yang langsung mengguyur bumi ditambah oleh badai yang sangat besar. Ituh gambaran perasaan Oriell saat ini.

Regard Adregar, cowok itu masih shock. Ia tidak menyangka jika selingkuhannya kali ini adalah adik pacarnya sendiri. Regar yang melihat Oriell menangis, seakan tidak peduli dengan keadaan pacarnya itu. Dia lebih memilih berdiri di samping Seril, adik Oriell.

"Dan Regard, aku gatau kenapa kamu bisa tega lakuin ini. Aku mau kita udahan aja sampai disini,"

Mendengar ucapan Oriell, Regard hanya menatapnya dengan tatapan tidak peduli, "Aku tidak peduli, kamu mau menyudahi hubungan ini atau tidak, karena dari dulu aku memang tidak mengaggapmu sebagai pacarku! Bagaimana bisa aku menganggap seorang gadis kaku yang tidak bisa membedakan mana pacar dan mana teman? Haha itu sangat lucu, iya kan, sayang?" Regard merangkul Seril dengan mesra membuat Oriell ingin muntah saat ini juga. Dan anehnya Seril tidak menolak rangkulan si pria brengsek itu.

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, ia langsung menampar pipi Regard. Sangat keras. Emosinya memuncak. Regard yang di tampar seperti itu meringis sakit.

Seril yang melihat kakaknya pergi itu hanya diam saja. Bak orang bisu. Dia bingung, menyusul kakaknya itu atau pacarnya sendiri. Dan pilihan Seril yaitu yang kedua. Dia sangat mencintai pacarnya.

Dia tidak mau kehilangan seorang Regard Adregar.m

dER SCHNITTER

Author note : Para readers yang tercinta💞 makasih udah baca cerita dER Schnitter, jangan bosen sama cerita ini ya. Oiya satu lagi jangan jadi silent reader dong kan sedih, klik tanda bintang di sebelah kiri bawah yaa🙏🏻

dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang