10- Tembus

37 18 2
                                    

Bagian Sepuluh

"Oriell gimana sekolah kamu, baik-baik aja?" Tanya Deril, Papa Oriell. Deril baru saja pulang dari tugas dinasnya di luar kota.

"Iya, yah. Aku lagi pusing sama pelajaran Matematika. Susah banget pelajaran satu itu, kepala Oriell sampe mau meledak."

Ayahnya terseyum singkat. "Oriell, di dunia ini gak ada yang susah, asal kamu suka dulu sama pelajaran itu, dan pelajari sungguh-sungguh. Ayah yakin kamu pasti bisa." Dari dulu ayahnya memang yang paling bisa membangkitkan semangat Oriell. Ia tidak mengerti kenapa Seril sering melawan ayahnya padahal ayahnya adalah orang yang penyabar, sangat penyabar. Tapi jika berhadapan dengan Seril emosinya tidak bisa ditahan lagi.

"Iya deh, aku bakal lebih rajin lagi," Oriell tersenyum lebar kepada Deril.

"Seril kemana?" Deril memang sering memarahi Seril karena kelakuannya. Tapi, ia sangat menyayangi Seril tidak ada bedanya dengan kasih sayangnya kepada Oriell.

"Tuh, ada di kamarnya,"

"Panggilin dong, ayah mau ngobrol sama dia," Oriell mengangguk dan berjalan ke kamar Seril, sebelum masuk ia mengetuk pintu kamar Seril.

"Dek, di panggil ayah tuh." Oriell berbicara dengan nada serendah mungkin.

"Iya, gue turun," Seril turun dan langsung menghampiri Deril.

"Ada apa,yah?" Omongannya memang di tujukan kepada ayahnya. Tapi, pandangannya masih fokus pada ponsel yang digenggamnya sambil sesekali cekikikan tidak jelas.

"Simpan hp kamu. Kamu masih pacaran sama Regard?" Tampang Deril sangat serius sekarang, menandakan bahwa ini adalah hal serius.

"Masih. Emang kenapa?"

"Ayah minta kamu putusin Regard. Cowok itu udah gak bener kelakuannya, ayah gak mau kamu kebawa gak bener gara-gara dia."

"Ih kok tiba-tiba sih,yah? Ayah gak usah urusin aku deh. Aku kan udah besar bukan anak kecil lagi. Gimana aku juga dong mau milih siapa. Ayah gak berhak ngatur-ngatur aku kayak gitu," Seril langsung meninggalkan ayahnya yang belum selesai berbicara.

Oriell nelangsa dengan perkataan adiknya itu. Ia memang benar-benar sudah berubah. Seril yang sekarang bukan Seril yang dulu. Ia langsung mengambil posisi duduk di samping ayahnya. Mengelus punggung ayahnya, menyalurkan kekuatan untuk menghadapi anak bungsunya itu.

dER SCHNITTER

Bel istirahat sudah nyaring terdengar seantero sekolah. Loui mengambil novel yang ada di bawah mejanya lalu bergegas pergi ke taman belakang. Oriell lansung mendekati Loui yang sudah berjalan di luar kelas seraya berlari kecil.

"Loui! Gue ikut ya? Gue lagi gak ke kantin, nih."

Loui nampak berpikir beberapa detik setelahnya ia mengangguk mengiyakan. Tidak ada salahnya ia kali-kali istirahat dengan cewek yang berada di sampingnya sekarang.

Sesampainya di taman belakang, mereka langsung duduk di tempat yang nyaman. Semilir angin membuat mereka menjadi sejuk dan ingin berlama-lama disini. Cuaca hari ini sedang bagus. Tidak panas tidak juga mendung.

"Itu novel yang kemarin beli?" Oriell bertanya pada Loui yang sedang menyumpalkan headset ke telinganya.

Loui hanya mengangguk. "Emang novel action itu seru?"

"Seru."

"Jadi pengen baca deh. Tapi, otak gue tuh susah nerap baca cerita action-action gitu apalagi banyak teka-teki gitu."

"Lemot."

"Apa?! Enak aja! Gue gak lemot cuman telat mikir,"

"Sama aja,"

"Mending lo baca aja deh, rese."

"Lo bacot terus,"

"Yaudah gue diem!"

Loui hanya diam tanpa menjawab. Kegiatan membacanya dimulai. Oriell lupa tidak membawa komik yang kemarin membelinya bersama Loui. Jadi dia membaca wattpad saja daripada gabut gak jelas.

Lima belas menit hening hingga bel masuk terdengar. Loui langsung menutup novel yang sedang dibacanya tadi.

Oriell bangkit dari tempat duduknya. Kening Loui menyerngit saat melihat noda di bagian belakang rok Oriell. Apa dia bocor?

"Tunggu disini."

Loui berinisiatif untuk mengambilkan jaketnya dikelas untuk menutupi rok belakang Oriell yang sudah terkena noda itu.

Sedangkan Oriell yang disuruh untuk menunggu hanya patuh diam di tempat.

Loui berjalan ke koperasi sekolah yang sudah sepi. Ia mencari-cari benda itu di setiap lorong. Dan akhirnya ia menemukan juga. Dengan ragu, ia mengambil itu satu buah. Sebenernya ia bingung harus mengambil yang mana karena ada berbagai macam merknya. Alhasil ia asal mengambilnya.

Loui membayarnya pada penjaga koperasi. Penjaga koperasi itu melirik Loui takut-takut sambil keheranan.

"Kamu bisa halangan?" Tanya penjaga koperasi itu sambil menatap Loui dengan tatapan anehnya.

Loui mengangguk, "Makasih, Teh."

Tanpa rasa malu, Loui langsung meninggalkan koperasi. Sedangkan penjaga koperasi itu menatap Loui penuh heran. Setelah dari koperasi, ia langsung mengambil jaketnya yang berada di kelasnya. Untung saja guru mata pelajaran sekarang belum datang. Jadi Loui tenang tidak akan kena marah.

Dengan langkah cepat Loui berjalan ke arah taman belakang. Disana terlihat  Oriell sedang duduk sambil memainkan ponselnya.

"Nih, pake jaket gue. Lo tembus,"

"APA?!"

"Gausah lebay. Cepet pake."

Dengan gerakan cepat Oriell mengikat hoodie hitamnya Loui di pinggangnya untuk menutupkan noda pmsnya.

"Makasih ya. Lo perhatian juga," Oriell tersenyum manis. "B aja." Loui menyahut dengan nada datar.

"Oh ini sana lo ke toilet," Loui menyodorkan pembalut pada tangan Oriell. Cewek itu tak menyangka dengan perlakuan Loui.

"Ini lo yang beli?" Tanya Oriell cengo. Baru pertama kali ada laki-laki yang membelikan Oriell pembalut. Bayangkan laki-laki.

Cowok yang dihadapannya itu berdecak malas, tapi akhirnya mengangguk samar, mengiyakan.

"Makasih banget, Wi!"

"Yaudah sana bersihin,"

Setelah mengucapkan itu, Loui segera kembali ke kelas karna takut akan kena marah. Ia tidak ingin dapat masalah lagi untuk yang kedua kalinya. Jadi ia cepat-cepat kembali ke kelasnya.

Oriell di tempat masih setia dengan senyum manisnya. Memang, Loui itu suka membuat hal-hal yang tidak terduga dan mampu membuat Oriell selalu tersenyum.

Dan Oriell harap, akan seterusnya seperti ini. Jangan sampai air mata yang keluar.

a/n:

yang baik tolong promote ini cerita dong. ntar bakal dapet follback, thanks ya! jangan lupa untuk selalu vomment💘

-aulia

dER SCHNITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang