Sebuah rush hitam terlihat memasuki pintu masuk tol Pasteur. Menggunakan sebuah kacamata hitam, Lika menjalankan kembali mobilnya melewati gardu tol otomatis yang terbuka sesaat setelah tangan kanannya menempelkan e-toll card di mesinnya.
Alunan musik dari radio favoritnya dan beberapa bungkusan plastik putih terlihat menemani perjalanan Lika kali ini. Saat ini Lika sedang menuju ke Jakarta untuk pulang ke rumah kedua orangtuanya. Selain untuk menemui Gara, tujuan Lika ke Jakarta adalah untuk menemui kedua orangtuanya dan Sesil.
Setelah mencapai kata sepakat dengan pemilik tanah, saatnya Lika mencapai kesepakatan dengan Sesil mengenai konsep kafe yang akan mereka bangun. Lika bahkan sengaja mengambil cuti hingga minggu sore dan terpaksa menghabiskan waktunya sejak dua hari yang lalu untuk melakukan rekaman siaran bersama Davian. Nantinya rekaman siaran itu akan diputar dari hari Jumat hingga Minggu.
Lika menurunkan sun visor mobilnya untuk menghindari sinar matahari yang masuk ke dalam mobilnya. Matahari masih semangat menyinari bumi meskipun waktu sudah menunjukkan.pukul 4 sore. Lika sengaja berangkat agak sore agar dirinya bisa tiba di Jakarta pada malam hari dan Lika bisa menjemput Gara di kantornya.
Sekitar tiga setengah jam kemudian, mobil Lika akhirnya keluar dari pintu tol. Hari sudah gelap. Jika sudah jam segini, Lika tahu bahwa Gara akan berada di kantor konstruksi tempatnya bekerja sebagai staff legal. Segera Lika mengarahkan setirnya menuju kantor Gara yang terletak di Jakarta Timur itu.
Gar, dimana? Pulang jam berapa?
Pertanyaan itu sudah satu jam Lika tinggalkan di sebuah aplikasi messenger tanpa dibaca oleh penerimanya. Sudah setengah jam mobil rush itu berada di lapangan parkir yang terletak tepat di depan pintu masuk gedung. Membuat Lika bisa memperhatikan orang yang keluar masuk gedung itu.
Masih di kantor. Sepertinya aku baru bisa keluar kantor sekitar jam 11-an karena besok libur. Kamu dimana?
Akhirnya Gara membalas pesannya tepat satu jam setelah pesan itu dikirimkan. Lika melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Masih ada sekitar satu setengah jam lagi dan akhirnya Lika memutuskan untuk membalas pesan Gara ketika sudah mendekati waktu kepulangan Gara saja.
***
Suara alarm dari ponsel Lika membuka kedua mata Lika. Lika mengangkat kepalanya dari kemudi dan menatap jam tangannya. Dua puluh menit sudah berlalu dari pukul 11. Lika ketiduran.
Diraihnya ponsel di dashboard dengan cepat untuk menelpon Gara. Lika harap Gara belum pulang dari kantornya.
"Halo."
"Kamu dimana, Gar?" Tembaknya langsung.
"On the way pulang, Ka." Tepat saat Gara mengatakan jawabannya, Lika melihat sosok yang mirip Gara berjalan keluar dari pintu masuk, sendirian.
Lika segera membuka pintu mobilnya. Dengan sedikit berlari, dihampirinya Gara yang sedang kebingungan dengan ponsel di tangan kanannya. Lika mengenali Gara dari kemeja biru yang digunakan Gara saat ini. Kemeja yang Lika hadiahkan pada Gara saat berulang tahun ke-25 melekat pas di tubuh Gara, masih dalam keadaan rapi seperti saat digunakan pagi hari. Hanya rambutnya saja yang sedikit berantakan. Khas Gara saat pulang lembur dari kantornya.
"Gara!" teriak Lika.
Lika melihat Gara mengedarkan pandangannya, mencari siapa yang memanggilnya. Lika mempercepat langkahnya, mendekati Gara.
"Lika?" Ucap Gara tahu saat Lika sudah berada di hadapannya, wajah Gara yang terlihat lelah berganti dengan sumringah, "Kamu ngapain disini?" Tanyanya masih tidak percaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
distance
ChickLitDistance /'distans/ noun an amount of space between two things or people; verb make (someone or something) far off or remote in postion or nature. Ketika kata setia tidak hanya sekedar diucapkan di mulut saja melainkan juga menepatinya...