Pagi ini Lika terbangun dengan kondisi tubuh yang tidak seperti biasanya. Tenggorokannya terasa tidak enak. Seperti ada sesuatu yang mengganjal disana. Tubuhnya terasa nyeri khususnya di bagian punggung dan kakinya. Kepalanya pusing dan suhu tubuhnya terasa hangat. Hari ini Lika sudah kalah dengan virus.
Lika mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, berusaha mengumpulkan tenaganya sebelum bangkit dari kasurnya.
Percuma, setelah beberapa kali mencoba untuk bangun, Lika terpaksa kembali membaringkan tubuhnya lagi di kasur. Pusing yang menyerang kepalanya lebih kuat membuat Lika akhirnya mengalah dan hanya meraba ponsel yang tergeletak di atas kepalanya.
Lika mengetikkan satu nama yang terlintas di kepalanya saat ini di ponselnya. Tidak perlu menunggu lama, sosok di seberang menyapanya dengan kata 'halo'.
"Fi, lo di kamar?"
Ya, Lika menghubungi Fiona karena merasa Fiona dapat membantunya saat ini. Lika bisa sedikit lega karena kali ini sakit mendatanginya saat dirinya sudah menjadi tetangga kamar Fiona dan Lika bisa mengandalkan Fiona."Suara lo kenapa, Ka? Lo sakit?" Fiona balik bertanya dengan nada khawatir.
"Sepertinya." Lika memijit-mijit kepalanya pelan, "Lo dimana?" Firasat Lika mengatakan Fiona tidak bisa membantunya kali ini.
"Gue on the way Garut, Ka. Ada acara komunitas."
Firasat Lika benar. Lika menarik nafas panjang, "Lo jam berapa balik?" Lika masih berharap Fiona dapat membantunya saat ini.
"Gue balik besok sore, Ka."
"Ya udah deh." jawabnya pasrah. Di kepalanya, terlintas nama-nama yang akan dihubungi setelah menutup sambungan telepon dengan Fiona.
"Lo butuh sesuatu, Ka? Gue telpon Rahayu aja ya biar ada yang jagain lo."
"Nggak perlu, Fi. Masalah makan, nanti gue delivery nasi goreng kang Jaka aja."
"Lo yakin?" Suara Fiona semakin terdengar khawatir.
"Iya." Jawab Lika mantap, berusaha mengurangi kekhawatiran Fiona, "Hati-hati ya, Fi. Bawain gue dodol."
Fiona tertawa. Semoga kalimat Lika barusan membuat Fiona tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya lagi.
"Kalau sempat. Get well soon ya, Ka. Istirahat dan minum obat aja, besok pasti sembuh." pesan Fiona optimis."Thanks, Fi. See yaa."
"Yaaa."
Lika menatapi layar ponselnya yang sudah gelap. Lika baru tahu jika saat ini waktu baru menunjukkan pukul 6 subuh dari ponselnya dan Lika sudah tahu kebiasaan Simon dan Rahayu yang pasti belum bangun pukul segini.
Lika memang merasa badannya agak 'berbeda' semenjak kemarin sore. Tugas yang menumpuk dari kepanitian yang diikutinya membuat Lika tidak bisa segera beristirahat. Tadi malam Lika baru bisa beristirahat sekitar pukul 11 malam setelah memastikan tugasnya sudah di-email kepada kepala divisinya. Puncaknya saat subuh, tubuh menggigil hingga mengharuskannya mengambil selimut cadangannya yang super tebal di lemari.
Sebuah suara di perutnya membuat Lika sadar bahwa saat ini cacing-cacing di perutnya minta diperhatikan. Tadi malam Lika sengaja tidak makan malam karena rapat kepanitiaan baru selesai setelah lewat dari jam makan malamnya. Kebiasaan Lika adalah tidak akan makan apapun setelah lewat dari pukul 7 malam.
Lika memutar otaknya. Mustahil jika menyuruh Simon atau Rahayu untuk membelikannya makanan. Nama Egi sempat terlintas di pikirannya namun tidak sampai dua detik nama itu sudah hilang dari kepalanya. Lika tidak mau merepotkan Egi.

KAMU SEDANG MEMBACA
distance
Literatura FemininaDistance /'distans/ noun an amount of space between two things or people; verb make (someone or something) far off or remote in postion or nature. Ketika kata setia tidak hanya sekedar diucapkan di mulut saja melainkan juga menepatinya...