Gara terlebih dahulu membuka matanya daripada Lika. Kedua orang tua Gara yang memaksa Gara dan adik-adiknya untuk bangun jam 5 setiap paginya sejak Gara kecil membuat Gara terbiasa bangun pagi hingga sekarang.
Gara menggerakkan tubuhnya sedikit. Gerakan itu membuat sosok di sebelahnya ikut bergerak namun tidak membuatnya terbangun. Dielusnya pelan rambut sosok yang sepertinya masih berada di dunia mimpi. Sangat pelan agar Lika tidak terbangun.
"Akhirnya kita menikah, Ka."
Kedua sudut bibir Gara terangkat membentuk sebuah senyuman di wajahnya. Rasanya baru kemarin Gara memperjuangkan izin untuk menikahi Lika dari orangtua dan sosok yang selama ini menjaga wanitanya.
"Gue akan melamar Lika." Dibanding menatap lawan bicaranya, Gara memilih menatap jalan di hadapannya. "Gue tidak tahu kenapa gue harus ngomongin ini ke lo. Mungkin sebagai ucapan terima kasih gue karena lo selalu ada di sisi Lika saat gue tidak bersama Lika."
"Punya apa lo buat bahagia Lika?"
"Diri gue sendiri." Jawaban itu terdengar tegas dan tak terbantah. "Kalau nanti Lika menolak lamaran gue dengan alasan apapun, gue akan menjauh dari Lika dan lo bebas untuk mendekati Lika."
"Beri kebahagiaan untuk Lika."
"Pasti."
"Kalau yang gue lihat adalah kebalikannya, jangan salahin gue kalogue yang akan menggantikan posisi lo di sisi Lika."
Saat ini Gara bahagia dan puas karena penantian dan usahanya membuahkan hasil. Lika sah menjadi istrinya.
Ingatan itu membuat Gara mencium sekilas kening Lika. Merasa nyawanya sudah terkumpul, Gara bangkit dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi. Gara merasa gerah sekali pagi ini apalagi ditambah dirinya tidak mandi tadi malam.
Beberapa menit kemudian, Gara keluar dari kamar mandi dan melihat Lika kini sudah duduk dengan bersandar pada kepala tempat tidur.
"Sudah bangun?" Gara menggosok-gosokkan handuk ke rambut basahnya membuat percikan air jatuh di sekitar Gara berdiri.
Lika mengucek kedua mata mengantuknya pelan, "Kok udah mandi?"
"Gerah."
"Memang nggak dingin?"
"Ada air panas, Lika." Jawabnya gemas akan pertanyaan Lika.
"Oh iya. Hehe."
Gara berjalan mendekati Lika, lalu duduk di sampingnya, "Kamu mau aneh-aneh ya?"
Lika bergeser sedikit, menjauh dari Gara karena malu, "Ih, apaan sih Gar."
"Aku tidak keberatan harus mandi lagi untuk menjawab kemauan aneh-aneh kamu." Gara kembali menggeserkan tubuhnya, membuat Lika sedikit salah tingkah.
"Gara, udah deh." Lika yakin kedua pipinya pasti sudah semakin memerah mendengar kalimat Gara barusan. Sepertinya Lika harus membiasakan diri dengan kebiasaan baru Lika dan Gara setelah menikah. Menggoda dan digoda satu sama lain.
"Pipi kamu merah." Gara mencubit kedua pipi Lika, gemas.
"Gar.."
Gara terkekeh, "Udah bercandanya. Kamu mau mandi dulu atau beresin barang-barang?"
Lika menarik nafas lega karena Gara memutuskan untuk berhenti menggodanya, "Beresin barang dulu aja." Lika beranjak dari duduknya dan mulai membereskan barang-barang mereka yang berantakan di semua sudut kamar.
![](https://img.wattpad.com/cover/97001518-288-k257214.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
distance
ChickLitDistance /'distans/ noun an amount of space between two things or people; verb make (someone or something) far off or remote in postion or nature. Ketika kata setia tidak hanya sekedar diucapkan di mulut saja melainkan juga menepatinya...