"Sekali lagi, selamat Lika, Simon" Rahayu mengeluarkan suaranya, menatap Lika dan Simon bergantian dengan senyuman tulus terkembang di wajahnya yang kini Lika tahu sering terbalut dalam make-up minimalis. Semenjak bekerja, Lika memang tahu bahwa Rahayu minta diajarkan make-up minimalis kepada Fiona membuatnya terlihat dewasa.
"Thank you, Ra." Simon menatap Rahayu yang menganggukkan kepalanya, "Sumpah, gue bakal kangen main bareng kalian. Ngisengin elo terutama, Ra."
"Iya. Simon benar. Setelah aku kerja, aku sering rindu kejahilan Simon, sikap pura-pura membela dari Fiona kalau Simon jahilin aku tapi ujung-ujungnya ikutan jahil dan Lika yang paling perhatian tapi suka pundung."
Keempatnya tertawa bersamaan. Tawa bahagia namun menyimpan sedikit kesedihan karena sebentar lagi Lika dan Simon akan mengikuti jejak Fiona dan Rahayu. Mencari pekerjaan dan fokus ke kehidupan masing-masing. Mencari dan menemukan cita-cita mereka masing-masing.
"Thanks, Ra, Fi, Mon." Gantian Lika menatap wajah Fiona, Rahayu, dan Simon bergantian sebelum melanjutkan kalimat yang sangat ingin dikatakannya sejak lama, "Gue beruntung. Kalian memang sahabat-sahabat terbaik gue."
Mendengar ungkapan tulus itu semakin mengeratkan rangkulan diantara keempatnya. Life must go on, dan bagaimanapun kehidupan Lika ke depannya, Lika tidak akan pernah sekalipun melupakan pertemanan yang terjadi diantara mereka.
Selain Gara dan Egi, nama Fiona, Rahayu dan Simon menjadi sosok berarti yang menemani kehidupannya di bangku kuliah. Tiga orang yang sedari tadi menemani makan siang Lika tidak berubah sedikitpun. Fiona dan Simon masih saja suka mem-bully Rahayu. Kali ini status single Rahayu yang menjadi bahan olokan pengantin baru itu.
"Lika?"
Lika yang memang sedang tidak fokus, sedikit gelagapan saat Fiona memanggil namanya. Lika tidak sadar jika beberapa menit lalu ketiganya sudah berhenti berbicara dan memperhatikan sikap diam Lika.
"Kenapa, Fi?"
"Makan." Bukan Fiona melainkan Simon yang menjawab. "Lo pikir nasi goreng lo bisa habis kalo lo pelototin kayak gitu."
"He..he.." Lika tertawa canggung sebelum menyuapkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya.
"Gue curiga lo sering titip absen waktu kuliah dulu." Lika menatap Fiona bingung. "Jurusan kita mengajarkan kita semua teori tentang komunikasi tapi kenapa sama Gara lo nggak bisa mempratikkan semua teori itu?" Lika terdiam. "Komunikasi, Ka. Lo itu kurang berkomunikasi sama Gara. Kalian sok-sokan mau menjalani hubungan ldr tapi buat komunikasi aja lo berdua malas.
"Gara udah bohongin gue."
"Apa Lika pernah menanyakan itu langsung dengan kak Gara?"
Lalu Lika menceritakan semua yang terjadi ketika sesi konsultasi itu berlangsung. Termasuk semua perkataan Gara yang semakin menyulut emosinya.
"Apa salahnya kalo lo tanyain apa maksud Gara waktu konsultasi?" Fiona bersidekap. "Gue yakin lo cuma takut membayangkan kalo apa yang ada di pikiran lo enggak sama dengan apa yang Gara akan katakan."
"Apa ini ada hubungannya sama Egi, Ka?" Satu pertanyaan Simon yang membawa Lika berpetualang saat Lika dan Egi menghabiskan waktu bersama.
"Menurut gue suara Lika enak didengar."
"Ada gue. Kapan lagi belajar dengan siaran langsung, Ka? Udah, gue enggak mau dengar alasan lo takut nggak bisa. Gue tunggu lo. Jangan sampai enggak datang ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
distance
Chick-LitDistance /'distans/ noun an amount of space between two things or people; verb make (someone or something) far off or remote in postion or nature. Ketika kata setia tidak hanya sekedar diucapkan di mulut saja melainkan juga menepatinya...