Lika menatap kesal pintu di hadapannya. Jika bukan karena permintaan papa dan ayah mertuanya, Lika tidak akan menapakkan kakinya di rumah ini. Tidak sampai pengadilan mengabulkan gugatannya.
Hampir setengah jam kakinya tertahan di depan pintu sebelum tangannya meraih kenop pintu dan mengayunkannya ke bawah. Membuka pintu itu sambil berdoa agar Gara tidak sedang berada di rumah.
Berkali-kali Lika menerima telepon dari Andri dan Ardi. Seakan sudah sepakat untuk melakukannya bersamaan, keduanya meminta hal yang sejujurnya tidak ingin dilakukannya di sisa umurnya. Mereka meminta Lika untuk kembali tinggal di rumah bersama Gara hingga pengadilan menjatuhkan putusan atas gugatan cerai Lika.
"Lika? Kamu pulang."
Ada nada kelegaan di suara itu. Seratus delapan puluh derajat berbeda dengan apa yang Lika rasakan saat mendengar suara itu. Lika kesal tentu saja namun cepat-cepat perasaan itu ditepisnya karena mau tidak mau Lika akan tetap bertemu dengan Gara.
"Dipaksa Ayah dan Papa." Lika menatap Gara yang sedang berdiri di dekat pintu kamar, "Gara, aku sepakat untuk tinggal disini bersama kamu dengan beberapa syarat."
Lika mempercepat perkataannya saat Gara berjalan mendekatinya, "Pertama, jangan pernah mencampuri apapun yang aku lakukan. Urusan aku bukan urusan kamu dan begitu sebaliknya. Kedua, jaga jarak. Aku enggak mau berdekatan dengan kamu. Ketiga, aku akan tidur di kamar tamu. Jangan sekalipun kamu berpikir untuk melakukan hal buruk ataupun melanggar syarat satu dan dua karena aku enggak akan berpikir dua kali untuk melaporkannya di pengadilan. Kamu mengerti, Gar?"
"Iya, aku mengerti. Kamu lapar? Aku baru saja akan masak untuk makan siang." Mendengar segala persyaratan Lika, Gara membalikkan tubuhnya. Memperluas jarak di antara mereka berdua seperti keinginan Lika.
"Enggak perlu. Aku bisa mengurus diriku sendiri."
Setelah mengatakan itu, langkah Lika menuntunnya ke kamar tamu. Gara ingin sekali mengejar dan menjelaskan semuanya tapi keinginan itu sepertinya belum bisa Gara lakukan sekarang. Gara tidak mau Lika pergi atau melaporkan dirinya ke pengadilan karena jika Lika melakukannya, kemungkinan pengadilan untuk mengabulkan gugatan Lika semakin besar. Gara akan memikirkan cara untuk mendekati Lika nanti.
Seminggu sudah Lika berada di bawah atap yang sama dengan Gara. Menghirup udara yang sama tidak sekalipun meluluhkan hati Lika untuk memberikan Gara kesempatan untuk sekedar menyapa ataupun mengajaknya berbicara.
Lika tidak tahu hal apalagi yang ingin Gara jelaskan kepadanya. Semuanya sudah terasa jelas untuk Lika. Sebisa mungkin Lika menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah untuk menghindari Gara. Lika bersyukur karena Gara mengikuti peraturannya.
Hanya satu hal yang sebenarnya menganjal pikirannya. Setiap malam Lika selalu melihat Gara duduk di ruang tengah dengan layar televisi yang hidup. Lalu setelah Lika masuk ke dalam kamar, Lika bisa mendengar Gara juga masuk ke dalam kamar mereka. Hingga rasa penasaran itu dijawab oleh telepon Aloina siang ini.
"Saya sudah mencari mas Anggara ke tempat kerjanya, Mbak. Mereka bilang kalau mas Anggara sudah lama resign dari tiga pekerjaannya dan memutuskan untuk tinggal di Bandung. Saya akan urus apakah sidang tetap dilanjutkan di Jakarta atau bisa dialihkan ke Bandung mengingat mbak dan mas Anggara selaku tergugat tinggal di Bandung.
Penjelasan Aloina membuat Lika terdiam. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya mengenai alasan Gara resign dari ketiga pekerjaannya. Lika tahu ketiga pekerjaan itu menjadi pusat dunia Gara selama ini. Apalagi bekerja di perusahaan konstruksi adalah impian Gara sejak berkuliah.
Mungkin Gara ingin memperbaiki hubungan pernikahan kalian.
Lika menggelengkan kepalanya. Sudah pasti pernyataan yang melintas di kepalanya barusan bukan alasan Gara berhenti bekerja. Ingin rasanya Lika berteriak sekerasnya. Segala tentang Gara yang saat ini mengacaukan pikirannya membuatnya sakit kepala.

KAMU SEDANG MEMBACA
distance
Genç Kız EdebiyatıDistance /'distans/ noun an amount of space between two things or people; verb make (someone or something) far off or remote in postion or nature. Ketika kata setia tidak hanya sekedar diucapkan di mulut saja melainkan juga menepatinya...