D17. Bridal Shower

261 18 0
                                        

Dear, Lalika Aditama
I would be honoured if you would be my side on my wedding day. To celebrate, laugh, cry, talk, gossip with me.

Will you be my bridemaids?
Subang Hills, 20-11-2016.

Much love,
Fiona.


Kali ini adalah kali kedua Lika membaca kembali undangan yang tergeletak sembarang di atas tas tangan miliknya. Sebulan sudah Fiona mengirimkan undangan 3 dimensi yang didominasi bewarna hijau, warna kesukaan Fiona dan calon suaminya.

Baju seragam bewarna senada dengan undangan yang akan dikenakannya saat pernikahan Fiona nanti juga telah selesai dijahit. Lika sudah tidak sabar ingin mengenakannya di pesta pernikahan Fiona yang akan diselenggarakan besok pagi.

Lika memasukkan undangan itu kembali ke dalam tas tangannya dan mengeluarkan ponsel untuk menelepon suaminya, Gara. Beberapa kali Lika mencoba menghubunginya namun semua panggilan itu berakhir di mailbox. Selalu begitu.

Hingga dua bulan sudah Lika tidak pernah mendengar suara Gara. Gara sama sekali tidak pernah pulang. Hanya beberapa pesan yang berisi bahwa Gara sedang sibuk dengan pekerjaannya yang menyakinkan Lika bahwa Gara masih hidup dan baik-baik saja.

Lika : Gar, sekarang aku on the way ke Subang Hills. Disupirin kak Egi. Kamu bisa datang ke nikahan Fiona nggak sih? Balas pesan ini. Jangan hanya dibaca aja.

Sent.

Pandangan Lika kini beralih ke arah jalan raya di hadapannya. Sekilas, Lika melirik Egi yang fokus dengan setir di tangannya sebelum pikirannya menerawang.

Hingga saat ini, Lika tidak bisa menanyakan hubungan Gara dan Akira yang sebenarnya. Perasaan cemburu menghinggapinya setiap hari. Membayangkan bagaimana Akira bisa bertemu dengan Gara dan mengobrol sepuasnya di kantor tanpa perduli dengan perasaan Lika. Lika penasaran sesibuk apa Gara hingga hanya bisa membaca tanpa membalas pesannya.

"Acara bridal shower Fiona jam berapa, Ka?"

Pertanyaan Egi membuyarkan perasaan cemburu yang kembali menghinggapi ketika dirinya tidak memikirkan apapun. Lika menepuk-nepuk kedua pipinya pelan, menepis segala perasaan yang bisa mengubah moodnya menjadi buruk. Hari ini dan besok adalah hari bahagia untuk Fiona, Lika tidak boleh membawa awan mendung ke dalam acara pernikahan Fiona.

"Jam enam, kak." Jawab Lika saat dirinya sudah menarik nafas panjang beberapa kali untuk merasa lebih baik.

Egi manggut-manggut, "By the way, bukannya di subang hills ada permandian air panasnya ya?"

"Kalau gue lihat di situsnya sih ada. Kenapa? Lo mau berendam air panas, Kak?"

"Iya. Gue udah lama enggak berendam."

***

Jam dinding di salah satu kafe, yang sudah diresevasi, menunjukkan pukul 7 tepat saat Fiona dan Sina, adiknya Fiona, bergabung dengan kedelapan temannya untuk merayakan hari terakhir masa lajang Fiona. Segera setelah Fiona duduk, seluruh temannya berlari memeluk Fiona yang terlihat manis dengan potongan rambut pendek barunya, termasuk Lika dan Rahayu.

Bridal shower, ritual yang belakangan booming di Indonesia diadakan sebelum hari pernikahan Fiona berlangsung seperti bridal shower lain yang pernah Lika ikuti. Hingga tak terasa tiga jam sudah Lika menghabiskan waktunya untuk mengobrol dan tertawa. Bridal shower Fiona ditutup dengan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan saat Fiona akan menghadapi malam pertama bersama suaminya nanti.

distanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang