D5. Lembang

282 18 0
                                    

Lika sudah tidak bisa menutupi rasa bahagianya yang hadir sejak kedua matanya terbuka di pagi hari ini. Tanpa harus melihat kalender di ponselnya, Lika tahu bahwa besok Lika bisa bertemu lagi dengan Gara setelah lima hari Lika dan Gara terpaksa menjalani hari dengan kesibukan mereka masing-masing di kota yang berbeda.

Lika memang tidak sesibuk Gara dalam bekerja. Jika Gara mengambil double-job di Jakarta, Lika sebaliknya. Lika memiliki jadwal siaran tetap di radio Garuda dari pukul tujuh hingga pukul sepuluh malam setiap harinya. Sisanya waktu Lika yang masih banyak itu dihabiskan dengan mengobrol dengan teman-temannya di radio Garuda. Itu lebih baik daripada Lika menghabiskan waktunya di rumah, sendirian.

Apalagi bulan ini bukan merupakan bulan sibuk untuk radio Garuda. Biasanya, jika memasuki bulan sibuk, Lika akan disibukkan dengan tugasnya sebagai master of ceremony di kegiatan-kegiatan off-air radio Garuda di tempat lain, seperti, sekolah, kampus, maupun kantor.

Semenjak menikah dengan Gara, Lika menyibukkan dirinya bermain dengan si kembar yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Si kembar yang sering dipanggil Dana dan Dani oleh kedua orang tuanya memang sedang dalam umur yang menggemaskan. Jika sudah bersama dengan si kembar, Lika bisa lupa waktu. Pernah beberapa kali Lika bermain dengan mereka dari siang ke sore hari hingga Aji, ayahnya si kembar, pulang dari kantornya.

Hari ini Lika absen mengunjungi si kembar karena Lika harus ke supermarket untuk membeli bahan masakan untuk Gara besok. Lika memang tidak terlalu pandai memasak dibandingkan dengan Gara, namun kalau sudah urusan makanan kesukaan Gara, Lika bisa dengan bangga mengatakan dialah jagonya.

Saat tangan Lika ingin mengambil plastik buah, ponsel Lika bergetar panjang menandakan sebuah panggilan masuk. Lika segera merogoh ponsel di tas tangan yang diletakkannya di troly supermarket.

Kedua sudut bibir Lika terangkat saat membaca sebuah nama yang tertera di ponselnya.

"Halo, Gar." sapa Lika dengan nada riangnya.

"Halo, Ka."

Lika mengernyitkan keningnya, mendengar suara Gara, "Kok suaranya lemas gitu? Oh iya, besok berangkat jam berapa dari sana?"

Terdengar hembusan nafas panjang dari Gara, "Ka, aku minta maaf. Sepertinya besok aku enggak bisa ke Bandung karena sebentar lagi aku harus berangkat ke luar kota."

Ah bagaimana Lika bisa lupa dengan pekerjaan Gara yang mengharuskan Gara sering keluar kota, desah Lika dalam hati.

"Kemana?" Lika mengigiti bibir bawahnya.

"Lampung. Ada urusan kantor disana."

"Sampai kapan?"

"Minggu depan, Ka."

"Jadi minggu depan kamu juga enggak akan kesini?"

"Iya." Gara diam sejenak," Tapi kamu tenang saja, weekend minggu depannya lagi aku bisa empat hari di Bandung, Ka. Ada hari libur."

Lika mendengus pelan, kalimat terakhir Gara tidak cukup untuk menghiburnya, "Kamu baru aja menikah, Gar. Udah disuruh keluar kota aja." Lika tertawa hambar.

Gara yang mendengar tawa Lika hanya bisa mendesah,"Permintaan klien, Ka. Kliennya sendiri yang minta aku untuk menangani proyeknya. Aku minta maaf karena belum bisa pulang."

"Iya." jawab Lika mendorong troly-nya, membatalkan niatnya untuk mengambil buah kesukaan Gara yang tadi akan dibelinya karena mengira Gara akan pulang. Setelah beberapa langkah, dengan perasaan mengalah, Lika kembali berkata, "Kamu hati-hati ya."

"Pasti. " Jawab Gara dengan nada kelegaan. Lega karena Lika mau mengerti pekerjaannya, "Aku hubungi kamu lagi nanti kalau sudah di Lampung."

distanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang