(9) Jebakan Mak Comblang. 1

6.8K 280 8
                                    

Belum mulai belum mulai. Chapter dengan judul "jebakan mak comblang" ada dua, jadi ini ceritanya part 1. part 2, nanti nyusul yash(((:

(9) Jebakan Mak Comblang .1

MADDIE memicingkan matanya saat melihat seorang yang cowok dengan badan tinggi menjulang sedang mengantre di kasir. Cowok itu mengenakan jumper berwarna dark cyan, jins hitam serta kets yang juga berwarna serupa dengan bajunya. Dan yang membuat Maddie heran, cowok itu memakai masker serta kacamata hitam. Padahal di sini nggak silau, juga nggak ada yang berbau tajam. Maddie pun menyimpulkan kalau orang itu sakit mata ditambah flu.

Oh kasihan.

Sekarang Maddie tengah duduk sendirian. Ia mencari-cari Ellen yang ternyata sedang—tunggu, mengapa Ellen mengobrol dengan seorang cowok di belakang mereka? Cowok itu juga mengenakan masker dan kacamata hitam. Aneh. Lalu, Ellen melihat ke arah Maddie dan tersenyum miring.

Ada apa, sih?

Selang beberapa detik, Ellen kembali duduk ke kursinya. "Itu siapa sih, Len? Kok pake kacamata sama masker di dalam ruangan? Udah gitu dua orang lagi, dan juga, kenapa lo ngobrol sama dia? Lo kenal?" cecar Maddie bertubi-tubi.

"Satu-satu, kek," Ellen mendengus malas, "gue pikir lo udah tau dari tadi. Mereka 'kan Aldi dan Kevin, Di."

Maddie melotot. Pantas saja, cowok yang sedang mengantre itu posturnya terlihat familiar di mata Maddie. "Kok mereka bisa di sini juga?"

Ellen mengangkat kedua bahunya, pura-pura tak tahu. "Kebetulan, kali."

Maddie dengan gampangnya percaya saja pada Ellen. Padahal Ellen 'kan sedang berbohong.

Aldi berbalik, hendak kembali ke mejanya kala seorang cewek yang sedang mengernyit keheranan tak sengaja tertangkap indra penglihatannya. Perlahan, senyum Aldi mengembang.

Entah kenapa, sejak awal Aldi sudah merasa ada yang menarik dari diri cewek yang lumayan garang itu. Ralat, sangat garang.

"Tania sama Ellen kenapa bisa di sini, Vin?" Aldi membuka percakapan ketika bokongnya telah mendarat di kursi. "Apa ini takdir? Atau kebetulan? Atau kesengajaan?"

Ya, ini kebetulan yang disengaja. Dan kebetulan yang disengaja ini memang sudah ditakdirkan.

"Minum. Mereka haus, mau minum, makanya ke sini, pinter," jawab Kevin sambil menyeruput cotton candy-nya dengan cepat, seolah baru menemukan oasis di tengah gurun pasir.

"Ih, cowok kok, pesennya cotton candy," ejek Aldi.

"Suka-suka dong, yang penting enak."

"Eh, Vin," Aldi tiba-tiba berubah raut wajahnya, jadi raut wajah malu-malu, "Dia kok, keliatancantikbanget sih?" tuturnya dengan cepat.

"Apa? Lo bilang apa? Dia siapa?"

"Dia kok, keliatan cantik banget, sih," ulang Aldi, memberi penekanan pada setiap kata.

"Najis muka lo menggelikan banget, Di. Tapi, gue curiga lo ada rasa sama Maddie."

Aldi terkekeh, "Emang kalo gue suka dia kenapa? Dia menarik, gue akui."

"Wow," Kevin terkesiap, "baru kali ini seorang Aldian Trevor mengakui kalau dia tertarik dengan wanita."

"Gue bilang dia menarik, nggak berarti gue tertarik."

"Ya jelaslah lo tertarik. Nggak mungkin lo bilang dia menarik, kalo lo nggak tertarik. Berarti lo jatuh sama pesona dia. Don't ever try to deny it."

My Lovely HatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang