(12) Tetap Berusaha

5.4K 215 3
                                    

"ALDI, ya ampun! Kamu ngapain di situ?" ucap Maya, ibunya Aldi dengan wajah khawatir. Bukan khawatir dengan Aldi. Melainkan, khawatir dapurnya yang telah ditata sedemikian rupa menjadi hancur karena sentuhan seorang Aldi.

Yang ditanya hanya cengengesan dengan tampang sok polosnya. "Aldi nggak ngapa-ngapain kok, Ma!" kata Aldi sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk peace.

"Terus apa itu yang gosong-gosong?!" namun, ibunya tak semudah itu percaya. Apalagi Maya melihat sesuatu yang menghitam dan berbau hangus.

"O—oh itu. Aldi mau bikin pancake."

"Bikin pancake tapi berantakan gini, Aldi? Beresin cepet! SEKARANG!" geram Maya sambil melotot.

"Iya, Ma! Iya!" Aldi langsung gerak cepat apabila Mamanya sudah berkoar seperti ini.

Ia mengambil tisu sebanyak mungkin karena ia tidak melihat lap sejauh mata memandang. Egh, Aldi lebay.

"Aduh, Aldi! Harus berapa kali sih, Mama bilang? Jangan banyak-banyak ngambil tisunya, mahal! Kalo ke mini market beli tisu pasti beli banyak, dan plastiknya mahal, Di!" omel Maya dalam satu tarikan napas.

"Ya enggak usah pake plastik lah, Ma," timpal Aldi enteng.

"HEH!"

"E—eh, iya, Ma. Maaf, keceplosan," Aldi gelagapan sendiri, masih sambil membersihkan tumpahan tepung.

"Bikin pancake buat siapa, sih?" tak lama Maya bertanya berhubung emosinya mulai mereda. "Tumben mau nyentuh dapur."

"Buat Tania, Mah," jawab Aldi dengan lugas.

Dahi Maya mengerut. "Tania?" Ia tampak berpikir. "Oh, yang waktu itu dateng? Yang mukanya manis banget itu, 'kan?"

Aldi nyengir kuda. "Iya, Ma. Emang dia cantik. Eh, manis juga."

"Kamu ... pacaran sama dia?"

Cengiran Aldi lenyap. Ekspresi Aldi berubah datar. "Nggak, Ma. Tapi Aldi akan dapetin dia, kok. Ah, Aldi memang harus dapetin dia."

Maya manggut-manggut. "Tapi, kamu beneran suka sama dia, 'kan? Kalo nggak, mending kamu jangan kasih harapan. Nanti dia sakit hati, lho."

"Eh?" Aldi mengusap tengkuknya. Sebenarnya, ia bingung bagaimana caranya dia mendeskripsikan perasaannya ini. Aldi tak pernah jatuh cinta, bahkan suka dengan perempuan yang bukan keluarganya sebelumnya. Apa Aldi terlalu terburu-buru?

"Kenapa? Kamu keliatannya nggak yakin gitu," tangkap Maya melihat respon Aldi. Ia sangsi anaknya akan menjawab 'ya'.

"Aldi nggak yakin, tapi Aldi udah ngungkapin kalau Aldi suka sama dia. Terlalu buru-buru ya, Ma? Habis, Aldi nggak tau harus gimana. Aldi deg-degan sih, setiap sama Tania. Jadi Aldi langsung bilang aja kalo Aldi suka."

"Kita 'kan nggak tau, kapan perasaan itu bisa muncul. Jadi menurut Mama, kamu nggak salah. Asal inget aja, jangan mainin cewek," timpal Maya. "Ngomong-ngomong, baru kali ini kamu naksir sama cewek."

"Soalnya, Tania beda, Ma."

Seperti kebanyakan pria. Ketika ditanya seperti itu, rata-rata jawabannya adalah karena perempuan yang ditaksirnya berbeda dari perempuan lain. Tentu saja.

My Lovely HatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang