(16) Jelly

5.7K 231 23
                                        

ALDI tidak bisa tidur.

Sejak dua jam lalu, yang ia lakukan hanyalah berbaring di kasurnya menghadap langit-langit kamarnya. Namun, hingga kini matanya belum lelah. Kevin bilang, "Mata lo dikedip-kedipin aja terus biar ngantuk."

Dan begonya, Aldi ngikutin ajaran sesat itu.

Aneh banget. Biasanya, kalau Aldi ketemu kasur langsung merem dalam hitungan menit. Aldi nggak tahu apa yang terjadi pada dirinya sebelum ia ingat kalau sesuatu yang ia dengar tadi siang itu ... sangat menyakiti pendengarannya.

Edward dan Maddie, bakal dinner.

Ya ampun, pantas saja Aldi nggak bisa tidur. Mikirin cewek, toh.

Tadi siang, setelah Maddie keluar dari ruang OSIS, Aldi merasa kesal dengan cewek itu. Rasanya dia ingin bilang pada Maddie kalau yang Maddie lakukan barusan itu salah. Apalagi, setelah Aldi melihat seringai jahat milik Edward yang juga keluar dari ruang OSIS. Rasa gatal menjuluri tangan Aldi untuk meninju Edward. Dada Aldi juga terasa panas.

Mungkin ... Aldi cemburu?

Aldi tahu dia nggak boleh egois, tapi sisi lain dari dirinya mengatakan kalau Maddie hanya boleh melihat ke arahnya.

Aldi terduduk dan mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Bagaimana bisa Edward berhasil mengajak Maddie dengan mudah, sementara dirinya harus membujuk Maddie dulu. Kasihan. Aldi ditikung sebelum benar-benar berjuang.

Tapi, Aldi nggak boleh berhenti disini. Selama Edward belum memiliki Maddie, ia bisa terus berusaha agar Maddie memilihnya. Dengan cara sehat, tentunya.

Aldi baru tahu, untuk mendapatkan cewek yang dia suka sebegini rumitnya. Aldi tidak terbiasa, karena sejak dulu ia selalu dikejar oleh para penggemar wanitanya. Sekarang Aldi hanya mengejar satu orang, yang sulit diraih.

Lihat saja siapa yang bakal berlabuh di hati Tania nanti.

***

"Ellen! Ellen!" seru Maddie heboh seraya mengibas-ngibaskan tangannya.

Ellen menyahut dengan malas dari bangkunya. "Hmm."

"Ellen, lihat gue!"

"Apa, sih?"

"Edward!" Maddie menjerit. "Dia ngajak gue dinner dan gue terima!"

Ellen langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu pindah ke sebelah Maddie.

"Lo terima?"

Maddie mengangguk. "Besok malem, katanya dia mau jemput gue."

"Aldi tahu soal ini?" tanya Ellen lagi.

Maddie menjawab dengan kedikan dibahunya. "Enggak tahu. Tapi tadi dia yang nemenin gue ke ruang OSIS pas gue mau ngumpulin LPJ dan gue ketemu Ed di situ."

"Posisi Aldi di mana? Dia nggak ikutan masuk?"

"Nggak. Dia di depan pintu."

"Posisi lo dan Ed di mana?"

"Belakang pintu, waktu itukan gue mau keluar. Emang kenapa, sih? Malah bahas soal posisi."

"Astaga, Aldi pasti denger!" Ellen menepuk jidatnya.

"Terus?" tanya Maddie bingung.

"Ya ampun ...," Ellen menghela napas, "dia pasti cemburu, pinter."

"Oh," ucap Maddie datar. "Eh, cemburu?"

Gue boleh enggak sih, nge-reset hati Maddie biar peka sama segala hal? batin Ellen dongkol.

"Len, tunggu deh. Kok gue ... nggak ngerasain sesuatu yang aneh-aneh pas ngomong sedeket itu sama Ed? Maksud gue, gue enggak ngerasain apa yang biasanya cewek-cewek rasa kalau mereka ngomong sama doinya, dan bahkan diajak makan malam."

My Lovely HatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang