"Va, gue mohon terima cokelat ini ya? Gue ngebuatnya tulus buat lo. Happy Valentine Day Alva."
Ungkapan tulus itu sukses membuat segala macam bentuk celotehan yang tadinya terdengar ramai di sekitar mading SMP Narendra menjadi mendadak sepi. Segera saja seluruh pasang mata terfokus pada tiga orang anak manusia yang sedang berdiri agak di pojokan mading.
Dua orang cewek dan satu orang cowok. Salah seorang dari cewek itu kemudian menyodorkan sebuah kotak yang penuh dengan hiasan warna pink kepada cowok yang berdiri di depannya.
Namun sayangnya cowok yang tengah memegang bola basket itu bersikap cuek, terlihat gak tertarik sedikit pun pada cokelat yang baru saja disodorkan kepadanya. Padahal tangan si cewek udah gemetaran banget saking malunya.
Cewek yang satunya lagi, yang berdiri persis di belakang si cewek cokelat, terlihat tegang menyaksikan adegan di depannya. Bibirnya komat-kamit, berdoa agar aksi yang dilakukan oleh temannya sukses sesuai rencana.
Nggak jauh dari ketiga makhluk perebut perhatian itu. Seorang cewek yang tadinya sibuk memelototi kertas yang ditempel di mading mengalihkan matanya. Ikut mengamati tiga orang itu.
Cewek berambut pendek yang bernama Prily Salsabila itu mengerutkan kening. Ia nggak ngerti situasi macam apa yang sedang terjadi sekarang.
Sambil menggaruk-garuk dagunya, ia menoleh pada kedua sahabatnya yang berdiri di samping. "Eh, ada apaan sih itu?"
"Ituuu, kayaknya si Alva dapat pengakuan cinta lagi." Talitha Rayeen, cewek berwajah tirus dan berbibir tipis, menjawab pertanyaannya tanpa mengalihkan mata dari pojokan mading. Kinal yang berdiri di sebelahnya mengangguk, menguatkan jawabannya.
"Hah? Pengakuan cinta?!!" Prily yang kaget sontak berseru dengan keras.
Murid-murid di sekitar sana langsung menoleh padanya. Termasuk tiga makhluk di pojokan itu. Prily pun refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Kebiasaaaan..." Kinal Amalia, cewek bermata bulat yang indah dan rambut panjang yang nyaris mencapai pinggang itu segera menginjak kaki Prily.
"Sorry..." Prily tulus meminta maaf pada Kinal dan Talitha yang sekarang melemparkan pandangan kesal padanya.
Mata Prily sampai berkaca-kaca. Tapi bukan karena saking tulusnya ia meminta maaf melainkan karena kakinya sakit gara-gara diinjak oleh Kinal.
"Gue beneran kebablasan..." ucap Prily penuh penyesalan. Ia lalu kembali mengalihkan matanya ke arah pojokan mading. "Lagian, ngapain juga sih ngungkapin perasaan di sini?"
Meskipun mengucapkan itu, di dalam hatinya Prily mengakui keberanian si cewek cokelat itu. Nyatain perasaan di tempat umum kayak gini tuh sama aja dengan telanjang di depan umum. Malu-maluin.
"Terserah dia dong. Mau nembak cowok di sini atau di atap. Wong dia juga yang malu." Talitha menyahut. Ia melipat tangannya ke depan dada sambil kembali mengamati tiga makhluk itu.
Dan kayaknya semua mata orang di sana memang kembali mengamati dua cewek dan satu cowok itu. Untuk kesekian kalinya kertas yang berisi daftar pembagian kelas di mading juga kembali terabaikan. Padahal maksud kedatangannya ke sekolah pagi-pagi minggu gini ya niatnya buat membaca kertas itu.
Menilik sikap angkuh yang ditunjukkan oleh cowok bernama Alva itu, Prily yakin tuh cowok pasti geer selangit. Secara kan yang nembak cewek cantik. Di tempat umum pula. Beuuuh!
Eh tapi kok kalo diliat-liat lagi, untuk ukuran cowok yang kegeeran kok muka tuh cowok flat banget ya? Malahan tatapan matanya kayak dingin gitu. Kenapa? Karena jaim?
Penasaran. Prily kembali bertanya. Kali ini ia membisiki Kinal. Sengaja merepotkan diri ke belakang Talitha agar lebih dekat ke Kinal. "Nal, tuh cowok siapa sih?"
Ekspresi Kinal yang tadinya serius langsung berubah ketika menoleh pada Prily. Wajahnya yang imut itu seolah berkata 'What the HAH?'
"Busyet dah lo beneran gak tau atau lo kena amnesia habis berpetualang sama Wiro Sableng?"
Prily langsung manyun. "Gue ciyus nih." Tangannya memukul pelan lengannya Kinal.
Kinal nyengir. "Alva itu terkenal di sekolah kita, Pril. Dia tampan, kaya,plus jago basket lagi. Tapi yang bikin dia terkenal bukan karena itu..."
"Trus?"
"Alva terkenal karena dia cowok tersadis di sekolah." Talitha menimpali.
Ia lalu menoleh pada Prily. "Mustahil anak sekolahan kita gak kenal sama dia. Dari anak kelas VII sampai kelas IX pasti kenal! Yaa... kayaknya palingan elo doang deh yang gak kenal."
Sukses Prily kembali manyun. Sementara Talitha dan Kinal cekikikan senang berhasil menggodanya.
Biasa aja kali dia gak kenal sama orang. Prily kan gak sesupel Talitha yang temennya tersebar di sekolah, juga gak secerdas Kinal yang kegiatannya di sana sini. Wajaaar, Prily gak tau.
Eiits tunggu, tunggu dulu. Cowok tersadis di sekolah? Dilihat dari apanya cowok bernama Alva Revaro itu sadis?
Cowok tinggi dan berkulit sawo matang di pojok sana jauh dari kesan sadis.
Cowok itu memakai celana drawstring warna hijau army, kaos putih yang dipadukan dengan jaket sekolah mereka yang berwarna biru navy dengan lambang sekolah tergambar di bagian dada kiri. Keren gitu. Sadis dari mananya?
Emang sih kalo lagi diam gitu kesannya dingin. Tapi kan rata-rata cewek suka tipe kayak gitu. Tipe yang bikin penasaran plus klepek-klepek kayak ikan.
"Cowok sadis? Masa??"
Talitha tersenyum tipis. "Gak percaya? Tunggu aja, ntar lo pasti percaya kok," katanya yakin.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
You And First Love
Teen FictionWARNING!!! Ini adalah novel, bukan wattpad stories biasa. Silahkan keluar kalau kamu bukan pecinta novel ^^ Series Pertama dari antologi 'First Love'. Suara 'pluk' cokelat yang dilemparkan Alva Revaro ke tong sampah membuat semua orang yang ada di s...