Prily mengerutkan keningnya. Mungkinkah cewek itu pacarnya Alva?
Tunggu, Alva kan nggak punya pacar makanya dideketin banyak cewek.
Mereka tampak adu mulut. Persis seperti dua orang kekasih yang sedang bertengkar. Prily menduga benda berserakan di sekitar Alva dan cewek itu adalah benda jatuh yang tadi suaranya Prily dengar.
Alva dan cewek misterius. Tiba-tiba aja rasa penasaran Prily bangkit.
Ya, siapa juga yang nggak penasaran? Cowok yang terkenal sadis dengan para cewek di sekolahnya sekarang malah terlihat berduaan dengan seorang cewek di luar sekolah.
Detik berikutnya Prily disibukkan oleh kegiatan barunya. Mengamati Alva dan cewek yang sedang bersamanya.
Sayangnya, Prily nggak bisa mendengar obrolan mereka sehingga ia jadi nggak yakin kedua orang itu beneran lagi berantem.
Prily cuma menerka-nerka apa yang kira-kira sedang mereka bicarakan dari ekspresi Alva yang dilihatnya.
Ekspresi Alva berubah. Dari serius menjadi kesal. Dan beberapa saat kemudian si cewek pergi meninggalkan Alva.
Alva terlihat frustasi. Ia menahan tangan cewek itu dan dengan suara keras berkata, Kita gak bisa terus bersikap kayak gini! Gue capek pura-pura gak kenal sama lo. Kita bakalan sekelas dan lo juga pasti tahu keadaannya akan sulit kalo kita terus seperti ini!"
Sayangnya cewek itu nggak pedulikan Alva. Ia menghempaskan tangan alva dan tetap berlalu dari sana. Meninggalkan Alva yang saking kesalnya menendang udara kosong untuk meluapkan emosinya.
Sementara itu, Prily cuma bisa melongo melihat kejadian tadi. Ia nyaris nggak mempercayai matanya.
Seorang Alva ditolak cewek?? What??? Mustahil banget kan? Ini tuh sama mustahilnya dengan kodok bisa terbang.
Tapi yang dilihatnya kan emang gitu. Bahkan bau-baunya Alva pacaran sama cewek tadi cuman di sekolah mereka sok nggak kenal biar nggak ada yang curiga. Hey, ini jelas penipuan besar!!
Tunggu, Alva dan cewek tadi kan berantem ya? Oh God, apa jangan-jangan mereka baru aja putus?? Waaah, bisa heboh dunia percintaan di sekolahnya kalo ternyata dugaannya ini benar.
Prily memandangi cewek yang tadi berbicara dengan Alva, sekarang cewek itu sudah menghilang di balik gerbang taman. Prily mengerutkan keningnya. Siapa ya? Kok rasanya kenal?
Prily kembali mengalihkan pandangannya pada Alva yang sedang memungut sebuah kotak yang isinya berupa pecahan-pecahan bening berserakan di tanah. Dan berikutnya Prily seperti kehilangan akal sehatnya.
Prily tertegun melihat Alva yang sedang memandangi pecahan bening itu. Wajah Alva terlihat sangat sedih.
Kesedihannya seolah mendominasi taman itu, terlebih saat ia kemudian duduk di pinggir kolam air mancur di sampingnya.
Air mancur itu airnya memercik di sekitar Alva, ditambah dengan warna langit sore yang keemasan, membuat sosok Alva terlihat sangat indah di mata Prily. Benar-benar objek yang bagus untuk difoto.
Tiba-tiba saja tanpa pikir panjang Prily mengangkat kameranya. Ia membidikkan kameranya ke arah Alva dan memotretnya.
Prily lalu menundukkan kepalanya, bermaksud mengecek hasil jepretannya saat sebuah suara mengagetkannya.
"Prily, Prily!! Pril, elo di mana??!"
Prily tersentak, ia mengangkat kepalanya. Tadi itu kan suara Reddy. Tapi dimana orangnya?
Prily segera keluar dari tempatnya bersembunyi. Ia mengedarkan pandangannya dan gak sengaja memandang ke arah Alva.
Mata mereka bertemu. Prily yakin Alva kaget saat menyadari ada Prily di sana. Namun bukan hal itu yang penting. Saat itu, saat mata mereka bertemu, Prily merasa jantungnya hampir melompat keluar.
Mata Alva yang dingin dan wajahnya yang tanpa ekspresi itu membuat waktu disekitar Prily seperti berhenti berputar. Ia seperti terbius oleh cowok itu. Dunianya mendadak sunyi. Tidak ada suara. Tidak ada pergerakan apa-apa.
Yang ada hanya dirinya dan Alva. Mereka seolah berada di dunia yang berbeda, di dunia yang hanya ada mereka saja.
Sebuah tepukan halus di bahu Prily membuat kesadarannya kembali hadir ke dunia nyata. Prily menolehkan kepalanya dan mendapati Reddy sudah berdiri di sampingnya.
"Ternyata lo di sini, Pril!" seru Reddy sambil nyengir lebar. "Gue tadi nyari lo ke mana-mana"
"Eeh? Ohya?" sahut Prily gelagapan, merasa kepergok. Ia buru-buru tersenyum pada Reddy. "Gue sejak tadi di sini kok Kak" katanya.
Prily lantas mengembalikan pandangannya ke tempat Alva berdiri tapi ternyata cowok itu sudah gak berada di sana. "Ke mana perginya?" gumam Prily tanpa sadar.
Prily mengedarkan pandangannya kesana kemari, mencari sosok Alva, tapi ia tetap gak bisa menemukannya.
"Nyari siapa?" tanya Reddy yang ikutan celingukkan dengan tampang bingung.
Prily kaget menyadari Reddy ikut celingukkan, ia dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Bukan siapa-siapa kok, Kak. Yuuuk, pergi. Gue udah lapar niih. Elo sih ngaret, makanya cacing-cacing di perut gue udah keburu konser!" Prily menarik tangan Reddy dengan paksa.
"Makanya, gue kan udah bilang, beri gue kado jam tangan saat gue lulus SMP biar gue gak ngaret lagi. Tapi lo malah ngasih sepatu. Akhirnya kan gue tetap aja terlambat kalo janjian ama lo" gerutu Reddy membela dirinya sambil melangkah pasrah mengikuti Prily menuju parkiran taman.
Di sana sudah menunggu mobilnya bersama sopir pribadinya yang siap mengantarkan mereka ke restoran.
Dan hari itu, Reddy yakin, uangnya pasti akan habis memenuhi tuntutan makan Prily yang sangat besar.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
You And First Love
Teen FictionWARNING!!! Ini adalah novel, bukan wattpad stories biasa. Silahkan keluar kalau kamu bukan pecinta novel ^^ Series Pertama dari antologi 'First Love'. Suara 'pluk' cokelat yang dilemparkan Alva Revaro ke tong sampah membuat semua orang yang ada di s...