Ehh Dia Lagi!

174 15 0
                                    

Sore itu, Prily duduk mematung di salah satu kursi yang ada di taman kota Bandung.

Berkali-kali ia melihat ke jam tangannya dan berkali-kali pula ia menoleh ke sekitarnya.

Sekarang sudah jam 4 lewat 15 menit, sudah lewat 15 menit dari jam yang dijanjikan, tapi orang itu masih belum datang juga. Semakin lama wajah Prily jadi semakin tertekuk.

Belaian angin sore yang sejak tadi udah membuatnya adem gak cukup untuk menghilangkan kekesalan di hatinya karena ternyata kebiasaan ngaret orang yang lagi janjian dengannya masih belum berubah juga.

Padahal Prily merasa tersiksa banget duduk di sana sendirian. Orang-orang yang mengunjungi taman itu gak ada yang sendirian sepertinya. Ia pasti tampak bodoh dimata pengunjung lainnya.

Prily lantas meyakinkan dirinya sendiri, kalo dalam waktu sepuluh menit lagi orang itu masih belum muncul juga, Prily bakal pergi dari sana.

Sore itu Prily emang udah janjian dengan Reddy Tristan. Tetangganya yang juga merupakan sahabatnya.

Rencananya mereka mau merayakan keberhasilan Reddy masuk ke SMA Hilvania. SMA yang emang udah jadi impian Reddy sejak lama.

Sebenarnya sih mereka berdua bisa aja berangkat sama-sama dari rumah. Tapi karena Reddy sibuk mengurus persyaratan administrasi untuk daftar ulang disekolah barunya. Jadilah Prily menunggu Reddy di taman ini.

Prily memandangi gelang persahabatan yang melingkar di tangan kirinya. Gelang rantai perak dengan satu bandul berbentuk bola Basket. Gelang yang sama dimiliki oleh Reddy.

Belakangan ini pikiran Prily agak terganggu oleh hal-hal kecil. Reddy sudah memasuki SMA.

Dan ini cukup membuat Prily resah. Ia takut Reddy mempunyai teman-teman baru dan melupakannya.

Bagaimana kalo sampai Reddy gak mau lagi temenan dengannya hanya karena dirinya masih anak SMP?

Ahh, memikirkannya saja sudah membuat Prily menjadi sedih. Gimana kalo sampai beneran terjadi?

Prily dan Reddy sudah dekat sejak kecil. Reddy sudah seperti kakak bagi Prily. Mereka berdua sama-sama anak tunggal. Prily dan Reddy juga sama-sama berasal dari ekskul Fotografi yang sama di SMP Narendra.

Sebenarnya kelulusan Reddy sempat membuat Prily sedih. Ia bakalan gak bisa ketemu Reddy setiap hari lagi seperti saat mereka satu SMP.

Apalagi yang Prily dengar di SMA Hilvania, sekolah barunya Reddy itu gak ada ekskul fotografinya.

Gimana kalo sampai Reddy gak tertarik lagi dengan dunia fotografi? Ia dan Reddy pasti gak ada bahan obrolan lagi, hiks...

Prily lantas memandangi kamera yang tergantung di lehernya. Kameranya itu masih baru.

Masih segar ingatan dalam benaknya saat Reddy membantunya membeli kamera itu. Benar-benar suasana yang dirindukannya.

Dan rencananya, sesudah acara makan-makan nanti, Prily mau mengajak Reddy berkeliling kota untuk memotret suasana malam di kota Bandung yang romantis.

Prily harus membuat banyak momen indah bersama Reddy sebelum mereka berdua sama-sama disibukkan oleh kegiatan baru mereka.

Karena Reddy masih belum datang juga, iseng-iseng Prily memotret keadaan disekitarnya. Mulai dari pepohonan, bunga-bunga, para pengunjung taman dan bahkan langit sore juga ikut dipotretnya.

Brakk, sebuah suara keras dari arah belakang membuat Prily kaget. Ia sontak menolehkan kepalanya ke sumber suara. Dan matanya langsung melebar begitu ia menangkap sosok yang dikenalnya berdiri di sana.

Alva Revaro! Ngapain dia di sini??!! jerit hati kecil Prily.

Alva sedang berdiri di dekat air mancur. Cowok itu nggak lagi memakai jaket sekolah seperti tadi pagi.

Sekarang ia berpakaian lebih rapi dengan style ala ala monochrome. Kaos putih dan skinny jeans warna hitam.

Alva nggak sendirian. Alva ditemani oleh seorang cewek berambut panjang sepunggung yang wajahnya gak bisa Prily lihat karena cewek itu tengah memunggunginya.

Meskipun nggak melihat wajahnya, Prily yakin cewek itu juga berasal dari sekolah yang sama dengannya karena cewek itu memakai jaket sekolah mereka.

Bersambung...

You And First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang