Sementara Alva dan Prily asyik bercanda. Tanpa Alva sadari, beberapa cewek teman sekelasnya memandangi mereka dengan pandangan iri. Iri karena Prily bisa bercandaan dengan Alva.
Prily yang gak tahu menahu tentang keirian cewek teman-teman sekelasnya itu hanya mendengus kesal. Seumur-umur baru kali ini ia dikatain bodoh oleh cowok. Oleh gebetannya pula.
Hatinya terasa remuk. Udah, deh, daripada gue emosi, mending gue ke toilet aja, gerutu Prily dalam hati.
"Bu, saya permisi ke toilet sebentar ya." Prily pamit pada Guru Biologinya.
Tidak lama berselang, beberapa murid cewek juga izin ke toilet.
Sementara itu Prily yang sudah berada di toilet, menumpahkan kekesalannya sambil bercermin. "Bodoh banget?? Gue?? Tuh orang bisa gak sih gak ngomong sesadis itu??!"
Berkat seruannya itu beberapa cewek yang juga sedang berada di dalam toilet sontak menoleh padanya dengan tatapan heran.
"Dasar cowok sadis gak punya hati!!" Prily kembali berseru kesal pada bayangannya di cermin. Tentu saja yang ingin dimakinya adalah Alva. Cuman karena ia gak berani memaki Alva seperti itu, ia melampiaskannya di sana.
Dan kali ini beberapa cewek yang tadi memandangnya dengan heran langsung kabur keluar dari toilet. Mungkin dipikir mereka Prily lagi kesambet setan.
Tapi gue suka Alva, hati kecil Prily membathin. Di mulut mungkin ia bisa mengeluarkan kekesalannya dengan memaki-maki cowok itu tapi dalam hatinya Prily gak bisa menghindari perasaannya.
Dan semua kekesalannya itu terjadi karena sikap Alva yang gak juga melunak pada dirinya meskipun mereka udah barengan dimacam-macam mata pelajaran.
Prily menghela nafas. Udahlah, mungkin ini adalah nasibnya jatuh cinta pada manusia sadis seperti Alva. Ini adalah sisi lain dari cinta.
Prily menghela napas. Ternyata perjalanan cintanya gak semulus seperti yang diharapkannya. Selain kekasaran Alva, ia juga gak bisa menampik kenyataan kalau hati Alva udah ada yang punya.
Bayangan cewek yang Alva temui di taman tempo hari kembali memenuhi benak Prily. Kira-kira siapa cewek itu ya? Siapa teman sekelasnya yang menjadi pacar Alva?
Prily menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. "Sadarlah Prily!" serunya pada dirinya sendiri.
"Jangan terlalu berharap bisa dekat dengan Alva. Ingat Pril, dia udah ada yang punya!"
Setelah membersihkan wajahnya dengan air dan mengeringkannya dengan tisu, Prily segera beranjak keluar dari toilet. Prily kembali menuju laboraturium Biologi tempatnya belajar.
Namun, sebelum ia sampai ke sana. Tepatnya, di samping Lab Kimia, Prily dihadang oleh tiga orang cewek yang juga merupakan teman sekelasnya.
"Apaan nih?" tanya Prily heran. Maklum aja ia heran, wong ketiga teman sekelasnya itu memandangnya dengan pandangan yang sama sekali gak bersahabat.
"Diam lo!!" bentak Mila langsung. Cewek yang paling tinggi dan berdiri di tengah.
Prily kaget dibentak seperti itu. Lebih kaget lagi saat Bella dan Via, cewek yang berdiri di kanan kiri Mila, menariknya dan mendorongnya dengan paksa ke dinding ruangan Laboraturiom Kimia. Prily langsung mengaduh kesakitan karena kepala dan badannya terbentur dinding.
"Kalian ini ngapain sih? Lepasin tangan gue!!" pinta Prily setengah berteriak. Ia menghempas-hempaskan tangannya yang dicengkram oleh Via dan Bella tapi mereka berdua tidak melepaskannya.
Prily meringis. Badannya semakin digencet ke dinding.
Semua usaha yang dilakukannya untuk melepaskan diri berakhir dengan sia-sia.Akhirnya ia pun pasrah, berhenti melawan dan memandangi mereka semua dengan marah. "Kalian ini kenapa sih? Emangnya gue salah apa?"
"Salah lo apa? Salah lo itu karena lo udah berani-berani dekatin Alva!!" bentak Mila lagi. Ia berkacak pinggang dan menatap Prily dengan wajah yang dibuat segalak mungkin.
Ooooh, jadi mereka ini penggemarnya Alva toh. Prily perlahan-lahan mulai memahami situasi yang sedang dihadapinya. Ternyata kekhawatirannya dulu terjadi juga.
"Gue gak dekatin Alva kok. Gue emang sebangkuan sama dia..." katanya, menjelaskan.
"Alaaaah, jangan ngeles lo!! Lo tau? Lo bakal dapat perlakuan yang lebih buruk dari ini kalo lo sampai nekat mendekati Alva lebih dari ini. Jadi lebih baik sekarang lo pergi jauh-jauh dari dia sebelum lo benar-benar nyesal udah kenal sama yang namanya Alva," ancam Mila dengan penuh amarah.
Mila kemudian mencengkram dagu Prily dengan kasar. "Lo itu kegenitan banget ya jadi cewek. Gue heran kenapa Alva bisa barengan terus sama elo. Lo main pelet ya? Awas aja kalo sampai Alva kepincut sama lo!"
Hah? Pelet?? Busyet dah. Kenapa di dunia yang modern seperti ini mereka masih kepikiran soal pelet memelet. Kuno banget!! gerutu Prily dalam hati.
Prily sengaja gak membalas kekasaran mereka. Prily tahu seandainya ia mengucapkan sepatah kata saja untuk membalas ucapannya Mila, pasti Bella dan Via yang masih mencengkram tangannya akan membuatnya semakin merasa kesakitan.
"Lo itu jangan sok kecakepan ya, Pril. Cewek kayak lo itu gak pantas berada di dekat Alva. Dia terlalu WAH buat cewek serendah lo. Dasar anak pemilik restoran kecil!" serunya lagi.
Kali ini Prily gak bisa diam aja. Dia emang cuma anak pemilik restoran kecil-kecilan. Tapi itu gak berarti mereka bisa bebas menghinanya seperti ini, kan?
"Gue emang cuman anak pemilik restoran kecil tapi paling gak gue lebih bermoral dari lo semua. Gue gak akan ngeroyokin orang hanya gara-gara rebutan cowok kayak lo bertiga!" Prily balas berseru.
Akibat dari seruannya itu ia mendapatkan sebuah hadiah tamparan keras dari Mila di pipi kanannya. Prily langsung tertunduk kesakitan. Matanya seketika berair.
Bersambung...
Votenya please. Maaf telat update ya... Terima kasih, banyak terima kasih buat kalian yang udah mau baca bab ini ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
You And First Love
Teen FictionWARNING!!! Ini adalah novel, bukan wattpad stories biasa. Silahkan keluar kalau kamu bukan pecinta novel ^^ Series Pertama dari antologi 'First Love'. Suara 'pluk' cokelat yang dilemparkan Alva Revaro ke tong sampah membuat semua orang yang ada di s...