The Most Malu-maluin Moment

118 12 0
                                    

Saat jam istirahat selesai. Prily cs kembali ke dalam kelas. Jam pelajaran selanjutnya adalah Matematika.

Prily paling goblok dipelajaran ini. Nilai ulangan Matematikanya gak pernah lebih dari 65.

Makanya saat tahu Ibu Armin Irawati, guru Matematika-nya, memberikan ulangan dadakan di kelas untuk mengingat pelajaran matematika dikelas VIII, Prily pun seperti disambar petir.

Gawaaat, ia sama sekali gak ingat seperti apa Matematika dikelas VIII.

Prily plirak-plirik ke sana kemari, mencari contekan. Sayangnya murid yang duduk di depannya gak Prily kenal, dia gak bisa menyontek ke sana. Dia juga jauh dari Kinal yang pintar. Pasrah.

Prily lantas menengok kertas ulangan Alva. Walaah kok kosong??

Apa jangan-jangan Alva juga bodoh dipelajaran matematika?

Bukannya ngerjain ulangannya cowok itu malah memainkan game perang-perangan di handphonenya.

Alva terlihat gak berniat sedikitpun untuk menyontek, apalagi mengerjakan soal-soal ulangannya.

"Lo gak ngerjain ulangan ya?" tanya Prily dengan hati-hati.

Sejak tadi ia penasaran. Tapi yang ditanya malah gak nyahut. Alva diam aja sambil terus main game seolah dia gak mendengar suara Prily.

Prily keki digituin. Dasar cowok rese!! umpatnya kesal dalam hati.

Tapi kekekiannya itu gak membuatnya berhenti untuk membuka mulutnya.

"Ntar lo bisa dimarahin guru kalo gak ngerjain ulangan apalagi kalo sampai Ibu Armin tahu lo gak ngerjain ulangan gara-gara main game. Bisa-bisa lo dimarahin habis-habisan."

"Gue gak bakalan dimarahin kalo lo gak ngadu ke Bu Armin. Lagian soal segitu gampang buat gue. Paling lama juga gue ngerjainnya lima belas menit. Elo nya aja yang berisik. Ngerjain ulangan lo aja sana. Jangan harap lo bisa nyontek gue," sahut Alva tanpa mengalihkan matanya dari game-nya.

Diiih, sombong!! Siapa juga yang mau nyontek elo!! Prily mendengus kesal.

Oke, kita lihat aja, sepintar apa sih elo, Va? Jangankan elo, Profesor Einstein aja kayaknya gak bakalan bisa ngerjain sepuluh soal dalam hitungan lima belas menit.

Prily lalu melanjutkan mengerjakan soal-soal ulangannya. Ia udah gak peduli lagi teman semejanya itu mau melakukan apa, main game kek, jumpalitan kek, jadi kakek kek, ia gak peduli!

Tapi ternyata perkiraan Prily salah. Lima belas menit sebelum Bu Armin meminta mereka mengumpulkan kertas ulangan mereka. Alva Revaro berhasil mengerjakan kesepuluh soal ulangannya!!

Akhirnya Prily hanya bisa duduk bengong di kursinya sambil memandang kertas ulangannya.

Ternyata ia cuma mendapatkan nilai 45 untuk ulangan matematikanya tadi padahal ia sudah mengerjakan soal matematikanya dengan sungguh-sungguh.

Sedangkan cowok itu, Prily melirik ke sampingnya, kertas ulangan Alva tergeletak di atas meja dan terlihat dengan jelas berapa nilai yang didapat oleh cowok itu.

Nilainya 100!!! Astaga, how can it be?!

Wajah Prily langsung berubah masam. Ternyata Alva cowok jenius!

Hiks, harusnya seseorang mengatakan padanya kalau Alva Revaro itu adalah murid yang jenius.

Sekarang ia hanya bisa memandang cowok yang kembali bermain game itu dengan perasaan campur aduk. Malu dan kesal bercampur jadi satu.

Ia yang tadinya menasehati cowok itu untuk mengerjakan ulangan matematika ternyata malah mendapatkan nilai yang lebih rendah darinya.

Ini benar-benar sangat memalukan. Jangan sampai deh Alva melihat nilai ulangannya. Kalau sampai cowok itu tahu nilainya yang jelek, ia bisa malu setengah mati!

Tanpa berpikir panjang Prily dengan cepat meraih tasnya untuk memasukkan kertas ulangannya ke dalam tas namun dasar nasib lagi sial. Kertas ulangannya malah jatuh ke lantai, persis di dekat kursi Alva.
Prily panik. "Jangan memungutnya!" ia langsung memperingatkan Alva begitu ia melihat Alva membungkukkan badan untuk memungut kertas itu.

Terlambat. Alva sudah lebih dahulu memungutnya. Sekarang Alva mengamati kertas ulangannya dengan seksama.

Hiiiiy, kira-kira apa yang akan dikatakan Alva ya?

Prily rasanya kepengen ngumpet. Ia gak sanggup mendengar tanggapan Alva mengenai nilai ulangannya.

Tapi apa daya. Tubuh Prily seolah membeku. Ia gak bisa bergerak dan hanya bisa memandang Alva yang sedang senyam-senyum gak jelas sambil mengamati kertas ulangannya.

"Gue gak ngira nilai ulangan lo bakal sejelek ini," kata Alva sambil menahan senyumannya dan mengembalikan kertas ulangan Prily.

Jeddaarrr, lagi-lagi Prily merasa seperti tersambar petir di siang bolong.

"Rajin-rajinlah belajar, Nak." Alva meletakkan kertas ulangan Prily di atas meja karena Prily terlalu beku untuk menyambut kertas ulangannya.

Usai mengatakan itu Alva lantas berlalu dari sana. Meninggalkan Prily yang mulai retak-retak dan sebentar lagi pasti hancur berkeping-keping saking malunya.

Yang tadi itu jelas kalimat ejekan.

Bersambung

You And First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang