Sh*t Of The Sh*ts

133 10 0
                                    

Alva mengambil buku-buku yang disodorkan oleh Prily padanya dengan gaya cuek.

Dan seolah ia gak melihat mulut Prily yang terbuka lebar di depannya, ia berjalan melewatinya dan lantas mengetuk pintu kelas tanpa Prily bisa mencegahnya.

Sebelum Prily sempat menyadari apa yang terjadi, Alva sudah membuka pintu kelas. Prily yang kaget dan gak siap untuk masuk ke dalam kelas seperti merasa tersambar petir di siang bolong.

Detik berikutnya Prily merasa tubuhnya seperti mengecil saat ia (dengan terpaksa) mengikuti Alva masuk ke dalam kelas diiringi pandangan menusuk dari teman-teman sekelasnya yang baru.

"Maaf, saya terlambat Pak." Prily mendengar Alva meminta maaf pada guru mereka.

Prily memandang seorang laki-laki berusia sekitar 45 tahun yang sedang berdiri di balik meja guru yang kemungkinan besar adalah Wali kelasnya. Di papan nama yang melekat dibajunya tertulis Adrian Wirya.

Adrian??? Wuiiih, guru kelasnya Pak Adrian??? Ini sih benar-benar bencana. Pak Adrian kan terkenal sebagai guru paling Killer di sekolah.

"Siapa nama kalian?" tanya Pak Adrian dengan suara beratnya yang langsung merontokkan bulu-bulu kaki siapapun yang mendengar suaranya.

Ia menghampiri Prily dan Alva. Prily langsung merasa lemas. Takut kena damprat. Gak kebayang gimana malunya diomelin di depan teman-teman barunya.

"Alva Revaro, Pak," kata Alva dan disaat yang bersamaan Prily juga menyebutkan namanya.

Prily melirik Alva sekilas dan bertanya-tanya kenapa Alva bisa bersikap setenang itu sedangkan dirinya sudah gugup setengah mati.

Guru itu mengangguk-angguk, ia lantas kembali bertanya, "Kalian tahu hari ini hari apa?"

"Tahu Pak." Prily dan Alva lagi-lagi menjawab serempak.

Hari Senin, kan? bathin Prily dalam hati.

"Hari apa?"

"Hari senin, Pak..." jawab Prily polos. Semua teman-teman sekelasnya langsung tertawa mendengar jawabannya.

"Semua orang juga tahu hari ini hari senin!!" seru Pak Adrian ketus.

Sebagian dari teman-temannya terdengar mengikik dengan suara tertahan, persis seperti ringkikkan kuda. Bahkan Alva juga nyengir.

Emangnya jawabannya salah ya? pikir Prily heran.

"Nah, kamu, hari ini hari apa?" Pak Adrian lanjut menunjuk Alva.

Prily melirik Alva. Nah kira-kira apa jawaban cowok itu? Pasti dia bakal ngejawab hari senin juga, kan hari ini kan emang hari senin.

"Hari ini adalah hari pertama di tahun ajaran baru, Pak. Saya tahu seharusnya saya tidak terlambat dihari sepenting ini tapi karena ada urusan mendadak saya jadi terlambat"

Jawaban Alva langsung membuat Prily melongo. Sekarang ia tahu kenapa teman-teman sekelasnya tertawa mendengar jawabannya tadi. Tiba-tiba saja Prily merasa jawabannya tadi terdengar sangat bodoh.

"Bagus. Kamu menyadari kesalahan kamu sendiri. Tidak seperti orang yang disebelah kamu itu," kata Pak Adrian sambil menepuk-nepuk bahu Alva serta sambil melirik Prily dengan pandangan tidak suka. Prily hanya bisa tersenyum salah tingkah.

"Baiklah, untuk kali ini saya maafkan kalian. Tapi nanti kalau saya lihat kalian terlambat lagi. Saya akan memberi kalian hukuman. Duduklah, cari kursi yang kosong!" kata Pak Adrian.

Prily serasa mendapat angin surga mendengar ucapannya itu. Horee, mereka bebas dari hukuman >.<

Prily dan Alva segera mengucapkan terima kasih pada Pak Adrian. Sama seperti Alva yang kemudian mulai beranjak mencari kursi yang kosong di kelas itu, Prily juga melakukan hal yang sama.

Di barisan tengah kelas, Prily menangkap sosok Kinal dan Talitha sedang duduk berdua. Mereka menjadi teman sebangku.

Sayangnya kursi-kursi di dekat mereka sudah penuh semua. Tadinya Prily ingin duduk di dekat mereka.

Sayangnya ia gak punya pilihan lain selain menuju barisan kursi paling belakang. Di sana Prily melihat ada kursi yang masih kosong.

Prily segera menghampiri kursi itu. Tanpa berpikir panjang ia meletakkan tasnya di atas meja dan menarik kursinya untuk duduk. Saat itulah ia menyadari kalau kursi di sebelahnya juga kosong.

Dan tiba-tiba saja seseorang meletakkan tas di meja sebelahnya. Prily mendongak untuk mengetahui siapa teman sebangkunya. Ia pun langsung tercengang saat tahu siapa teman sebangkunya.

"Sampai kapan lo mau bengong kayak orang bodoh begitu?" tanya orang itu yang gak lain adalah Alva Revaro. Alva meliriknya sekilas dengan galak lalu mengembalikan pandangannya ke arah depan.

"Mau dimarahin guru lagi ya? Papan tulisnya di depan sana, bukan di wajah gue. Sana, lihat ke depan!!"

"I-iya..." Prily sambil menganggukkan kepalanya dengan takut. Ia dengan cepat mengalihkan matanya ke arah depan.

Hiiiiiy, ini gawat. Sepertinya satu tahun ke depan ia akan menderita. Teman sebangkunya adalah cowok sadis yang menyeramkan.

Bersambung...

You And First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang