Air mata sekarang benar-benar keluar dari kedua bola matanya. Ia melemparkan pandangan memohon pada Via yang tentu saja dibalas cewek cengiran sinis.
"Rasain lo! Sakit kan? Makanya gak usah sok berani! Jadi anak miskin aja belagu!" hardik Via. Ia mengendurkan cengkramannya, sehingga penderitaan Prily cukup berkurang.
Via lalu memandang Mila. "Mil, buruan siram. Nih anak perlu kita kasih pelajaran seberat-beratnya biar dia gak belagu lagi."
Siram? Apa maksudnya? Prily kembali memandang mereka. Bingung.
Mila menangkap kebingungan di wajah Prily. Cengiran jahat hadir si wajahnya ketika ia menunjukkan satu botol air mineral berukuran sedang yang rupanya sudah disiapkan sejak tadi.
Prily langsung memahami keadaan itu. Ia terisak dan juga kembali memandang mereka dengan pandangan memohon. "Tolong jangan siram gue. Tolong..."
Tentu saja permohonannya tidak dikabulkan oleh mereka dan sesaat kemudian tiga orang cewek itu sudah tertawa puas dengan aksi Mila yang menyiramkan air mineral ke rambut dan badan Prily.
"Astaga Pril. Kehujanan di mana? Hahaha..." Bella tertawa sampai terbungkuk-bungkuk.
"Hujan??" Via menukas diantara tawanya. "Prily ini gak kehujanan, Bel. Tapi kecebur di empang. Hahaha..."
Mila dan Bella kompak terbahak-bahak mendengarnya. Puas membully Prily, mereka bertiga segera angkat kaki dari sana. Meninggalkan Prily yang hatinya hancur berkeping-keping diperlakukan serendah tadi.
Prily terdiam di tempatnya duduk. Seragamnya basah dan kotor. Bekas cengkraman terlihat memerah di lengannya. Sementara itu air dari rambutnya yang basah menyatu dengan air matanya yang membanjir di wajahnya. Ia benar-benar kacau balau.
Prily lantas menganfkat wajahnya. Memandang Mila cs yang sudah berjalan jauh. Prily sama sekali gak menyangka teman-teman sekelasnya itu akan memperlakukannya seburuk tadi hanya karena Alva.
Prily menyeka air matanya. Namun semakin diseka semakin air matanya bertambah deras. Prily gak tahu kenapa.
Lalu karena merasa frustasi, akhirnya ia membiarkan air matanya keluar. Prily berjongkok di sana, menangis sejadi-jadinya sambil menundukkan kepala.
Peduli amat kalo ada yang melihatnya seperti ini. Prily hanya ingin menumpahkan rasa frustasinya. Sebentar saja. Ia hanya memerlukan sedikit waktu untuk menumpahkan semuanya.
Bukankah ia cuma dekat dan jatuh cinta pada Alva, tapi kenapa ia malah diperlakukan seperti ini? Seolah-olah dirinya adalah seorang narapidana yang harus dihukum berat.
Ternyata cinta pertama ini sangat jauh dari bayangannya selama ini. Cinta pertama ini sangat berat, pahit dan asam. Manisnya yang tidak seberapa terkalahkan oleh kepahitannya.Drrrttt.... Handphone di dalam saku baju seragam Prily bergetar. Prily buru-buru meraihnya. Ia tersenyum saat menyadari benda itu tidak terlalu terkena air, namun senyumannya menghilang saat membaca nama yang terlihat di layar handphonenya. Alva!
Prily tertegun. Pasti Alva sedang kebingungan karena Prily gak juga balik ke kelas. Masalahnya, orang yang saat ini sangat gak mau Prily temui adalah Alva.
Gimana nih? Jangankan bertenu dengannya, mengobrol dengan Alva aja Prily gak sanggup.
Akhirnya Prily mematikan deringannya dan membiarkan telpon dari Alva berlalu begitu aja.
1 Missed Call dari Alva. Prily menatap layar handphone-nya. Ia merasa bersalah pada cowok itu tapi mau gimana lagi. Untuk saat ini Prily gak bisa menghadapinya.
Prily tahu. Mungkin aja sekarang ini Alva sangat marah padanya. Alva juga pasti akan salah paham. Mengira Prily sengaja mangkir dari tugas penelitiannya.
Dan bahkan bisa jadi Alva akan mencoret namanya dari tugas penelitian mereka apabila Prily gak juga muncul di kelas. Tapi kembali ke kelas dalam kondisi seperti ini bukanlah ide yang bagus. Apa kata guru dan teman-teman sekelasnya nanti?
Prily gak mungkin mengatakan semua yang telah terjadi. Jadi biarlah, terserah Alva mau menilainya seperti apa.
"Heh, ngapain lo berjongkok di situ?" sebuah suara mengagetkan Prily.
Prily kaget dan sontak mendongakkan kepalanya. Matanya langsung melebar begitu melihat Alva sedang berjalan ke arahnya. Ya Alva. Orang yang sedang dihindarinya.
Ya ampun, kok Alva bisa ada di sini sih?
Prily menyeka air matanya dengan cepat. Ia lalu buru-buru bangkit. Tanpa sadar Prily menahan napasnya saat ia beradu pandang dengan Alva yang sudah berdiri berhadapan dengannya.
Kebingungan di wajah Alva begitu melihat penampilan Prily sekarang terlihat sangat jelas. "Apa-apaan nih? Kok lo jadi kotor sama basah kuyup kayak gini sih?"
Prily sama sekali gak tahu harus mengatakan dan melakukan apa. Menjelaskan pada Alva kalo ia dibully Mila cs? Itu bukanlah ide yang bagus. Tapi terus diam juga bukan langkah yang tepat.
Astaga, apa yang harus dilakukannya?
Bersambung...
Kira-kira apa yang bakalan Prily lakukan ya?
Sekali lagi, terima kasih udah membaca bab ini. Vote? Silahkan vote secara suka rela aja. Aku gak maksa kok hehe...
Sampai ketemu di bab selanjutnya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
You And First Love
Dla nastolatkówWARNING!!! Ini adalah novel, bukan wattpad stories biasa. Silahkan keluar kalau kamu bukan pecinta novel ^^ Series Pertama dari antologi 'First Love'. Suara 'pluk' cokelat yang dilemparkan Alva Revaro ke tong sampah membuat semua orang yang ada di s...