As If It's Our Last

152 15 0
                                    

"Lo mau masuk ekskul basket? Masa? Jangan bercanda, Kak !" seru Prily sesaat setelah Reddy mengutarakan niatnya bergabung dengan tim basket di SMA Hilvania yang akan menjadi sekolah lanjutannya.

Prily sampai menghentikan aktivitas makannya hanya untuk memandang Reddy dengan wajah kagetnya.

Reddy meletakkan sendok makannya dan memandang Prily yang duduk di depannya dengan pandangan heran. Ia gak mengira reaksi Prily akan sekaget ini. Malahan dipikirnya Prily akan senang karena hal ketiga yang disukai Prily setelah Makanan dan Fotografi adalah Basket.

"Gue gak bercanda Pril, gue serius. Teman gue yang udah sekolah di sana yang ngajakin gue gabung dan gue udah setuju. Lo tahu sendiri kan di SMA Hilvania itu gak ada ekskul Fotografinya, gak kayak di SMP kita. Nah daripada gue gak ada kegiatan jadinya gue setuju aja ikutan masuk ekskul basket sekolah, apalagi gue juga suka main basket"

"Tapi..." Prily menggantung ucapannya dan itu membuat Reddy menjadi penasaran.

"Tapi apa?" tanya Reddy. Ia benar-benar penasaran apa yang sekarang sedang dipikirkan oleh Prily namun sayangnya Prily hanya menggelengkan kepalanya, membuat Reddy kecewa.

"Gak apa-apa sih. Cuman... kalo nanti lo main basket, gue diijinin nonton kan?"

Sekali lagi Reddy memandang Prily. Baginya pertanyaan Prily itu aneh. Tentu saja ia mengijinkan Prily menontonnya bermain basket. Malah rencananya Reddy akan selalu mengajak Prily menonton setiap latihan basketnya.

"Ya iyalah Pril" Reddy nyengir lebar. Ia lalu menggetok kepala Prily dengan sendok di tangannya. Terang aja Prily mengaduh kesakitan. "Lo kadang aneh deh, Pril. Masa nanyain pertanyaan gak bermutu kayak gitu sih?"

Prily menggerutu pelan sambil mengelus-elus kepalanya yang baru saja kena getokan sendok. Lalu ia melipat kedua tangannya di atas meja, memandang Reddy dengan serius.

"Gue gak aneh! Tapi... kebanyakannya anak-anak SMA itu gak mau lagi temenan ama anak SMP. Menurut mereka anak SMP itu cuman anak kecil. Nah, gue kan gak tau elo masih mau temenan ama gue atau gak. Secara gue kan masih SMP !"

Reddy langsung ngakak mendengar penjelasan Prily. Ia gak mengira Prily bakal berpikiran seperti itu. Secara tidak langsung sama aja Prily bilang takut mereka berdua gak bisa berteman lagi. Padahal selama ini ia yang mengkhawatirkan hal itu.

Iya, Reddy khawatir ia gak bisa akrab lagi dengan Prily. Reddy juga khawatir gak bisa melihat Prily setiap hari padahal saat SMP dulu mereka bertemu hampir setiap hari. Dan Reddy takut Prily menemukan seseorang yang membuat cewek itu melupakannya.

Sejujurnya Reddy naksir Prily tapi karena selama ini Prily hanya menganggapnya sebagai Kakak, ia jadi gak berani mengutarakan rasa sukanya.

Reddy hanya berharap, kedekatan mereka ini akan terjaga selamanya, karena ia gak akan rela kalo sampai ada seseorang yang mencuri perhatian Prily darinya.

Reddy menepuk kepala Prily, "Gak usah mikir yang aneh-aneh. Buruan dong makannya. Habis ini kita kan harus keliling Bandung lagi. Kita jadi kan motret-motretnya?"

"Iya, iya, jadi dong... Sabar napa Kak, gue kan lagi nikmatin makanan gue..."

Bersambung

You And First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang