Basket ball In The Hell

175 16 16
                                    

Priiitt...

Suara peluit yang dibunyikan oleh guru olahraga kelas IX-A membuat semua murid kelas itu buru-buru berkumpul ke tengah lapangan basket tempat dimana guru mereka berdiri.

Saat itu adalah pelajaran olahraga dan materi olahraga hari itu adalah basket.

Guru olahraga mereka, Pak Sutrisno, mulai mengabsen setiap murid yang hadir di situ.

Setelah pengabsenan selesai, ia lantas berkata, "Hari ini materi olahraga kita adalah basket. Silahkan berpasangan dan berlatih untuk mendribel, memasukkan dan mengoper bola basket bersama pasangan kalian."

Ia melihat ke daftar absen di tangannya lalu kembali berkata, "Akan sulit kalau saya menentukan pasangan kalian melalui absen. Karena itu, berpasanganlah bersama dengan teman sebangku kalian di kelas. Kalian mengerti?"

Prily yang tadinya senang bisa bermain basket langsung kaget.

WHAT???? DENGAN TEMAN SEBANGKU??

Itu artinya kan yang menjadi partnernya adalah Alva??

TIDAK! Ini namanya bencana!!

Prily ingin protes pada Pak Sutrisno sayangnya teman-teman sekelasnya sudah keburu berseru, "Mengerti Paaak!"

Prily pun lemas. Habislah ia sekarang. Ia gak punya kesempatan untuk protes lagi T____T

Pelajaran olahraga hari itu pun dimulai. Hampir setiap murid sudah bersama pasangannya.

Beberapa diantaranya bahkan sudah asyik memainkan bola basket.

Hanya Prily saja yang cuma berdiam diri di tempatnya berdiri. Gak tahu harus melakukan apa.

Ia harus bermain basket juga tapi ia terlalu malas untuk memainkannya bersama Alva.

"Ngapain lo cuma berdiri di situ?" tanya Alva yang berdiri agak jauh dari Prily. Ia sudah memegang bola basket ditangannya.

Prily mau gak mau memandang Alva dengan enggan.

"Lo mau dimarahin Pak Sutrisno?" tanya Alva lagi.

Prily menghela nafasnya. Astaga, kenapa lagi-lagi ia sesial ini?

Dengan berat hati Prily lantas melangkahkan kakinya menghampiri Alva.

Diiih, lihat saja sikap cowok itu. Bisa-bisanya ia memegang bola basket sambil berkacak pinggang seperti itu.

Kesan Alva sebagai cowok tersadis plus tersombong di sekolah pun semakin terlihat. Pasti Alva akan membuatnya menderita seperti kemarin.

Setiap langkah yang diambilnya untuk menghampiri cowok itu pun jadi semakin membuat semangatnya menguap.

Hingga akhirnya saat ia berdiri di depan Alva semangatnya sudah benar-benar habis.

Alva menyodorkan bola basket kepada Prily yang sedang gak siap untuk menyambutnya. Akhirnya bola basket itu menggelinding jatuh.

Alva mendengus, seolah jatuhnya bola basket itu adalah kesalahan Prily. "Ambil bolanya sana!" suruhnya kejam.

Prily menatap Alva dengan wajah cemberut. Dasar cowok tukang suruh, kejam, sadis, gak berperasaan!! Tunggu aja sampai gue tahu siapa pacar lo, lo pasti bakal hilang pasaran !!! Liat aja ntar lo gak bakalan bisa sesombong ini lagi!! teriak Prily dalam hati.

"Ngapa lo bengong? Gak denger? Gue bilang ambil bolanya sana!!"

Ambil sendiri sana! Raung Prily. Ia meninju Alva sampai jatuh hingga akhirnya cowok itu berlutut di depannya untuk minta maaf, Alva menyembah-nyembah agar Prily gak membocorkan rahasia tentang pacarnya.

Sementara itu Prily tertawa keras penuh kemenangan. Begitulah kira-kira yang dibayangkan oleh Prily sambil tertawa sendiri karena daya khayal kuatnya itu.

"Woii, lo bodoh atau aneh sih? Ketawa sendirian. Salah minum obat?"

Elo tuh yang salah minum obat!! Dasar makhluk kejam, tukang ejek orang!! balas Prily, lagi-lagi cuma dalam hati.

Dengan hati gondok bin kesal ia pun terpaksa melangkahkan kakinya menuju bola milik mereka.

Usai mengambil bola basket, Prily mengembalikan bolanya pada Alva dengan cara yang sama kasarnya dengan yang tadi cowok itu lakukan.

Tapi tidak seperti dirinya yang gagal menyambut bola, Alva sudah siap menerima bola sehingga bolanya tidak terjatuh. Prily hanya bisa mendengus kesal karena rencananya untuk membuat Alva gak bisa menyambut bola gagal.

Berikutnya saat mereka berdua berlatih basket, Prily benar-benar merasa seperti berada di dalam neraka.

Berkali-kali Alva membentaknya hanya karena Prily melakukan kesalahan-kesalahan kecil.

Dua jam, ia akan menderita seperti ini selama dua jam. Sanggupkah dirinya?

Bersambung...

You And First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang