Unfamiliar Feeling

81 6 5
                                    

Mungkin otaknya Alva lagi konslet kali ya? pikir Prily setelah ia mendengarkan penjelasan Dokter Mirtha lebih detail soal Alva yang menolongnya. Prily cuma bisa menebak seperti itu karena emang mustahil banget Alva mau berrepot-repot diri menolongnya.

Tapi... Prily mengingat-ingat kejadian sebelum ia pingsan tadi. Seingatnya Alva memang menolongnya.

Prily ingat Alva menjadi tameng untuknya saat bola basket hampir saja mengenainya. Prily juga ingat bahwa Alva menanyakan keadaannya sesaat setelah Alva menghalangi Prily dari bola basket.

Astaga, ternyata cowok itu memang benar-benar sudah menolongnya. Prily sama sekali gak mengira Alva yang sadis itu mau menolongnya.

Setelah pamitan dan mengucapkan terima kasih pada Dokter Mirtha, Prily segera melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa menuju kelas.

Perutnya masih terasa sedikit sakit tapi ini gak bisa menjadikannya alasan untuk gak mengikuti pelajaran. Ia tetap harus mengikuti pelajaran.

Apalagi sekarang jamnya pelajaran biologi. Nilai Prily gak terlalu bagus dipelajaran itu karena itulah ia tetap harus mengikuti pelajarannya.

Terlebih ada alasan lain yang membuat Prily terburu-buru ke kelas seperti ini. Ia ingin berterima kasih pada Alva. Ia sepertinya sudah sangat menyusahkan cowok itu padahal mereka baru saling kenal beberapa hari ini.

Akhirnya Prily tiba di kelasnya. Setelah permisi pada Guru biologinya dan menjelaskan alasan keterlambatannya di kelas beliau, Prily pun bisa duduk di kursinya dan mengikuti pelajaran.

Prily memandang Alva yang sedang mencatat tulisan di papan tulis ke buku catatannya. Cowok itu masih saja dengan kecuekannya.

Alva gak menghiraukan Prily yang tersenyum padanya. Tapi itu gak membuat Prily berkecil hati. Ia harus mengucapkan terima kasih bagaimanapun sikap Alva padanya.

"Alva, makasih ya. Lo udah nolongin gue"

Alva gak menyahut, menoleh pun tidak dan tetap saja melanjutkan kegiatan menulisnya.

Meski begitu Prily yakin Alva menerima ucapan terima kasihnya. Prily bahkan yakin kalau Alva gak sesadis kelihatannya. Dibalik kesadisannya, cowok itu sepertinya mempunyai hati yang hangat.

Dan untuk pertama kalinya Prily merasa wajah Alva lebih tampan dari biasanya. Alva juga terlihat lebih keren dari biasanya. Prily gak bisa menahan dirinya untuk gak terkagum-kagum pada sosok Alva.

Entah kapan dimulainya, dadanya berdebar-debar tiap kali ia curi-curi pandang ke wajah Alva. Apa artinya ini? Ia gak pernah merasa seperti ini sebelumnya.

Bersambung...

You And First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang