Falling In Love

105 7 0
                                    

"Lo ini kenapa sih, Pril? Lihat mikroskopnya, bukan lihat ke wajah gue!" seru Alva setengah mati kesal pada Prily.

Alva sudah sejak tadi menyuruh Prily untuk melihat sel-sel daun yang sedang mereka teliti, tapi tuh cewek dengan bodohnya masih aja berdiri bengong sambil memandangi wajahnya, sambil cengar-cengir pula.

"Woiii!!" Alva menepuk bahu Prily untuk membuat cewek itu sadar.

"Ehh? Iya? Maaf. Lo tadi nyuruh gue ngapain, Va?" tanya Prily setelah kesadarannya kembali.

Alva menghela nafas dengan agak gak sabaran. Ia lalu menunjuk mikroskop yang tergeletak di meja. "Gue nyuruh lo mengamati sel daun pake mikroskop ini. Tapi elo dari tadi bengong aja!"

"Daun ini ya?" tanya Prily lagi sambil mengamati daun di meja penelitiannya.

"Bukan! Daun jengkol!!" emosi Alva semakin lama semakin naik. Nih anak udah tahu aja sedang mengamati daun kemangi masih aja nanya. Bikin kesal aja!

Prily memasang tampang masam. "Maaf deh. Gue gak konsen."

Gak konsen? Alasan aja! Sungut Alva dalam hati. Meski begitu ia tetap membantu Prily saat cewek itu mulai mengamati daun kemangi.

Alva gak tahu kenapa akhir-akhir ini ia sial melulu. Ada saja yang membuatnya bersama dengan Prily.

Mulai dari duduk sebangku di kelas, menjadi partner dipelajaran olahraga, dan sekarang mereka jadi partner dipelajaran biologi.

Ah, benar. Mereka juga jadi partner dipelajaran kesenian jam pertama tadi. Alva jadi teringat lagi betapa runyamnya suasana yang dihadapinya saat jam pelajaran itu. Saat tadi mereka mempelajari alat-alat musik.

Tettuuutt teeeet tuuuuuuut tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit.....

Telinga Alva hampir aja pecah saat Prily yang duduk di sampingnya memainkan piano dengan nada-nada yang salah.

Lagu Rayuan Pulau Kelapa yang mereka berdua mainkan jadi terdengar kacau. Saat itu mereka berdua sedang duduk di depan kelas, di dekat meja guru, untuk memperlihatkan kepiawaian mereka dalam bermain musik pada Ibu Risma, guru kesenian mereka.

"Prily Salsabila, tolong lebih teliti lagi saat menekan tuts piano! Mainkan nada dari Do, jangan dari Re!" tegur Bu Risma dari meja guru.

Dilihat dari wajahnya Ibu Risma juga agak terganggu dengan permainan piano Prily yang buruk.

"I-iya Bu..." sahut Prily terbata-bata, terlihat gugup.

Alva kasihan juga melihat Prily yang gugup seperti itu. Ia sama sekali gak marah mereka mendapat teguran karena Alva beranggapan Prily hanya gugup sehingga ia salah memainkan kunci-kunci nada.

Alva juga gugup, tapi saat diminta untuk mengulang lagu yang mereka bawakan, Alva kembali berkonsentrasi memainkan gitarnya. Namun...

Tiiiiiiiiiiiiit tuuuuuut teeeeeeeeeeeeet tuuuuuuuuuut tiiiiiiiiiiiiiiiiit

"Cukup! Hentikan! Alva Revaro, Prily Salsabila, kalian berdua masih harus mengulang lagu yang sama dengan alat musik yang sama minggu depan!" kata Bu Risma yang tentu saja membuat Alva kecewa.

Alva sudah berlatih keras namun hasilnya malah seperti ini. Belum lagi ia harus menerima kenyataan bahwa hampir semua teman sekelas menertawakan penampilan mereka.

"Lo bisa gak sih main piano yang bener? Ibu Risma bilang mainnya dari Do, bukan dari Re!" kata Alva dengan agak gak sabaran saat mereka berdua sudah kembali duduk di kursi mereka. Ia memandang Prily, bingung kenapa tuh cewek memainkan piano separah tadi.

Prily tersenyum salah tingkah, ia balas memandang Alva, "Anuuu.... Va, Tuts piano yang Do itu yang mana ya?"

"Huh?" mendengar pertanyaan Prily itu Alva tentu saja jengkel setengah mati. Ini sama aja tuh cewek gak bisa main piano!! Tadinya Alva pikir Prily cukup mahir memainkan piano ternyata ia salah.

"Wah, ternyata sel daun kemangi itu begini ya, Va? Kereeen!!" puji Prily yang dengan sukses mengembalikan kesadaran Alva dari flashback-nya.

Alva menghela nafas. Ini kan bukan saatnya untuk kagum pada sel-sel daun kemangi itu. Alva lantas menyerahkan sebuah kertas tugas biologi mereka yang harus mereka isi dengan laporan penelitian yang mereka lakukan, "Nih, catat! Apa aja yang lo lihat di sana!"

Namun sebelum Prily sempat menerimanya ia menarik kembali kertas itu. "Enggak. Gue pikir lebih baik gue aja yang mencatatnya. Daripada tugas biologi kita dapat nilai yang payah karena elo salah catat."

Prily cemberut. Ia merasa kesal karena ucapan Alva barusan yang terdengar sangat meremehkannya. "Eh, lo kira gue bodoh ya, Va?"

Alva menggeleng. "Enggak. Lo gak bodoh kok Pril," jawab Alva yang langsung membuat Prily senang.

Prily menatap Alva, dan Alva juga menatap balik cewek itu. "Tapi bodoh banget, buahahaha..."

Prily kembali cemberut mendengarnya. Sementara itu Alva sibuk tertawa sampai-sampai perutnya terasa sakit. Alva gak tahu kenapa ia bisa ngakak seperti ini padahal biasanya ia jarang tertawa. Ia selalu bisa menjaga sikapnya.

Tapi dengan cewek ini, ada-ada saja yang membuatnya seperti kehilangan ketenangan dalam dirinya. Kadang ia marah secara berlebih, kesal, namun juga merasa geli seperti sekarang ini.

"Asem lo!" maki Prily kesal. Alva tambah ngakak aja mendengar makiannya.

Prily memang menjengkelkan tapi entah kenapa sedikit demi sedikit Alva sudah terbiasa dengan semua hal-hal yang menjengkelkan yang ada dalam diri Prily. Mungkin karena mereka adalah teman sebangku.

Bersambung...

Seperti biasa, makasih ya udah membaca part ini, dan vote dari kamu selalu kunantikan :)

You And First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang