Growing Pain

139 14 0
                                    

Sakit....

Alva menyandarkan kepalanya ke sandaran mobil. Tangan kanannya diletakkannya di atas dada kirinya, tepat dimana jantungnya berada. Ia tidak sedang sakit. Hatinya lah yang sakit.

Di sampingnya, terdapat kotak kayu berisi vas bunga transparan yang tadinya ingin diberikannya pada seseorang sekarang sudah hancur berkeping-keping. Cewek itu ternyata masih belum bisa memaafkannya.

Alva memejamkan matanya. Membayangkan kejadian-kejadian di masa lalu yang membuatnya harus menghadapi situasi rumit seperti sekarang ini. Ia telah kehilangan segalanya.

Alva tahu. Orang-orang yang disayanginya sudah lama menjauh dari sisinya. Ia juga tahu.

Apapun yang dilakukannya gak akan bisa mengubah masa lalu. Bahkan seandainya ia mati pun sepertinya orang-orang yang disayanginya itu gak akan kembali.

Dulu terlalu dekat, dan sekarang terlalu jauh. Seperti inilah kehidupan. Karena pemikiran inilah sejak kejadian tiga tahun yang lalu Alva gak pernah mau lagi memiliki hubungan dekat dengan seseorang. Ia hanya berteman seadanya.

Karena semakin dekat, maka akan semakin jauh saat terjadinya perpisahan. Alva juga selalu menjaga hatinya tetap dingin agar nanti saat ia berpisah dengan orang-orang yang ditemuinya ia gak akan merasa sedih.

"Tuan Muda, apa Anda baik-baik saja?" Pak Abay, sopir pribadinya, bertanya dengan nada khawatir.

Pak Abay punya alasan untuk khawatir. Ia tahu, Alva pasti akan mengalami guncangan dalam dirinya saat bertemu cewek itu.

Meskipun Pak Abay tahu selama ini Alva bisa mengatasi semua rasa sakit yang dirasakannya, tapi Pak Abay juga tahu Alva kesepian. Alangkah bersyukurnya ia seandainya saja ada seseorang yang bisa menghibur Alva dan menghangatkan hati Alva yang sudah lama membeku.

Alva membuka matanya. Ia memandang Pak Abay yang duduk di belakang setir. "Saya baik-baik saja, Pak. Jangan khawatir"

"Ngomong-ngomong, Tuan. Bagaimana hasilnya? Kalian tadi bisa mengobrol santai, kan?"

Alva menggelengkan kepalanya. Dan jawaban itu saja sudah cukup bagi Pak Abay. Sopirnya itu tidak mengajukan pertanyaan lagi seolah memahami apa yang sedang majikannya rasakan. Alva dan orang yang tadi ditemuinya sepertinya gak akan pernah bisa mengobrol santai seperti dulu.

Bersambung...

You And First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang