Unexpected Pain

66 2 0
                                    


"Dari mana aja lo?" tanya Prily pada Alva yang baru saja duduk kembali di sampingnya. Ia merasa sangat gugup karena guru fisika mereka sudah kembali ke kelas setengah jam yang lalu. Gawat kan seandainya guru mereka sadar kalo Alva gak ada. Beruntung tuh cowok udah kembali. Hampir bersamaan dengan Talitha yang juga terlambat masuk.

"Dari toilet..." sahut Alva pendek.

Prily gak percaya begitu aja pada Alva. Prily memandang Alva, mengalihkan matanya sejenak pada Mila, lalu kembali memandang Alva dengan penuh tanda tanya. "Toilet?? Cuma dari toilet aja? Gak ke mana-mana??" tanya Prily. Pertanyaannya itu sukses menarik perhatian Alva.

Alva balas memandang Prily dengan heran, "Kenapa? Emangnya menurut lo gue dari mana?"

Dipandangi seperti itu membuat Prily sadar kalau dirinya sudah melewati batas. Ia pun segera mengalihkan pandangannya dari Alva ke Guru Fisika mereka yang sedang menjelaskan di depan kelas. 

Prily tahu Alva baru saja bertemu dengan pacarnya. Prily sebenarnya gak mau memikirkan soal ini tapi sekonsentrasi apapun dirinya pada penjelasan gurunya, pikirannya akan kembali pada Alva dengan sendirinya. Bukan cuma memikirkan Alva, entah kenapa ia merasa kesal. Perasaan kesal yang Prily sendiri gak tahu darimana datangnya.

Mampus gue, sungut Prily dalam hati. Matanya menatap nanar buku fisikanya. Ada banyak PR fisika yang harus dikerjakan. Sedangkan Prily sama sekali gak memahami pelajaran fisika yang tadi diterimanya.

"Gue gak bakalan bisa ngerjain PR-PR ini. Elo gimana, Va?" tanya Prily. Ia menoleh ke sampingnya. Loh, dimana Alva? Cowok itu gak ada di sampingnya. 

Prily mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas yang sudah kembali ribut seperti pasar setelah guru fisika mereka tadi mengakhiri pelajarannya. Ada banyak murid yang berdiri dan berkeliaran ke sana kemari. Prily sampai kesusahan mencari sosok Alva. Hingga akhirnya ia menemukan Alva. Tapi... Alva sedang berada di depan meja Mila. Mereka mengobrol dan terlihat sangat serius. Ini semakin menguatkan kecurigaannya bahwa Mila memang pacarnya Alva.

Prily menyentuh dadanya. Sakit... Kenapa dadanya tiba-tiba terasa sakit seperti ini? Ia juga merasa sulit untuk bernafas. Apakah ia sedang menderita penyakit tertentu sehingga ia merasa seperti ini?

Tidak tahan karena dadanya sakit. Prily melepaskan pandangannya dari Alva. Ia menundukkan kepalanya. Mencoba mendalami rasa sakitnya. Anehnya, rasa sakit di dadanya berkurang. Ia juga bisa mengambil nafas dengan baik. Apa artinya ini?

Seketika Prily menyadari satu hal. Ya, gak salah lagi pasti ini adalah gejala sakit itu. Prily pernah membaca gejala ini dinovel-novel tentang cinta. Untuk meyakinkan dirinya atas gejala penyakit itu, Prily mengembalikan pandangannya pada Alva. Dan sesuai dengan perkiraannya dadanya kembali sakit, ia kembali sesak nafas.

Prily sulit mempercayai dirinya bisa merasakan gejala ini. Tapi ia memang merasakannya. Gak salah lagi. Ini adalah gejala penyakit sakit hati. Sakit hati karena cemburu melihat Alva bersama Mila.

Prily terlalu larut dengan rasa cintanya pada Alva sehingga ia melupakan satu hal yang penting dan mendasar. Bahwa, selalu ada rasa sakit hati disamping rasa cinta. Dua rasa ini akan selalu bersebelahan selamanya. Disamping rasa cintanya yang bertepuk sebelah tangan untuk Alva, ada cinta keduabelah pihak dari Alva dan Mila.

"Kenapa lo?" tanya Alva pada Prily beberapa saat setelah ia kembali duduk di kursinya. Alva bingung melihat wajah Prily yang mendadak masam.

"Enggak ada" sahut Prily ketus sambil membuang muka. Sebenarnya ia gak bermaksud ketus, entah kenapa nada ketus itu keluar dengan sendirinya.

Alva memandang Prily dengan heran. Sebenarnya apa yang terjadi pada cewek ini? Hari ini Prily terlihat aneh. Biasanya juga aneh sih, tapi hari ini Prily lebih aneh dari hari-hari biasanya. Tadi Prily masih terlihat manis, kenapa sekarang tiba-tiba berubah galak? 

"Otak lo terbentur ya waktu elo dikeroyok Mila dan gengnya?" tanya Alva curiga.

Prily kesal mendengarnya. Ia sontak menoleh pada Alva dengan semua kekesalannya itu. "Va, gue emang bodoh. Tapi ini gak berarti lo bebas untuk mengejek gue kan?"

Alva nyengir. Ia sangat menyukai ekspresi kesal yang Prily tunjukkan padanya. Semakin ia mengejek Prily, semakin berlipat-lipat wajah kesal yang Prily tunjukkan padanya. Tadinya Alva ingin mengejek Prily lagi tapi urung dilakukannya saat ia melihat bekas cengkraman dipergelangan tangan Prily. Pasti itu adalah bekas yang Prily peroleh dari pengeroyokan Mila kemarin.

Alva meraih tangan Prily, ia membuat cewek itu terperanjat. Namun sayangnya Alva gak melihat kekagetan di wajah Prily karena ia hanya mengamati pergelangan tangan Prily. "Harusnya pergelangan tangan lo ini elo kompres pakai air es," katanya.

Prily buru-buru menarik tangannya dari tangan Alva. Ia memegang pergelangan tangannya sendiri sambil sibuk memandang ke arah lain. "Udah gue kompres kok. Tapi sayangnya orang tersayang lo itu nyengkram tangan gue kelewat keras makanya bekas cengkramannya gak ilang-ilang"

"Tersayang?" Alva kebingungan.

Prily mengangguk, "Iya, tersayang."

"Maksud lo para fans gue adalah orang-orang yang gue sayang? Lo salah. Gue gak suka mereka, mereka terlalu berisik"

Cih, berisik apanya? Satu dari yang berisik itu cewe lo kan, gerutu Prily dalam hati.

BERSAMBUNG

Maaf, lama updatenya. Semoga kalian masih berkenan membaca novel ini. Oh iya, kata Prily, apa obat patah hati yang paling ampuh? Dia mau minum soalnya.

Salam literasi ^^

You And First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang