Mobil Rei terparkir sempurna di Cafe langganannya malam itu. Rei mengajak Mike keluar untuk meminum kopi dan berbincang karena hari ini, Seharian penuh Mike sangat sibuk dengan urusannya bersama Rika. Rei bahkan tidak memiliki kesempatan untuk berbicara pada Mike meskipun hanya untuk lima menit.
Rei dengan cepat menemukan Mike yang sudah terlebih dahulu sampai dan duduk di meja langganan mereka yang terdapat di pojok ruangan yang sedikit lebih sepi di bandingkan tengah ruangan dengan meja yang hampir berdekatan. Rei segera menghampiri Mike setelah sebelumnya ia memesan minuman kepada pelayan yang sudah mengenalnya itu.
"Kau tidak keluar dengan Alika?" Tanya Mike setelah Rei sampai di hadapannya.
"Tidak." Jawab Rei cepat. "Aku sedang tidak ingin keluar bersamanya."
"Benarkah? Sedang ada masalah?" Tanya Mike setengah cuek. Dia memang tidak tertarik dengan apapun mengenai Alika. Karena menurutnya, Alika tidak memiliki kelebihan apapun selain penampilannya. Diluar itu, Mike merasa kalau Alika terlalu matrealistis dan selalu memonopoli Rei. Ia bahkan selalu manja berlebih dan terlalu cemburu bahkan kalau ada yang berani melirik Rei, ia akan mendamprat habis-habisan orang itu.
"Tidak ada masalah. Aku hanya ingin mengobrol denganmu." Ujar Rei kemudian. "Kau sangat sibuk dengan perempuan culun itu sampai kau melupakan temanmu sendiri." Rei mendengus. "Perempuan culun itu sudah mencuci pikiranmu." geram Rei.
"Bukankah sama saja denganmu dan Alika?" Tanya Mike santai.
"Tapi setidaknya aku masih membagi waktuku untuk berbicara denganmu." Protes Rei tidak terima.
"Dan selalu juga disela oleh Alika." Sambung Mike. "Sudahlah, aku sedang tidak ada keinginan untuk berdebat mengenai hal ini." Gumam Mike sambil mengibaskan tangannya ke udara.
"Kau kenapa?" Tanya Rei yang menyadari kalau sahabatnya seperti sedang memikirkan sesuatu.
Mike mendesah panjang dan menopang dagunya di meja. "Aku hanya memikirkan Rika." Jawab Mike.
"Rika?!" Seru Rei kaget. Percakapan mereka tertunda begitu pelayan mengantarkan minuman ke hadapan Rei dan Rei berterima kasih kepada pelayan itu.
"Ya... Aku merasa dia sangat kasihan." Gumam Mike sambil mengaduk kopi di hadapannya.
"Wajahnya saja sudah seperti meminta untuk dikasihani." Ejek Rei. "Kau lebih baik jangan tertipu dengan penampilannya. Dia itu..."
"Aku melihat Rika menangis tadi." Sela Mike tidak mempedulikan ucapan Rei.
"Apa? Rika menangis?"
Mike mengangguk membenarkan. "Aku menemukan Rika menangis di belakang gedung sekolah." Ucap Mike menegaskan.
"Kenapa?" Rei bergumam. Ia penasaran begitu mendengar Rika menangis. Karena selama ini menurut Rei, Rika tidak mempunyai ekspresi lain selain menatap kosong apapun yang dihadapannya. Bahkan Rei sempat kaget saat Rika tersenyum pada Mike kemarin.
"Saat ujian Fisika setelah istirahat pertama tadi, Ponsel Rika berbunyi karena ada yang mengirim pesan. Rika lupa mengaktifkan Mode Silent di ponselnya, jadi Mister Paul mengira dia mencontek. Mister Paul menyita Ponselnya dan juga mengeluarkan Rika di tengah ujian."
"Mengirim pesan? Setelah istirahat pertama?" Aku juga mengirimkan pesan pada waktu itu saat aku ingat kalau aku mempunyai nomor Rika. Apa mungkin....
"Saat aku menemukan Rika, dia sedang menangis. Dia tidak mengikuti kelas berikutnya dan terus menangis di sana sendirian. Dia terus meminta maaf padaku karena ia merasa kalau ia sudah menyia-nyiakan usahaku membantunya belajar." Mike tersenyum simpul sebelum melanjutkan ucapannya. "Dan aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak memeluknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
She's (Not) My Fiancee
JugendliteraturChapter di PRIVATE Acak! Ketika Cinta dan penyesalan datang secara bersamaan. Dan kata 'memiliki' bukan lagi menjadi sebuah Jaminan. Hingga Berjuang dan Tidak menyerah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. You never know how much you lov...