Kakek Rika menghentikan langkah Rei yang baru keluar dari kamar Rika sore itu. Wajah keriput Kakek Rika tersenyum senang seraya menyentuh lengan Rei pelan. Kakek Rika memboyong Rei kearah ruang keluarga yang terpisahkan dengan pembatas bernuansa Jepang dari ruang makan dan dapur.
Sebenarnya Rei sedikit enggan karena ia sendiri juga sedang dilanda badai besar akibat candaan Rika yang tiba-tiba, namun sanggup membuat keraguan didalam hati Rei. Lagipula tujuan utama Rei adalah menjenguk Rika, tapi dengan alasan sopan santun, Rei terpaksa menemani Kakek Rika berbincang.
"Kakek senang sekali kau mau menerima Rika sebagai tunanganmu." Gumam Kakek pelan tersenyum tulus. "Rika beruntung sekali bisa bertunangan denganmu."
Tentu saja! Batin Rei bangga.
"Dari kecil, Kakek hanya bisa mendengar perkembangan Rika melalui telepon dari Ayah dan Ibu Rika. Dan jujur saja, Kakek sedikit khawatir dengan psikologis Rika yang tidak mau terbuka bahkan dihadapan Ibu dan Ayahnya sendiri." Kakek bercerita dengan mata yang menerawang kosong kearah meja ruang tamu di hadapannya.
"Ah! Aku lupa." Seru kakek bangkit dari sofa menuju ke salah satu lemari kaca yang tersusun beberapa baris buku yang ternyata sebagian merupakan album foto. Kakek berjalan mendekati Rei dengan membawa sebuah buku album yang sangat terawat dibandingkan album lainnya. Bisa di ketahui kalau album foto itu sangat berarti bagi Kakek hingga ia rawat dengan sepenuh hati.
Kakek duduk di sebelah Rei yang masih melihatnya bingung dan menunjukan foto seorang anak kecil berwajah asia yang kental yang sangat lucu dan polos. Anak bayi itu tertidur di pelukan Kakeknya yang masih terlihat sangat muda saat itu dengan senyum lebarnya yang terlihat sangat bahagia.
"Ini adalah hari dimana Rika lahir kedunia." Kakek menjelaskan tanpa menunggu pertanyaan Rei.
Difoto selanjutnya, Rika kecil tumbuh menjadi murid TK yang imut dengan tawa yang mengembang di wajahnya dengan rambut berkuncir dua seperti sekarang, berdiri di depan sekolah bertuliskan kanji Jepang bersama kedua orang tuanya.
"Rika pindah ke Jepang saat usianya dua tahun." Lanjut Kakeknya. "Setiap bulan, mereka selalu mengirim foto tumbuh kembang Rika di Jepang."
Rei mengangguk-angguk mendengar penjelasan Kakek Rika seraya membalik halaman selanjutnya di album foto.
Rika kecil yang sedang bermain dengan teman-teman seusianya di taman bermain, dengan wajah kotor akibat tanah liat, namun wajah Rika terlihat bahagia di dalam foto itu seakan tidak ada yang bisa membuatnya menangis.
Foto selanjutnya seakan membuat Rei menarik kembali kesimpulannya, Rika kecil terlihat menangis dengan latar belakang aquarium kecil dengan ikan mas koki yang mengambang terbalik. Rei tertawa geli melihat kepolosan Rika kecil di dalam foto.
Di halaman selanjutnya, Rika kecil sudah mulai beranjak remaja dengan memakai pakaian sekolah dasar, lomba lari yang di ikuti oleh Rika, Rika yang berdiri di tengah panggung acara, Rika yang masuk ke SMP, foto kegiatan sekolahnya, dan foto kelulusannya.
Rei merasa seperti Kakeknya yang tengah memperhatikan perkembangan Rika dari bayi hingga menjadi sebesar ini. Dan tidak ada yang berubah banyak dari Rika, termasuk kuncir dua yang dipertahankan Rika hingga sekarang. Tapi...
Rei kembali membalik foto itu dari halaman pertama hingga terakhir dengan cepat dan melihat perubahan kecil Rika kecil hingga Rika besar.
"Kurasa kau sudah tahu apa yang kucemaskan, bukan?" Tanya Kakek membuyarkan perhatian Rei dari album foto yang berada di pangkuannya.
Senyum yang berada di wajah Rika kecil hingga kelulusan SMP yang di miliki Kakeknya terlihat berbeda. Meskipun Rika masih tersenyum, namun senyum itu terlihat dipaksakan. Rei juga tidak menemukan Foto Rika bersama teman-teman seusianya selain yang di taman kanak-kanak.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's (Not) My Fiancee
Teen FictionChapter di PRIVATE Acak! Ketika Cinta dan penyesalan datang secara bersamaan. Dan kata 'memiliki' bukan lagi menjadi sebuah Jaminan. Hingga Berjuang dan Tidak menyerah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. You never know how much you lov...