13. First Touch!

12.3K 1K 41
                                    

Rei membuka mata pagi itu dan memijat kepalanya. Ia melihat jam yang terletak di nakasnya yang menunjukan pukul tujuh pagi. Seingatnya, hingga pukul tiga malam, ia masih terjaga akibat memikirkan ucapan Alika dan juga alasan untuk membatalkan pertunangan ini. Rei mengerang kesal, meskipun sudah berpikir semalaman, ia tidak juga mendapatkan jawaban yang diinginkan.

Rei bangkit dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi hendak mencuci mukanya, namun Rei merasa pagi itu terasa janggal karena ia tidak mendengar suara keluarganya yang biasanya sudah berisik dari subuh untuk mempersiapkan acara liburan keluarga.

Setelah mencuci mukanya, Rei bergegas keluar kamar dan mendapati keheningan luar biasa. Apa mereka masih belum bangun? Rei berjalan kearah kamar orang tuanya dan mendapati keheningan lain, begitu juga kamar Kakeknya.

Baru hendak bersyukur karena merasa dirinya sudah ditinggal pergi, ponsel di saku celana Rei bergetar menandakan telepon masuk dari kakeknya.

"Kau sudah bangun ternyata." Sahut Kakeknya terdengar riang di seberang sana. "Kalau begitu cepat bersiap dan jemput Rika di rumah. Aku dan Kakeknya juga ayah dan ibumu sudah hampir sampai di penginapan."

"Apa?" Seru Rei tidak percaya. Kenapa mereka sudah hampir sampai? Kenapa mereka meninggalkannya?

"Hanya itu yang bisa kau katakan? Berterima kasih lah karena kita tidak akan mengganggu waktu kalian di perjalanan." kata kakeknya penuh kemenangan. "Cepat, Rika menunggumu!" Panggilan itu terputus sebelum Rei bisa mencerna apa yang kakeknya katakan saat otaknya masih belum berfungsi maksimal pagi itu.

Seperti hari sebelumnya, yang bisa Rei lakukan atas keputusan egois kakeknya hanyalah mengerang kesal. Rei kemudian bersiap-siap dan mengambil beberapa helai baju yang akan ia pakai dan menjejalkannya secara kasar di dalam tas. Sebelum memutuskan untuk meninggalkan kamarnya, Rei melihat sekeliling dan memastikan kalau tidak ada barang keperluan lainnya yang tertinggal.

Mobil Rei melaju memotong kemacetan menuju rumah Rika yang berjarak satu jam dari rumahnya. Waktu menunjukan pukul 9 dan ternyata Rika sudah menunggu diluar rumahnya. Begitu Rei sampai, Rika langsung masuk tanpa menunggu perintah Rei.

Rei dan Rika terdiam sebentar sebelum Rei memacukan mobilnya menuju pantai. Kalau di pikir, ini adalah kali pertama mereka ditinggal berdua di dalam satu mobil setelah kejadian malam itu. Mengingat kejadian itu, Rei hanya tersenyum masam meskipun tiba-tiba saja jantungnya berpacu tidak karuan cepatnya.

Setidaknya menurut Rei dan Rika, mereka tidak perlu berduaan lagi setelah mereka sampai di pantai nanti. Setidaknya itulah yang mereka yakini saat itu. Tidak ada dari mereka yang membuka suara meski hanya bertegur sapa sampai mobil Rei masuk ke daerah penginapan yang tidak asing bagi Rei.

Rei dan keluarganya sudah sejak dulu sering menghabiskan beberapa liburan di penginapan ini, karena pemilik penginapan ini adalah anak dari sahabat kakeknya. Maka Rei dan keluarganya sering mendapat berbagai penawaran, bahkan kamar VIP.

Rei dan Rika di antar oleh seorang staff penginapam tersebut menuju kamar yang sudah di pesan oleh Kakeknya. Awalnya Rei sempat curiga saat staff itu menyerahkan 2 buah kunci kamar ke Rei. Sudah merupakan rahasia umum kalau penginapan atau hotel hanya menyediakan 2 buah kunci untuk setiap kamar dan itu berarti, Keluarganya tidak memegang kunci kamarnya saat ini, atau mungkin Kakeknya meminta kunci lebih?

Kecurigaan Rei terbukti begitu memasuki Kamar penginapannya dalam kondisi kosong, kecuali sebuah tas gitar yang diletakkan di atas kasur yang Rei pernah lihat di dalam kamar Rika, dan sepertinya itu milik Rika.

Bahu Rika juga merosot kaget begitu melihat keheningan yang kembali ia temui setelah tadi pagi saat ia bangun dan mendapati rumahnya dalam keadaan kosong. "Kemana mereka semua?" Rika seakan menyuarakan pemikirannya dan juga pemikiran Rei.

She's (Not) My FianceeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang