Rei tentu tidak mempedulikan jutaan mata yang kini mengarah kepadanya semenjak ia melangkahkan kaki masuk kedalam Aula sekolahan yang sementara berubah fungsi menjadi Base Camp Regu B saat ini.
Ia hanya berjalan lurus membelah kerumunan hingga matanya bisa melihat sosok yang ia cari sedang duduk menopang dagu di samping laki-laki yang tiba-tiba berhenti bicara ketika mata mereka bertemu, sedangkan tangannya masih memegang Icepack di atas kaki gadis-nya.
Ruangan yang tadinya berisik, kini berubah menjadi sunyi senyap dan seluruh orang menatap kearah yang sama, kecuali Rika yang masih termangu di tempatnya.
"Ri-"
"Hold on!" Seru Bruce menengahi sambil menahan dada Rei sebelum berjalan semakin dekat.
Rika mengerjap, menandakan kalau ia sudah tersadar dari lamunannya dan menatap bingung ekspresi wajah teman satu regunya yang berwajah tegang, menatap ke satu arah yang sama. Maka dengan wajah penasaran, Rika ikut menoleh dan seketika terpaku begitu matanya dan mata Rei bertemu.
Bayangan Rei dan Alika yang berciuman kembali ke ingatannya dan sekaligus menimbulkan rasa sakit di dadanya yang sejenak sempat ia lupakan saat melamun tadi.
"Aku hanya ingin bicara dengan Rika." Ucap Rei menjawab Bruce yang sedang menahannya. Rika menegang melihat mata Rei yang memancarkan kekhawatiran. Tapi Rika tahu, itu semua hanya lakon yang sedang Rei mainkan untuk mengelabuinya.
Mike berdiri tepat di depan Rei, tersenyum kecil dan berkata dengan suara yang rendah dan datar, "Kami sedang membahas taktik pertandingan untuk melawan regumu disini, Rei. Tidakkah kau merasa salah tempat sekarang?"
"Aku tidak peduli." Acuh Rei, lalu ia beralih menatap Rika yang terkejut ditatapi tiba-tiba. "Bisa kita bicara, Rika?"
Kini seluruh mata sudah beralih menatap Rika, termasuk Mike. Rika gelagapan ditempat. Bibirnya terbuka lalu tertutup lagi tanpa mengeluarkan suara. Terlalu sulit untuk menolak, dan lebih sulit lagi untuk menerima. Tapi kehadiran Rika disini juga tidak membantu banyak, melainkan menghambat pembicaraan taktik yang sedang berlangsung.
Maka dengan satu anggukan, Rika menyanggupi ajakan Rei. Ini hanya karena memang masih ada yang harus kita bicarakan. Rika membatin seraya berdiri. Ia meringis kecil dan sempat oleng sebelum Rei dan Mike bersamaan menghampirinya dan menyangga tubuhnya di dua sisi berbeda.
Mike berdeham dan menatap Rika yang nampak tidak fokus, "Kau tidak apa-apa?"
Rika mengangguk dan tersenyum pada Mike.
"Aku akan memapahmu keluar-"
"Aku bisa berjalan sendiri." Tolak Rika seraya menarik tangannya dari sentuhan Rei. Ia menoleh pada Mike dan tersenyum Kecil, "aku akan segera kembali."
Rika terlebih dahulu berjalan melewati barisan orang-orang yang tadi membentuk jalan untuk Rei dengan langkah terseok dan menahan perih.
Rei dan Mike sempat bertatapan sejenak sebelum Rei menyusul langkah Rika dengan memberi jarak di belakangnya. Entah kenapa Rei merasa kalau sikap Rika berubah dingin terhadapnya, padahal baru beberapa jam yang lalu gadis itu berjanji untuk tidak pergi. Rei bahkan belum meminta, atau lebih tepatnya tidak pernah meminta gadis itu untuk pergi. Tapi kenapa sikap gadis itu berubah? Seakan beberapa jam yang lalu, orang yang ia temui bukanlah Rika yang berada di hadapannya.
Rika berjalan tidak jauh. Ia hanya berhenti di depan Aula serba guna itu dimana tidak ada orang yang berlalu lalang. Ia menarik nafas dalam, menghembuskannya perlahan dan berbalik menatap Rei di belakangnya.
"Apa kakimu tidak apa-apa?" tanya Rei sambil menunjuk kearah kaki Rika yang terlihat bengkak. "Apa tidak lebih baik kau pulang dan istirahat saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
She's (Not) My Fiancee
Teen FictionChapter di PRIVATE Acak! Ketika Cinta dan penyesalan datang secara bersamaan. Dan kata 'memiliki' bukan lagi menjadi sebuah Jaminan. Hingga Berjuang dan Tidak menyerah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. You never know how much you lov...