Semenjak kunjungan 'Mendadak' Rika ke rumah Rei, Rei menjadi sedikit lebih pendiam di depan Alika dan juga Mike. Sudah dua hari berlalu dan ia juga tidak mengajak Rika untuk keluar kalau ia harus berkencan dengan Alika. Ia meneruskan kebohongan Rika mengenai alasan kegiatan sekolah.
"Rei!" Bisik Mike di telinga Rei. "Kapan kau akan keluar lagi dengan Rika?" Tanya Mike dengan suara sekecil mungkin hingga orang di dekatnya bahkan Alika juga tidak bisa mendengar suaranya.
Rei hanya menggidikkan bahunya dan tidak bermaksud menjawab pertanyaan Mike secara langsung. Bagaimana ia bisa tahu kapan kalau ia saja sedang menghindari Rika. Setelah pengakuan cinta secara tidak langsung Rika, Rei terus menerus memikirkan ucapan Rika hingga menyebabkannya tidak bisa tidur dua hari ini.
Sepertinya waktu mempermainkan perasaan Rei saat ini, Rika berjalan masuk ke kantin dengan segelas jus di tangannya. Sepertiya Rika tidak menyadari kehadiran Rei, dan juga Mike yang tidak menyadari kehadiran Rika di belakangnya. Namun Rei sadar akan kehadiran Rika.
Rika duduk di bangku yang lumayan jauh dari meja mereka, namun Rei bisa melihat Rika dengan jelas. Ia sedang melepaskan jaketnya dan duduk termenung di meja kosong sendirian. Sepertinya wajah gadis itu sedikit pucat dibanding terakhir kali Rei melihat Rika di kamarnya.
Alika yang duduk di sebelah Rei terus menerus memperhatikan arah pandang mata Rei yang menatap Rika tanpa mengerjap meskipun sekali. Tentu saja Alika terbakar api cemburu karena pacarnya lebih memperhatikan perempuan jelek itu dibandingkan dirinya.
Alika berdiri dari kursinya membuat perhatian Rei kembali kedalam tubuhnya. "Kau mau kemana?" Tanya Rei.
"Membeli minuman." Jawab Alika singkat dan langsung pergi meninggalkan Rei dan Mike.
Rei tidak menaruh curiga dengan Alika yang tiba-tiba saja pergi meninggalkan mereka untuk membeli minuman. Rei kembali melihat kearah Rika yang masih memandang kosong kearah lapangan Basket. Apa ia harus memberitahu Mike kalau Rika ada dibelakangnya? Tapi kenapa juga ia harus memberitahu Mike?
Rei menunduk dan memainkan botol minuman di hadapannya. Ia sadar kalau ia dari tadi tidak bisa melepaskan pandangan dari Rika, dan kenapa ia jadi begini?
Tiba-tiba saja Rei dan Mike mendengar keributan yang di hasilkan oleh penghuni kantin. Rei dan Mike kontan menoleh ke arah pandang seluruh penghuni kantin yang mengarah ke tempat duduk Rika tadi. Tapi kali ini Rei tidak menemukan sosok Rika, melainkan punggung tubuh yang dikenal Rei sebagai Alika.
Rei menganga lebar dan langsung berdiri menghampiri kerumunan orang yang sekarang tengah mengerumuni Rika dan Alika. Mike juga mengikuti langkah Rei meskipun masih belum tahu siapa yang ada dibalik punggung Alika.
Alika yang baru saja membeli air mineral, menghampiri meja Rika. Rika masih tidak sadar akan kehadiran Alika di dekatnya yang langsung menyambar Jus Strawberry miliknya dan menuangnya tepat di atas kepala Rika sebelum Rika sempat menghindar.
"Oops... Iuh... Kotor deh tanganku." Alika memasang muka jijiknya dan meraih jaket Rika yang tadi Rika letakkan di sampingnya. Alika menggunakan jaket Rika untuk membersihkan tangannya.
"Aduh... Apa yang perempuan jelek sepertimu lakukan disini? Kau hanya merusak pemandangan indah kantin ini, Kau tahu?" Tanya Alika sinis seraya melempar jaket Rika ke depan meja Rika.
"Hmpf... Kau terlihat tambah menjijikan. Biar kubantu membersihkannya." Alika tersenyum menghina seraya membuka botol air minumnya dan menyiramkannya lagi di atas kepala Rika. Rika hanya bisa terdiam menerima semua perlakuan Alika yang menurutnya tanpa sebab itu.
Kerumunan disekitar mereka juga menyoraki dan menyemangati Alika atas tindakannya. Tepat disaat Alika sedang menuang air mineral yang tadi ia beli, Rei dan Mike menerobos kerumunan itu dengan susah payah. Rei yang menyadari 'keadaan' Rika di hadapannya hanya bisa terpaku melihat pacarnya menuang air di atas kepala 'tunangannya'.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's (Not) My Fiancee
Teen FictionChapter di PRIVATE Acak! Ketika Cinta dan penyesalan datang secara bersamaan. Dan kata 'memiliki' bukan lagi menjadi sebuah Jaminan. Hingga Berjuang dan Tidak menyerah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. You never know how much you lov...