You can't blame someone for walking away if you didn't do anything to make them stay. - Subrina
.
.Rei mendesah menatap layar ponselnya berulang kali. Terjadi peperangan sengit antara hati dan otaknya antara mengirim pesan pada Rika atau tidak. Tapi meski begitu, ia juga tidak tahu apa yang harus ia katakan meskipun sebenarnya banyak hal yang ingin Rei katakan.
Sudah seminggu setelah penerimaan Cinta Rika di kantin, dan sudah selama itu juga sifat Rei menjadi tempramental dan mudah marah, bahkan saat Mama menanyakan harinya, Rei mendengus kasar dan langsung berlalu ke kamar tanpa menjawab. Dan ini semua diakibatkan oleh kondisi emosionalnya yang terombang ambing semenjak insiden kantin sekolah.
Mungkin bagi Kakek, hal itu sudah melanggar titik puncak kesabarannya. Dan dengan kepercayaan itu juga, Rei kini duduk dengan tegap di hadapan Kakeknya yang tiba-tiba masuk kekamar.
"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Kakek tanpa berbasa-basi.
Rei hanya tertunduk dan terdiam beribu kata.
"Apa ini semua ada hubungannya dengan Rika yang memutuskan pertunangan ini?" Kakek menghela nafas pelan melihat cucunya yang terlihat berantakan dengan rambut hitam yang acak-acakan, kantung mata yang kentara, dan terlihat seperti zombie yang sering ia lihat di TV kabel.
"Aku tidak tahu apa yang dulu terjadi pada kalian." Kakek bergumam pelan ketika tidak juga kunjung mendapat jawaban dari Rei. "Tapi... Apa kau jatuh cinta pada Rika sekarang?"
Rei mengangkat wajahnya dan menatap Kakeknya. Apakah semudah itu perasaan yang baru ia sadari belakangan ini terbaca oleh Kakek? Rei tertunduk kembali dan bergumam, "Menyadari perasaan itu sekarang juga tidak ada gunanya."
Kakek tersenyum mendengar pengakuan tak langsung cucunya itu, "Apa karena Rika mencintai orang lain?"
Rei menggeleng pelan, "Bukan hanya itu. Rika juga sudah berpacaran dengan Mike."
Kakek kaget mendengarnya, terbukti dari mata sipitnya yang tiba-tiba membesar. "Mike? Mike sahabatmu itu?"
Rei mengangguk.
"Mustahil... Padahal aku yakin Rika juga memiliki perasaan yang sama padamu." Kakek mengernyit tidak percaya.
"Benarkah?" giliran Rei yang membesarkan matanya menatap Kakek. Tapi kemudian pemandangan Mike yang memeluk Rika dan sebaliknya kembali tersiar di kepalanya. Setiap orang bisa salah, begitu juga asumsi Pak Leo dan Kakeknya sekarang.
"Malahan, Kakek tidak bisa menemukan perasaan ini padamu dulu." Rei terbelalak, ia menatap Kakek yang tengah menatapnya dalam dan tersenyum. "You never know how much you love someone, until you watch them love someone else, Rei."
Kakek berdiri dan menepuk pundak Rei yang masih terdiam, tepukan itu seakan membangunkan kesadaran terdalam Rei. Ia bergeming, "Meskipun begitu, tidak ada yang bisa kulakukan sekarang, bukan?"
Langkah Kakek terhenti sebelum kakinya keluar dari kamar Rei. Kakek berbalik dan tersenyum pada Rei. "Kakek tidak ingat pernah mempunyai cucu sepasrah dirimu, Rei." Komentar Kakek. "Lagipula... Rika yang membatalkan pertunangan ini, bukan?" Kakek bertanya pada Rei.
Kening Rei berkerut parah mendengar pertanyaan Kakek. Tentu saja Rika yang membatalkannya. Karena aku tidak memiliki alasan yang bagus untuk kuberikan pada Kakek. Perlahan kerut di kening di kerut Rei mengendur, bergantian dengan senyum yang mulai mengembang di wajahnya.
"Kalau kau masih ingat apa yang pernah ku katakan padamu..."
Rei berhambur memeluk Kakeknya dengan cepat sebelum Kakeknya menyelesaikan ucapannya, "Kakek, Terima kasih! Kau benar-benar jenius!" Rei mengeratkan pelukannya, ia tidak pernah sebahagia ini semenjak pertunangannya batal. Tidak! Itu tidak pernah batal!
"Bukan aku yang jenius, tetapi kau yang terlalu bodoh!" Gumam Kakek mengulum senyumnya.
"Ya, Aku terlalu bodoh. Aku telah menyia-nyiakan waktu. Aku akan menjemput Rika kembali ke hadapanku. Menjemput Tunanganku kembali!" Seru Rei bersemangat.
Ya, Benar. Pertunangan ini tidak pernah batal, karena Rei tidak membatalkannya. Pertunangan ini hanya bisa dibatalkan oleh ucapan dan alasan Rei yang bisa di terima oleh Kakek, dan Rei tidak pernah berkata apapun mengenai pembatalan pertunangan mereka. Itu artinya, Rika masih Resmi sebagai Tunangannya. Dan Rei akan membuat Rika kembali ke sisinya!
***
Tbc
So, pembaca kesayanganku! ^^
Dari yang pertama kali ku bilang, ini karya original ku disaat aku blm kenal dunia wattpad dan masih bergumul sm dunia WORD.
Rencana pertamaku, chapter 1 sampai sini berada dalam 1 buku yang berjudul "She's (not) my Fiancee".
Dan di CHAPTER SELANJUTNYA yang belum aku selesaikan akan menjadi buku SEQUELnya yang berjudul "Yes, She's my fiancee."
Tapi untuk wattpad, aku jadikan dalam 1 judul aja. Hehehhe
Soooo, bagaimana kesan kalian setelah membaca Judul pertama ini?
Aku harap kalian suka :')
Besok aku akan upload lagi chapter selanjutnya, dan aku harap sih bisa setiap hari karena sejujurnya lanjutan cerita ini blom aku selesaikan sama sekali :'(
Semoga kalian setia menunggu kelanjutan perjuangan yayang Rei untuk merebut kepercayaan Rika lagi ya!
Ikutin terus kisah mereka! Hihihi
PS: CERITA INI BELUM DI BUKUKAN!
Ciaaaaao 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
She's (Not) My Fiancee
Teen FictionChapter di PRIVATE Acak! Ketika Cinta dan penyesalan datang secara bersamaan. Dan kata 'memiliki' bukan lagi menjadi sebuah Jaminan. Hingga Berjuang dan Tidak menyerah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. You never know how much you lov...